Rangkaian 9

915 120 19
                                    

Yuhuuu, ada yang kangen sama mimin yang tamvan?

Atau kangen sama si kembar?

Sebelum cerita ini ending di draft kita bakal update seminggu sekali, harusnya update kemarin tapi karena ada satu dan lain hal, jadi nggak jadi kemarin.

Okay langsung aja kita meluncur~

Okay langsung aja kita meluncur~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

« 9 »

Lenguhan pelan terdengar dari bibir Samudra, suasana temaram menyambutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lenguhan pelan terdengar dari bibir Samudra, suasana temaram menyambutnya. Meraba bawah hidungnya ia menghela napas lega, karena sudah tak di kungkung oleh masker oksigen, nassal kanula lebih baik, pikirnya. Ia melirik ke samping dan tak menemukan siapapun menghuni kursi disampingnya, tenggorokannya agak kering. Pandangannya sedikit diperjauh ke arah sofa, lalu menemukan mama terlelap disana dengan selimut membalut tubuh. Samudra menghela napas, ingin berusaha bangkit dan melakukan kebutuhannya sendiri namun apa daya, tenaganya jauh dari kata pulih. Kepalanya tertoleh kekanan, dan ia tercekat melihat brankar lain yang dihuni oleh, "Cakra~" Gumamnya.

"Sam~ perlu sesuatu?"

Samudra menoleh ke arah pintu, seseorang masuk dari sana. Aksa berjalan menghampirinya, lelaki itu langsung mengusap kepalanya dengan sayang.

"Cakra~ kenapa?" Ia bertanya.

Ada senyum menenangkan yang diberikan oleh Aksa, "Kamu tenang aja, Cakra bakal baik-baik aja. Dia kecapekan."

Samudra ingin percaya, tak ingin berpikiran buruk. Ia kini sudah lupa jika beberapa saat lalu mengharapkan tenggorokannya teraliri air, ia lebih memilih memalingkan muka menghadap Cakra dan mengawasinya yang sedang terlelap tenang dalam diam.

Ketenangan yang Cakra rasakan tidak berlangsung lama, satu ringisan keluar dari bibir Cakra, dia mengernyit, lalu perlahan kelopak matanya terbuka, dia memijit pangkal hidungnya, dan mengedarkan pandangan pada ruangan putih tempatnya berada saat ini. Lama Cakra menatap langit-langit kamarnya sambil sesekali meringis merasakan sekujur tubuh yang terasa remuk redam. Sampai akhirnya dia tersadar kalau dia tidak sendiri di ruangan itu.

Suara lenguhannya terdengar oleh Aksa yang beberapa saat sebelumnya berbicara dengan Samudra yang sedang ia bujuk untuk kembali tidur karena waktu masih menunjukkan pukul dua dini hari.

Samudra Dan CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang