Amerika...
Buk! Shiho jatuh lagi menimpa tubuh Shinichi.
Entah sudah berapa ratus kali ia jatuh hari ini di sesi pertama terapinya.
"Ayo Shiho, kita coba lagi," kata Shinichi seraya meraih ketiak Shiho dengan lengannya.
"Tidak!" tolak Shiho.
"Nani?"
"Aku tidak mau!" pekik Shiho terengah-engah. Keringat membasahi wajahnya.
"Kenapa?"
"Tidak bisa... Aku takkan bisa jalan lagi..."
"Jangan putus asa begitu Shiho!"
"Aku tak mau! Jangan paksa aku!" isak Shiho.
Shinichi mendesah, "Baiklah, mungkin kau lelah. Kita coba lagi lain waktu,"
Tapi di lain waktu juga tidak ada kemajuan. Setiap sesi terapi merupakan penyiksaan bagi Shiho. Begitu pula bagi Shinichi. Setiap kali mengantar Shiho terapi, wanita itu akan terus mengamuk dan merajuk. Benar-benar menguji kesabaran Shinichi. Menemani Shiho terapi sangat menguras energi Shinichi. Rasanya jauh lebih lelah daripada menginvestigasi sepuluh kasus sekaligus. Mengurus Shiho lebih repot daripada mengurus Ai.
"Eh," Shinichi menyadari sesuatu ketika baru sampai di lobi rumah sakit setelah melewati sesi terapi yang melelahkan hari itu dan bersiap untuk pulang.
"Nani?"
"Sepertinya handphoneku terjatuh di ruang terapi,"
"Takuuu..." keluh Shiho.
"Kau tunggu sini sebentar ya, aku cari dulu,"
"Hai hai..."
Shiho menyangga dagu di lengan kursi rodanya selama menunggu.
"Suamimu?" tanya seorang wanita tua asing berwajah ramah di sebelah Shiho. Wanita itu juga duduk di kursi roda.
"Iya," jawab Shiho.
"Sepertinya dia baik dan penuh perhatian ya,"
"Eh? Iya,"
"Dia pasti sangat mencintaimu,"
"Uhm... entahlah. Dia tidak pernah mengatakan hal itu,"
Wanita itu terkekeh lembut, "Tidak pernah mengatakan bukan berarti tidak cinta kan?"
Shiho memandangnya.
"Suamiku juga bukan tipe yang romantis. Ia tidak pernah berkata cinta padaku, tapi yang dilakukannya jauh melebihi seorang suami yang mencintai istrinya,"
"Benarkah?"
"Kata-kata hanya mengurangi maknanya. Perhatiannya jauh lebih penting,"
Shiho merenungkan kata-kata wanita tua itu.
"Jika melihat mata suamimu, sudah jelas dia sangat mencintaimu,"
Shinichi mencintaiku? Benarkah?
"Semoga kalian bahagia," wanita tua itu mendoakan.
"Terima kasih. Meski aku tidak tahu dan kerapkali bertanya-tanya bagaimana membuatnya bahagia? Kami menikah karena suatu kondisi tidak terduga. Aku takut, aku bukanlah istri yang diharapkannya. Aku tidak bisa membuatnya bahagia,"
"Ah, apa kau tahu bagaimana cara membuatnya bahagia?"
"Eh?"
"Caranya sederhana, yaitu dengan kebahagiaanmu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married By Accident
FanfictionFanfic ShinShi/CoAi versi ini yang paling menguras airmata Pipi Tembam dalam proses penulisannya. Monggo disiapkan tisunya. Mengandung bawang apalagi kalo bacanya sambil denger lagu sedih. Detective Conan milik Aoyama Gosho! Selamat membaca n baper!