"Kamu dan aku tidak akan pernah terpisahkan karena Aku Cakra dan kamu Mudra yang terus membuatku tetap bersinergi di kehidupan ini. Kita dua hal yang berbeda namun satu konsep yang sama, karena Samudra dan Cakrawala adalah bagian dari Semesta Raya."...
Selamat hari kemerdekaan Republik Indonesia ke 76🇮🇩🇮🇩, woaahh dihari yang spesial ini mimin yang tamvan, dengan senang hati melakukan tugas untuk merilis cerita terbaru dari Alstroemerian.
Sebuah hasil kolaborasi dari karizka94 aka emaknya Gara, dan juga kimhaneul28 aka emaknya Aga. Mimin pastikan cerita ini penuh dengan perbawangan, karena kedua manusia itu spesialisnya perbawangan.
Ada banyak pertimbangan untuk merilis cerita ini, tapi akhirnya Cakra dan Samudra bisa ikut bergabung di Alstroemerian, semoga kisah kali ini bisa menemani hari kalian. Yokk lah tanpa berbacod lagi mimin mempersilahkan kalian untuk langsung meluncur.
Jangan lupa, pajak komennya, dishare juga nggak apa-apa. Mimin akan sangat-sangat berterima kasih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
« 1 »
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bola basket memantul, melayang keatas dan tertangkap oleh tangan seorang cowok dengan kaos basket tanpa lengan berwarna biru tua bercorak garis putih di bagian kanan dada kebawah. Nomor punggungnya tiga belas, cowok itu membawa bola, memantulkannya sesekali dengan gesit, meliuk melewati tim lawan dengan lincah lalu melepaskan dorongan bola kearah ring dan bola memantul pada papan sebelum jatuh dengan epik kearah jaring. Riuh sorakan siswi di tepi lapangan basket memeriahkan score penutupan suasana latihan sore itu, dengan selisih dua angka. Sangat tipis, Samudra membawa timnya menang di menit kritis.
Pelatih bertepuk tangan, "Umpan yang bagus Cakra! Kalian benar-benar duo solid!"
Cakra mengangguk, ia menepi untuk meneguk air minumnya yang dia bawa dari rumah. Seseorang tengah melambaikan tangan di tribun, dia melirik jam yang ada di dinding lapangan indoor itu.
Sadar bahwa tak bisa berlama-lama, Cakra menghampiri pelatihnya dan pamit untuk undur diri lebih dulu. Sejujurnya banyak yang iri padanya, karena dia bisa pulang lebih dulu, tapi karena kemampuannya yang unggul dari yang lain membuat pelatih mereka tidak memusingkan akan hal itu, lagi pula Cakra sudah meminta izin lebih dulu, kalau dia tidak bisa ikut latihan hingga selesai, karena dia harus bekerja paruh waktu. Ini tahun keduanya dia menghabiskan waktunya untuk mencari uang tambahan untuk dirinya dan pendidikannya. Dia bukan anak yang bisa santai duduk manis menghabiskan uang orang tuanya, meskipun dulu dia pernah berada diposisi itu. Tapi semuanya sudah berbeda, sejak gelas kaca yang bernamakan keluarga itu pecah berkeping-keping. Tinggal lah dia dan luka yang hidup bersamanya.