Rangkaian 2

1.1K 152 2
                                    

Yuhuuuu!!! Selamat malam warga Alstroemers!

Gimana part sebelumnya?

Suka nggak? *Suka dong!

Eum~ mimin yang tamvan nggak tau mau ngomong apa, jadi kita langsung meluncur saja💃jangan lupa pajak komennya!

Eum~ mimin yang tamvan nggak tau mau ngomong apa, jadi kita langsung meluncur saja💃jangan lupa pajak komennya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

« 2 »

Cakra berjongkok, menatap orang yang kini terlelap dalam posisi duduk di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cakra berjongkok, menatap orang yang kini terlelap dalam posisi duduk di hadapannya. Orang yang benar-benar sangat mengganggu relungnya, kendati sosok itu tak melakukan apa-apa, selama dia menginjakkan kaki di sekolah ini. Rasa berkecamuk menyeruak kedalam dadanya, dia sadar kalau dirinya selalu egois. Namun, keegoisannya ada karena dia tidak ingin siapapun yang disayanginya terluka. Kendati demikian dia tetap menyakiti seseorang yang juga menyayanginya.

Cukup lama Cakra mengamati wajah teduh, dan polos itu, sampai akhirnya dia memilih untuk beranjak pergi dari sana. Semakin lama berada satu ruang dengannya, semakin pula rasa sesak itu menyiksanya. Dia ingin merengkuh tubuh kurus itu, dan mengatakan kalau dia benar-benar merindukannya. Namun, keegoisannya sudah lebih dulu mengakar dalam dirinya, tidak membiarkan keinginannya terlaksana, dan berakhir hanya sesal yang mungkin akan dia terima.

"Mama~" Bibir tipis itu meloloskan satu panggilan lirih dalam ketidak-sadaran.

Mendengar gumaman itu, langkah Cakra terhenti. Dia menoleh, namun tak beranjak sama sekali dari tempatnya berdiri. Entah kapan terakhir kalinya dia menyebutkan kata itu, seolah sebutan 'mama' telah lama menghilang dari hidupnya. Cakra tidak tahu apakah selama ini mereka masih mengingatnya, atau justru sudah melupakan dirinya yang menjadi bagian dari mereka?

Apakah mamanya tahu kalau selama ini dia jauh dari kata baik?

Mungkin mereka sudah bahagia dengan keluarga baru mereka, nyatanya seorang wanita yang pernah dipanggilnya mama itu sama sekali tidak pernah menghubunginya untuk sekedar menanyakan kabar tentangnya. Mengingat rasa sakitnya, setetes air matanya meluruh tanpa seijinnya, dia muak dengan rasa sesak yang terus mengikatnya, dia muak dengan semua realita yang mengekangnya, dia muak tapi dia tidak bisa menyalahkan Tuhan atas takdir yang dia jalani.

Samudra Dan CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang