BAGIAN 16 HARI TANPA BAYANGAN

231 6 0
                                    


"Mbak, boleh nanya?"

Kataku kepada gadis di depanku ini yang wajahnya, tubuhnya dan sorot matanya sama persis dengan gadis mabuk di tengah malam di malam satu Suro ketika aku dan teman-teman melakukan perjalanan ke makam Prabu Anglingdarmo untuk melekan satu suronan.

"Ya, Mas! Mau nanya apa?"

"Maaf Mbak, nama Mbak siapa?"

" Sandra, Mas!"

"Sandra?"

"Iya Mas, Sandra!"

Waktu itu gadis ini mengaku bernama Windi tetapi sekarang dia mengaku bernama Sandra? Aku tatap wajahnya untuk memastikan siapa dia. Windi atau bukan. Perawakannya sama persis dengan gadis mabuk itu. tapi, namanya bukan Windi melainkan Sandra. Entahlah...mungkin dia memang bukan Windi yang pernah aku tolong.

"Ada apa mas kok lihatin Sandra terus?"

Sengaja aku lihatin dia karena aku penasaran siapa dia. Namun, Gadis ini menatapku datar. Pandangan matanya yang terpancar menunjukkan kejujuran hatinya. Dia kelihatannya betul-betul tidak kenal aku. Apa dia betul-betul bukan gadis malam satu Suro itu atau apa dia sudah lihai menutupi kebohongannya sehingga muka bohongnya susah aku baca?

"Rasanya aku pernah melihat. Mbak! Tapi di mana ya...!"

" Masak, Mas! Mungkin itu orang yang mirip atau memper aku. Emangnya kita pernah bertemu dimana?"

"Mbak, tidak ingat peristiwa malam satu Suro?"

"Malam satu Suro? Memangnya ada apa ya, Mas?"

"Mbak Sandra tidak ingat kejadian pada malam satu Suro?"

"Malam satu Suro? Emangnya ada apa Mas dengan Malam satu suro?"

"Mbak,betul-betul tidak mengingat kejadian malam satu Suro?"

"Aku tidak ngerti maksud, Mas!"

"Malam satu Suro Mbak tidak mengalami peristiwa sesuatu?"

"Peristiwa apa, Mas?"

Duh, gimana ya mau mengarahkan bicara ke malam satu Suro kepada gadis yang bernama Sandra ini. Wajah gadis ini sama persis dengan Windi gadis yang aku tolong pada malam satu Suro.

"Kita bertemu pada saat malam satu Suro, Mbak!"

"Ketemu di mana?"

"Di... di... jalan?"

"Jalan mana, Mas?"

"Tu, di perempatan bangjo, Blaru!"

"Malam satu Suro aku pulang , Mas!"

"Pulang...? pulang ke mana?" tanyaku

"Blora."

"Blora?"

"Ya Mas, rumah saya Blora!"

"Bloranya mana, Mbak!"

"Todanan."

Pancaran matanya menunjukkan kalau secuilpun tak pernah kenal aku sebelumnya. Dia pura-pura tidak tau atau betul-betul tidak tau? Atau dia ingin menghilangkan peristiwa itu. Aku coba mengungkap kejadian Malam satu suro. Namun ia semakin bingung akan peristiwa itu. Dia tidak mengerti kejadian malam satu Suro. Padahal yang aku antar pulang waktu itu, wajahnya persis seperti wajah gadis ini. Hanya beda nama. Perawakannya ya se gini. Namun, perangai gadis ini lembut dan sangat sopan. Jauh berbanding dengan gadis yang pernah aku antar.

"Maaf Mas, Sandra pergi dulu!"

Sandra buru-buru meninggalkan aku.

"Mbak... jangan pergi dulu!"teriakku, Mbak, Mbak...!"

GADIS MALAM SATU SUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang