Raja siang sudah bergelantung di ufuk timur langit Kota Altas ini. Sinarnya merah merekah. Indah benar. Walau sinarnya masih ramah namun mampu menumbuhkan energi baru dalam menyambut pagiku. Lebih-lebih hari ini hari Minggu. Hari yang ditunggu setiap insan karena terbebas dari berbagai beban. Terlepas dari segala belenggu rutinitas dan segala macam tugas.
Biasanya hari Minggu adalah hari yang aku jadikan sebagai senjata alasan pulang. Selain meminta uang saku kepada ortu, hari Minggu merupakan hari melepas rindu kepada teman-teman satu kampung. Hari minggu merupakan hari yang tepat untuk berkumpul, ngopi bareng, nongkrong dan mayoran. Karena teman-teman sekampungku banyak yang kerja di koperasi dan kuliah pulang seminggu sekali. Setiap malam Minggu pasti kami ngumpul bareng mengadakan acara mayoran rica-rica bebek atau kadang bakar-bakaran ikan. Sebagai penyangga dana teman-teman yang udah kerja.
Namun, hari Minggu ini aku sengaja tidak pulang. Karena haei ini, aku berencana menemui Windi anak Pak Lurah di rumah kosnya. Aku ingin meminta keterangan kepada Windi anak Pak Lurah itu tentang Windi, gadis malam satu suro itu yang sekarang jadi hantu. Siapa tahu gadis itu tahu. Tadi malam kunikmati malam mingguan di Simpang Lima bersama Ipung dan teman-teman kuliah sesame dari Pati yang tidak pulang kampung. Tetapi, malam mingguanku malah diganngu teman-teman yang ada di kampung. Mereka terus-terusan ngecall aku. Dasar pada usil mau seneng-seneng diganggu. Mereka pasti sengaja ganggu aku karena mereka sudah aku beritahu kalau minggi ini aku tidak pulang.
"Kamu dimana, Yan?"
"Yan, ayo cepat ke sini, kita akan bakaran!"
"Kenapa tidak pulang?"
Ah... aku tidak pulang satu kali aja mereka pada ribut!
Raja siang mulai berangsut naik. Kulangkahkan kaki menuju kamar mandi. Kuguyur tubuhku walau keringatku belum kering benar. Seger rasanya. Membuat badanku terasa sumringah. Ditambah lagi kesegaran tubuh ini karena pagi-pagi tadi aku sempatkan olahraga, lari pagi dari rumah kosku ini sampai Simpang Lima, lewat Jalan Barito menyusuri jalan pinggir sungai Kali Gawe ini. Ternyata enak juga Minggu pagi lari pagi di Kota Atlas ini. Selain menyaksikan kebangkitan aktivitas penduduk kota metropolitannya Jawa Tengah ini, juga dapat berbaur dengan warga kota ini yang menikmati weekend di alun-alun.
Setelah mandi kulangkahkan kaki ke Warung Bak Yuli. Seperti biasa, setiap pagi kalau belum mensruput kopinya Mbak Yuli rasanya pagi ada yang hilang. Sambil nikmati lagi kota yang menjadi jantung pemerintahan Provinsi Jawa Tengah ini dengan meneguk kopi di Minggu pagi ini. Maklumlah aku jarang menikmatinya. Biasanya selepas salat jumat aku hengkang dari kota ini pulang ke kampung halaman. Sehingga aku jarang menikmati Minggu pagi di kota yang terkenal dengan sebutan Kota Lumpia ini.
"Mbak, kopi!" Pintaku kepada Mbak Yuli pemilik warung seberang jalan depan rumah kos ku.
"Kopi apa, Mas?"
"Kopi item, Mbak!"
"Ya, Mas!"
Kemudian Mbak Yuli meracik kopi hitam made in sendiri itu. Wow...mantap bro aromanya!
"Tumben nggak pulang Mas...!"
"Iya Mbak, karena ingin menikmati pagi di kota yang menjadi jantung pemerintahan Provinsi Jawa Tengah ini dengan ditemani secangkir kopi mede in Mbak Yuli."
"Alah...gombal! Sakunya masih tebel ya....? Biasanya kok, selepas salat Jumat pulang Pati.
"Ndak Mbak, mau jalan-jalan!"
"Pantesan tidak pulang Pati! Sama ceweknya ya....?"
"Ndak Mbak, sama Ipung! Duit aja minta ortu kok nyewek segala."
KAMU SEDANG MEMBACA
GADIS MALAM SATU SURO
Misterio / SuspensoHantu mukanya hancur sebelah yang selalu mendatangi Arkiyan hampir tiap malam itu nama dan perawakannya persis dengan nama seorang gadis mabuk yang pernah diantar Arkiyan pulang. Windi, nama gadis itu. Gadis cantik berperawakan montok ditemui Arkiy...