05. knee

1.1K 201 11
                                    

"e-ehh?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"e-ehh?

Doyoung?" Yedam terkejut bukan main, doyoung berada tepat dihadapannya. Ia pun sedikit ragu apa itu beneran doyoung?.

Doyoung yang sering ia untit ini kan?.

"k-kamu ngapain kesini?" Yedam berdiri gugup apalagi saat doyoung yang tak henti menatap intens kearahnya.

"a-ahh mau ketemu jeongwoo ya, sebentar ya aku pang--YAK" yedam memekik baru saja ia ingin pergi kelantai atas memanggil jeongwoo namun doyoung langsung menarik lengannya dan membawanya ke samping rumah jeongwoo yang tertutupi banyak daun liar.

"D-doy k-kenapa?"

Yedam gugup setengah mati, wajahnya memerah. Ia benar benar tak bisa berpikir jernih sekarang, semua perlakuan jahat doyoung sudah lenyap begitu saja.

Dipikirannya hanya doyoung, doyoung dan doyoung.

Doyoung melepaskan kukungannya, wajahnya terlihat frustasi, ia mengusap kasar surainya kebelakang.

"Bang yedam?" Monolognya melihat name tag yedam.

"I-iya?"

"Stop kasih gue, barang sampah itu lagi ya" yedam tertegun, doyoung tau?.

"Gue gak butuh, dan

Jangan suka sama gue lagi. Gue udah punya tunangan"

[WHY]

Yedam berjongkok di dalam ruang musik yang selalu ia datangi kapan saja duduk dibawah piano, yedam memeluk tasnya, air matanya mengalir begitu saja.

Bahkan tanpa ia sadari, benar benar tidak sadar atau menambal kesadarannya sendiri kalo ia sangat bodoh.

Yedam mengumpati dirinya, harusnya yedam tak usah mendengar ucapan tanpa fakta dari para penggosip dikoridor tadi.

"yedam jenius banget tapi sayang gak bisa jaga perasaan, masa suka sama pacar orang"

Ditambah ucapan doyoung tadi pagi

Air mata banjirnya itu sudah mengering pada pipi wajah, bahkan lengan sweaternya sudah lembab.

Yedam masih terus berdiam diri dibawah piano, mengeratkan sweater kuningnya. Tidak ada niatan ingin pergi kekelas.

sampai ia tak sadar pintu ruang musik telah dibuka. Bahkan ada bayangan menutupi dirinya.

"yedam?"

Yedam mendongak, mendapati haruto dengan aura khawatir menatapnya cemas. seakan melihat benda berharganya baru ditemukan sehabis dicari sedari tadi, haruto pun menariknya keluar dengan pelan agar kepalanya tak terkena ujung piano.

haruto merapihkan baju dan rambut yedam, ia mengernyit melihat yedam yang sedari tadi menunduk. Ia pun menarik dagu yedam.

"wajahmu merah? Kamu demam?" haruto tak menyadari bahwa mata yedam pun sedikit memerah akibat menahan tangis, haruto menaruh punggung tangannya di dahi yedam yang bagai air terjun itu.

✓wayo ; dodam, HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang