Kurasa malam belum larut benar. Namun jalanan sudah sangat lengang. Sepi pemakai jalan. Tidak kutemui lalu atau lalang kendaraan. Baik yang searah maupun berpapasan. Di mana-mana hanya sepi dan gelap. Raja Malam betul-betul sempurna mengembangkan sayapnya. Hanya suara si biru, motorku tanpa teman memecah sunyinya malam. Mengaum suaranya bak singa kelaparan. Lebih-lebih Ipung yang memegang stang. Si biru dibleyer-bleyer, diajak meliuk-liuk menyusuri jalan dengan diikuti gerak tubuhnya layaknya seorang pembalap profesional.
Semakin kencang Ipung menarik setang semakin tebal perasaan was-was dan cemas itu datang.
"Pelan-pelan saja Pung!"
"Tenang aja Kang...!"
"Pelan-pelan saja..!"
"Kenapa?"
"Eman, nyawa, Pung!"
"Siap!"
Ipung memperlambat si biru. Jalan si biru semakin pelan. Bahkan kecepatannya dengan langkah orang berjalan, masih kencang orang jalan.
"Ini, apa-apaan, Pung!"
"Katanya, disuruh pelan...., Kang!"
"Tapi, tidak gini juga, kan! Masak jalan motor lebih kencang orang berjalan kaki!"
"O, ingin kencang, lagi? Siap...!"
Ipung langsung membleyer si biru. Menarik gas dengan kencang.
"Alah...boh pung! Ngomong kok karo kuwe. Ngentekno cangkem!"
"Katanya minta yang kencang, Kang! Ya, tak bleyer! Ya dah, aku kurangi kecepatan."
Kemudian ia memperlambat kecepatan si biru.
"Gimana Kang, temen-temen!"
"Sebentar!"
Kutoleh ke belakang. Namun hanya gelap yang kutangkap. Motor teman-teman belum terlihat.
"Pung, kita berhenti saja!"
" Apa Kang!"
"Hentikan si biru!"
"Kenapa, kang!"
"Teman-teman, tidak ada di belakang kita!"
"Ah, mosok!"
"Lihat aja sendiri!"
" Oke lah klo begitu! Baiklah akan kuhentikan si biru, Kang!"
Cittt...! bunyi rem si biru diinjak kaki besar Ipung. Seketika kecepatan si biru semakin melambat pelan. Persis di jembatan si biru dihentikan. Kemudian Ipung turun dari motor. Memandang jauh ke belakang.
"Wah, betul Kang, teman-teman tidak ada di belakang! Aku sama sekali tidak menangkap sorot lampu motor mereka. Kalau mereka ada tentunya ada beberapa cahanya yang beriringan," kata Ipung setelah ia mengarahkan pandangannya ke belakang.
"Makanya aku nyuruh kamu berhenti dulu!"
"Apa mereka memutar balik ya, Kang!
"Emboh..! Dak tahu aku!"
"Udah kamu hubungi Kang.
"Udah aku WA cuman centang satu."
"Kemana ya, mereka?"
"Tadi sampai alun-alun kita beli jagung rebus armada juga masih lengkap, kan? Setelah itu kita langsung ke selatan sampai penthol Blaru."
"Iya Kang, tadi kita kan kejar-kejaran sama motornya Habib."
"Coba ditelpon, Kang!"
"Udah berkali-kali, tapi tidak bisa!"
"Terus bagaimana ini, Kang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS MALAM SATU SURO
Bí ẩn / Giật gânHantu mukanya hancur sebelah yang selalu mendatangi Arkiyan hampir tiap malam itu nama dan perawakannya persis dengan nama seorang gadis mabuk yang pernah diantar Arkiyan pulang. Windi, nama gadis itu. Gadis cantik berperawakan montok ditemui Arkiy...