13. A magic love

958 142 7
                                    

"Kamu harus menikahkan jeongwoo, gimana pun caranya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu harus menikahkan jeongwoo, gimana pun caranya"

Doyoung yang sudah berjam jam berdiri diruangan ayahnya ini, memutar pupil matanya malas, mau iya jawab tidak, no, andwe pun ayahnya pasti memaksa toh untuk apa ia jawab.

"Kamu tau, ny, kim melihat anaknya berusaha bunuh diri dengan menyeset tangannya dengan pisau.

Apa kamu selingkuh darinya?"

Doyoung diam, masih setia menatap lantai.

Dalam hati berdecak kesal, anak sialan dia yang luka kenapa gue yang disalahin sialan.

"Tidak yah"

"Terus kenapa dia sampai kayak gitu?" Hanya gelengan jawaban doyoung.

"Jeongwoo mulai tidak terbuka lagi sama dobby yah" jawabnya sebagai alasan.

Sang ayah berdiri dihadapan putra bungsunya yang ia andalkan, doyoung tak membalas tatapan ayahnya takut sesuatu yang tak diinginkan terjadi.

PLAK.

"Cari tau alasannya sialan, kenapa dia gak mau terbuka sama kamu" satu tamparan telak terkena pada permukaan pipi doyoung yang memerah sesaat.

Doyoung tak terkejut, mana mungkin ia terkejut dengan hobi ayahnya.

"Maaf ayah"

"Maaf maaf, pergi ke rumah keluarga park. Minta maaf kamu disana, sujud kalau bisa memohon ampun kamu sama mereka!! Jangan sampe mereka minta batalin pertunangan kalian!!" Tn, kim melemparkan berkas berkasnya pada wajah doyoung yang menuruti perintahnya.

Doyoung keluar dari kediamannya, berganti pakaian visual, menutupi pipi merahnya dengan foundation dan mengendarai mobilnya diatas kecepatan rata rata menuju kediaman park.

Seluruh pelayan tau siapa doyoung sekarang, memanggil tuan rumahnya agar doyoung tak menunggu lama di ruang tamu.

"Malam doyoung, ada apa kamu kemari malam malam begini?" Tanya ny, park dengan lemah lembut.

Doyoung duduk dilantai dengan kakinya terlipat dibawahnya, kepalanya tertunduk.

"Maaf mom, maaf aku gak berniat membuat jongu ngelukain dirinya sendiri. Dobby salah karena udah lalai, dobby salah gak jagain jongu, maafin dobby mom" ujar doyoung tanpa perasaan sama sekali.

Ucapannya tak tulus.

Ny, park menarik dagu doyoung, manik cantik itu membuat doyoung kesal.

"Pintar, sebentar mom panggilkan jongu" ny, park naik kembali keatas tergantikan pemuda manis dengan pakaian formal yang dipakai secara buru buru.

"Malam dobby" sapanya datar.

Doyoung tak menjawab, ia menarik tangan jeongwoo menuju taman kediaman park.

Disana jeongwoo menyuruh bodyguardnya pergi jangan menganggu mereka.

Doyoung menghidupkan pematiknya, menghisap nikotinnya dalam dalam, berbeda dengan jeongwoo yang meremat celana bahannya gugup.

"Bagus woo, sekalian aja beset leher lo pake ceruit. Biar badan gua abis dicambuk" sindir doyoung dengan nada santainya.

"M-maaf"

"Buat? Mending diem lo, bikin mood gua ancur aja"

Jeongwoo benar benar diam, doyoung memilih duduk disamping jeongwoo. Mereka berdua sama sama diam memikirkan masa depan keduanya.

"Dob"

"Hm"

"Ayo batalin pertunangan kita" ujar jeongwoo, empat kata yang berusaha ia ucapkan kepada doyoung semenjak mereka menautkan cincin satu sama lain secara paksa.

Doyoung bangkit, berdiri dihadapan jeongwoo. Tangannya maju, untuk mencekik leher si manis hingga mendongak menatap manik datarnya itu dengan ketakutan.

"Lo mau gua mati?"

Manik jeongwoo memerah, doyoung tak melonggarkan cekikannya sama sekali.

Sebelum tuhan benar benar menyenggolnya, dan membuat doyoung berjalan menjauh, mengusap surainya kebelakang dengan wajah frustasi.

"Gua kira, lo tau alasan kenapa keluarga gua nikahin kita. Ternyata lo emang segoblok itu woo" doyoung menghembuskan gumpalan asapnya pada pucuk kepala jeongwoo yang tertunduk.

"Bunuh gua, atau orang tua gua biar pertunangan ini the end sebelum ending"

[WHY]

Semakin hari, waktu dan menit bertambah. Haruto semakin sesak, melihat pemandangan keduanya dikelas.

Mau bagaimanapun haruto mengalihkan atensinya, jeongwoo dan doyoung duduk didepannya, dikelas yang sama dengannya.

Haruto mengusap wajahnya kasar.

Kayaknya benar benar gak ada kesempatan ya?.

Apa harus menyerah di tengah jalan dengan paksa?.

Haruto berkecamuk dengan pikirannya sendiri, melihat jeongwoo bersama doyoung membuat darahnya mendidih.

Pasalnya jeongwoo terlihat bahagia yang dipaksakan, semuanya seperti dibuat buat. Jeongwoo tau bagaimana senyum tulus jeongwoo, seperti saat mengucapkan terima kasih padanya waktu itu.

Dengan lesu, haruto berjalan ke kantin tapi malah menemukan temannya dengan cap merah tangan dipipinya.

"Diputusin lagi bang?" Tanya haruto mengejek.

Yoshi memutar matanya malas, ia ikut mengantri membeli makanan ringan disamping haruto.

"Lagian, pacar banyak banget ngalahin dosa"

"Sialan, bukan gue yang diputusin" elak yoshi membela diri.

"Intinya putus kan"

Yoshi diam saja dibelakang haruto yang kadang terbengong, memandang kosong lantai atau roti di genggamannya.

Bahkan ibu kantin harus memanggilnya beberapa kali hingga dirinya menyaut.

"Lesu amat kak, ditolak ya?" Ini senjata yoshi membalas sindiran haruto tadi.

Udah terkenal seluruh penjuru sekolah, kalau haruto menyukai jeongwoo, ada yang memandang kasian, juga sayang kenapa suka sama tunangan orang.

Respon haruto malah seperti bujang ditinggal nikah.

"Bukan takdir yosh, mungkin gue bukan yang terbaik untuk hidupnya"

"Palalo, takdir emang ditangan tuhan, tapi kalo lo berusaha dan maksa, mungkin bisa berubah kali" celetuk yoshi asal.

"Emang lo pikir, orang yang nikah dua kali tuh apa? Takdir jodohnya emang dua gitu?"

Haruto meninggalkan yoshi diakhir katanya, ia membeli satu buah cokelat yang biasa dulu jeongwoo suka makan saat istirahat sekolah.

Mengambil note ditasnya, menuliskan kalimat yang terbesit dibenaknya.

'Semoga ini bukan cokelat terakhir dari gue woo'

Ujarnya dalam hati sebelum menutup loker jeongwoo setelah menaruh cokelatnya didalam.

"Ayo ubah takdir, klub musik 17.30"

– wtnbe ruto.


TO BE CONTINUED//

✓wayo ; dodam, HajeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang