BAGIAN 19 KESAMBET

203 11 2
                                    


Mobil pak Agus berhenti di depan sebuah rumah besar, bertingkat dan memiliki pekarangan luas. Rumah ini lah yang pernah kudatangi bersama Ipung, Nia dan Nadia beberapa waktu lalu.

"Yuk, turun Mas!" pinta Pak Agus kepada kami.

"Geh, Pak!" jawab aku dan Ipung berbarengan.

Kemudian kami turun dari mobil. Kami dihampiri perempuan yang berdiri di depan teras rumah yang sejak tadi memperhatikan kami. Kelihatannya wanita itu tahu akan kedatangan kami. Jika dilihat dari segi umurnya perempuan ini seumuran dengan pak Agus. Meskipun sudah umur, wanita itu masih tampak cantik juga. Kulitnya tampak putih dan bersih.

"Keponakan saya sakit apa, Bu?" tanya Pak Agus kepada wanita itu ketika menghampiri kami.

"Tidak tahu, Pak! Malah saya baru tahu tadi, pas Jenengan nelpon kalau mau kesini!" kata ibu itu.

"Oh, ya ya ya...!" ungkap Pak Agus sambil ngangguk-ngangguk, "Oh, ya Mas! Kenalkan ini Bu Tantri pemilik rumah kos ini. Bu Tantri ini juga dari Pati. Bu Tantri ini temanku SMP dan SMA. Beliau ini satu kantor sama istri saya," kata Pak Agus, "Rupanya dunia ini sempit ya, Mas!" kata Pak Agus sebelum aku sempat menjawabnya.

"Nggih, Pak!" jawabku.

"Iya, Pak! Dunia ini sempit!" jawab Ipung.

"Kulo Arkiyan, Bu!" kataku memperkenalkan diri.

"Tantri!"

"Saya Ipung, Bu!" kata Ipung.

"Tantri!"

"Kamar kos keponakan saya sebelah mana, Bu!"

"Sebelah sana Pak, samping rumah!"

Pak Agus bergegas menuju ke samping rumah.

"Kalian tunggu di sini ya, Mas! Biar saya dan Pak Agus lihat keadaan Windi dulu!" pinta Bu Tantri.

"Geh, Bu!" jawab kami.

"Ya, Mas...Kalian tunggu di sini dulu nanti kalau ada apa-apa aku panggil, ya!"

"Siap, Pak!" jawab Ipung.

Aku paham, mengapa aku dan Ipung disuruh menunggu di sini oleh Ibu Tantri karena rumah kos ini khusus untuk perempuan.

"Pung...!"

"Apa, kang!"

"Kuperhatikan sikap Pak Agus dan Bu Tantri itu gimana, gitu!"

"Maksudmu?"

"Sikap mereka berdua itu kayak ada rasa kikuk, gitu lo! Atau mungkin mereka waktu masih muda pernah ada hubungan, ya...!"

"Ah, omonganmu ngaco' Kang! hubungan apa maksudmu?"

"Ya, semacam cinta SMA!""

"Alah sok tahu, ah! kamu itu, punya pacar aja blom kok, ngramal orang tentang sikap dan cinta segala!"

"Lo, kalau masalah cinta, sikap dan hati  itu aku tau bagaimana mereka saling menatap dan memandang. Bahkan cara mereka berbicara dan mengatur jarak saat mereka sedang berbicara itu dapat aku baca kalau mereka pernah ada sesuatu yang spesial!"

"Alah...alah! Jatuh cinta aja belom pernah, kok jadi peramal cinta, Kang...Kang...!"

"Kalau tidak percaya, coba kamu perhatikan sikap mereka berdua!"

"Wegah ah...! Mending tanyakan langsung saja sama Pak Agus...!"

"Untuk apa?"

"Biar jelas!"

GADIS MALAM SATU SUROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang