"Kamu dan aku tidak akan pernah terpisahkan karena Aku Cakra dan kamu Mudra yang terus membuatku tetap bersinergi di kehidupan ini. Kita dua hal yang berbeda namun satu konsep yang sama, karena Samudra dan Cakrawala adalah bagian dari Semesta Raya."...
Nungguin ya? Sabar ya Mimin lagi so syibuk dengan pekerjaan di RL. Ya udah deh, tanpa banyak bacod mari kita mulai.
Jangan lupa komen biar updatenya rajin!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
« 8 »
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aretta menatap sendu cowok yang berada di atas pembaringan, diusapnya dengan lembut puncak kepala cowok itu. "Kra, lo cowok terhebat dan tertolol yang pernah gue temui. Makasih udah banyak mengajarkan gue arti dari rasa syukur." Gumamnya. Aretta lama terdiam dan hanya menatap wajah damai Cakra yang tengah terlelap, sampai suara ketukan pintu mengalihkan atensinya.
Setelah terketuk pintu itu terbuka perlahan, Aura nampak berjalan dengan airmata yang bercucuran dipipinya. "Cakra~ ohh ya ampun." Aura menutup mulut tidak percaya, terisak disamping brankar Cakra.
Aretta pun berdiri dan memberikan ruang untuk Aura agar wanita itu bisa leluasa. "Tante~ dia sekarang sudah baik-baik saja."
"Terimakasih ya~ terimakasih." Ujarnya pernuh rasa syukur.
Aretta mengangguk lantas dia memilih pamit untuk keluar dan memberikan ruang untuk ibu dan anak itu.
Aura mengelus rambut Cakra dengan sayang, mencium punggung tangannya yang terinfus. Lalu menunduk dan kembali terisak, "Bangun sayang~ mama disini." Gumamnya.
Tangan kurus itu menyentuh pipi Aura dan menghapus air mata yang mengalir membasahi pipinya.
"Cakra~ Cakra, apanya yang sakit?" Tanya Aura. Cakra tersenyum tipis lantas dia menggeleng sebagai jawaban.
"Cakra, dengar. Mama nggak mau kamu pulang ke rumah Antariksa!" Ujar Aura tegas, matanya berkaca-kaca menatap lurus kearah Cakra.
"Cakra nggak apa-apa, Ma. Nanti ayah nggak ada yang ngurus kalau Cakra nggak ada." katanya dengan suara parau.
"Kamu nggak sayang sama mama?" Tanyanya, airmata membasahi pipi Aura lagi.
"Cakra sayang mama, sayang banget. Tapi ayah juga orang tua Cakra, Cakra nggak mau kalau nanti Cakra pergi terus Tuhan marah karena Cakra nggak jadi anak yang baik."