Akhirnya hari ini tiba, hari dimana aku akan berkencan dengan laki laki yang yang aku cintai. Kami sudah bersama setelah 3 tahun, rencananya tahun depan kami akan melangsungkan pernikahan. Tapi beberapa minggu terakhir dia mulai berubah.Aku tidak mengerti apa yang membuatnya berubah, apakah dia punya masalah di pekerjaannya, atau dia bosan denganku, atau mungkin....... ahh aku tidak mau membayangkannya.
Tapi aku beruaha memahami dirinya, seperti kebanyakan orang berkata bahwa saat ingin masuk ke jenjang yang lebih serius pasti ada hal hal yang ingin menghalangi niat baik.
Karena kesibukan kami masing masing untuk bekerja dan mengumpulkan uang untuk pernikahan kami, kami menjadi sulit untuk memmiliki waktu bersantai bersama seperti dulu. Maka aku mengusulkan untuk pergi piknik berdua.
Namun sayang hari ini cuaca tidak cukup baik, sehingga kami mengganti acara piknik dengan menonton drama bersama di apartmentnya.
Drrttt drrttttt......
Suara ponselku bergetar"Euummmm..."
"Aku sudah di depan"
"Araseoo... aku akan keluar sekarang"Tanpa basa basi dia menutup telfonnya sepihak, aku membuang nafasku perlahan. Aku tidak ingin merusak moodku, aku mencoba untuk tenang.
Aku merapihkan tatanan rambutku dan mengambil tas lalu beranjak menemuinya.
"Anyeeongg..." sapa ku ceria saat membuka pintu mobil dan masuk
"Euumm" jawabnya dingin"Sepertinya mood mu tidak baik hari ini..." kataku pelan
"Hah? Itu hanya perasaannmu" jawabnya santai"Ji, kalau kamu gak mau, kita bisa jadwalin ulang kencan kita" kataku serius
"Bagaimana mungkin kau sudah rapih, mana mungkin dibatalkan?" tanyanya sarkasAku terdiam, sulit bagiku untuk membalikkan moodku lagi. Tapi aku melihat Jihoon berusaha tersenyum meskipun aku tahu dia tidak menyukai situasi ini.
Sesampainya di apartmentnya, ternyata Jihoon sudah menyiapkan beberapa makanan dan juga cemilan. Suasana mulai mencair saat kami mulai menonton film dan tertawa bersama, aku bisa melihat kembali sosok Jihoon yang selama ini aku rindukan.
Aku sedikit merasa bersalah karena sudah berpikir hal yang tidak tidak tentangnya, dan aku yakin bahwa mungkin akhir akhir ini dia hanya lelah.
Suara tawanya, tatapan matanya, gayanya saat menirukan sesuatu yang lucu, leluconnya yang terdengar garing namun menjadi lucu karna ekspresi wajahnya, semua hal tentangnya yang selama ini hilang telah kembali lagi.
Setelah selesai menonton, kami pun makan siang bersama. Tidak banyak pembicaraan saat kami makan, seperti biasa Jihoon akan sangat fokus dengan makanannya. Bahkan memperhatikan dia makan saja membuat aku bahagia, i'm queen of bucin.
Kegiatan terakhir dalam list kencam kami hari ini adalah bermain kartu. Sudah lama sekali sejak kami tidak bermain kartu bersama, terakhir saat sebelum kami berkencan. Permainan kartu adalah alasan kami bertemu dan tertarik satu dengan yang lain.
Sekitar 3 tahun yang lalu, aku seorang mahasiswa yang sangat gemar bermain kartu. Tidak satupun dari teman temanku yang dapat mengalahkanku, sehingga aku banyak memenangkan taruhan.
Sampai pada suatu hari salah satu temanku memperkenalkan aku dengan Jihoon yang di akui oleh teman temannya juga sebagi seseorang yang lihai bermain kartu.
Permainan pertama dan terakhir kami waktu itu adalah pertarungan yang sangat sengit, dan butuh waktu 2 jam untuk kami mengakhiri pertandingan kami. Itu pun karena saat kami bermain, ujan deras tiba tiba turun dan membuat kami bubar dengan cepat karena kami sedang ada di atap gedung kampus. Sampai hari ini pun kami tidak tahu siapa yang memenangkan pertandingan, karna kami tidak mau membahasnya lagi.
"Asssaaaa, hari ini aku akan mengalahkanmu" kataku bersemangat sambil mengocok kartu
"Kita lihat saja..." tantang Jihoon semangat
Aku akui Jihoon satu satunya lawan yang menantang dan mengasikkan, saat ini kami sudah pada putaran terakhir dan poin kami seri.
Aku melihat kartu ku dan aku sangat yakin akan memenangkan pertandingan,
"Ji, bagaimana kalau kita bertaruh?" tantangku semangat
"Eumm baiklah" jawabnya santai"Okee, kalau aku menang... Kamu harus mau pergi ke taman hiburan dan menggunakan bando couple. Bagaimana? Hahha" tanyaku semangat
Jihoon tertawa remeh seperti jengkel, "baiklah" katanya malas
Apakah permintaanku berlebihan? Aku ingin menarik permintaanku, tapi ya sudahlah. Maka aku tanyakan keinginannya.
"Lalu apa yang kamu inginkan jika menang?"
Tanpa banyak berpikir Jihoon menjawab dengan tatapan dinginnya
"Aku mau kita putus"Duuuuuaaaarrrrr...
Duniaku serasa hancur berantakan, aku melihat kesungguhan di matanya. Jihoon tau dengan baik bahwa aku sangat tidak menyukai prank dan semacamnya, sehingga aku yakin dia tidak sedang bercanda atau mengerjaiku."Why?" kataku tak percaya dan menatapnya
"Yaaa hanya saja aku ingin" katanya santai sambil mengelurkan beberapa kartu
"Kartuku sisa dua" katanya lagi
Aku pun mengeluarkan beberapa kartu kembar lainnya dan menyisakan juga dua kartu di tanganku.
"Jadi kau benar benar menginginkannya?" tanyaku setelah meletakkan kartu
"Eeuummm" katanya santai namun serius sambil menatapku
Sekarang waktunya menghitung jumlah angka pada kartu, poin terkecil akan memenangkan pertandingan.
Jihoon mengeluarkan 2 kartu dengan poin total 3, sedangkan ditanganku ada 2 kartu joker yang tentu saja berpoin 0. Jihoon menatapku sambil menunggu aku mengeluarkan kartu terakhir.
Aku benar benar mengenal sikapnya, saat dia menginginkan sesuatu pasti dia akan bersungguh sungguh untuk mendapatkannya. Sikapnya selama ini membuatku sadar mungkin adalah caranya agar aku meninggalkannya, namun tidak berhasil.
Sampai akhirnya dia menggunakan cara yang menurutku sangat ekstrim seperti saat ini.
"Baiklah kalau itu maumu, aku harap kamu bahagia" kataku berat sambil memasukkan kedua kartu ku kedalam tas dan beranjak pergi dari apartment Jihoon.
Aku tidak ingin menjatuhkan airmataku dihadapannya, ku langkahkan kakiku secepat mungkin untuk pergi keluar dari apartment.
Fin~
KAMU SEDANG MEMBACA
Woozi Imagine (one/two-shot)
FanfictionKumpulan oneshot/twoshot AU Woozi Seventeen a.k.a Lee Jihoon. Semua yang di update di sini akan di update ke twitter terlebih dahulu. Jika kamu suka dengan ceritanya, boleh klik vote nya ya. Jika ada masukan, saran, ataupun suara hati setelah membac...