Rangkaian 15

973 102 4
                                    

« 15 »

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

« 15 »

Samudra menghela napas, beberapa kali mengurut dada yang terasa agak sesak sejak tiba di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Samudra menghela napas, beberapa kali mengurut dada yang terasa agak sesak sejak tiba di rumah sakit. Semalam, ia memang tidak tidur dan mendengar kekacauan yang terjadi. Ia turut panik dan memaksa agar ikut serta ke rumah sakit. Akhirnya, semalaman ia tidak mau beristirahat meski Aura membujuknya untuk tidur sejenak. Mendengar kabar tidak mengenakkan soal saudara serahimnya, bagaimana mungkin dia tidur nyenyak?

Aura membuka ruang perawatan, di lihatnya Samudra yang kepalanya terkulai di sandaran sofa. Tangannya mengurut pelan pangkal hidung untuk meredakan nyeri yang mencekat disana. "Kan mama udah bilang, kamu istirahat aja, bandel sih." Wanita itu mendekat, mengambil tempat disisi sang putra. Ia membuka plastik berlogo minimarket yang dibawanya, mengeluarkan air mineral kemasan di dalamnya. "Minum dulu~" Tuturnya lembut.

Aura juga mengeluarkan biskuit regal dari dalam kantung dan membukanya untuk Samudra. "Coba di makan, pelan-pelan." Ujarnya setelah menyerahkan kemasannya pada Samudra. Cowok itu mengangguk pasrah, mencoba menelan apapun kendati lidahnya mencecap hambar lalu berakhir termuntahkan. Seperti nasib bubur ayam, menu sarapannya sejam lalu yang sebagian besarnya menghuni closet.

Satu gigitan kecil terproses dengan baik, berhasil dia telan. Lalu pada gigitan selanjutnya, ia tersedak dan sukses membuatnya terbatuk hebat. Aura meringis ngeri melihatnya, "Periksa yuk?" Ajaknya. Yang selalu dijawab gelengan oleh sang putra. Meredakan rasa tak nyaman di tenggorokan, Samudra menyandarkan kepala di bahu Aura. Aura merangkulnya, memberikan usapan nyaman. Napasnya yang agak memburu dan mengeluarkan udara panas membuat Aura kesal sendiri, Samudra yang keras kepala. Kemiripan yang hakiki dengan sosok tenang diatas brankar.

"Kamu tuh kalau kakakmu sakit kenapa selalu nyusul sih nak?" Tanya Aura, masih terus membelai rambut Samudra. Tak ada jawaban, Samudra lebih memilih diam karena mual yang sangat mendominasi. Ia takut membuka mulut membuatnya ingin muntah saat itu juga.

"Timbangan kamu turun ya?" Tanya Aura tiba-tiba.

Samudra mengernyitkan kening, seingatnya sudah lama sejak ia terakhir timbang. "Entah." Jawabnya pendek.

Samudra Dan CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang