Sebuah Penantian (1)

455 30 0
                                    

"Aku pulang..." terdengar suara pria setelah memasuki pintu apartemen ku siapa lagi kalau bukan suami ku

Aku tau betul sebentar lagi apa yang akan dia lakukan, ya dia menghampiriku dan melingkarkan tangannya pada pinggangku.

"waktunya charge energy..." katanya sambil menaruh kepalanya di pundakku

Aku yang sudah tau apa yang dia maksud kemudian memalingkan wajahku dari aktivitas memasak dan mencium bibir Jihoon singkat.

Sudah satu tahun aku menikahi pria berkarisma ini, aku sangat jatuh hati kepadanya saat ia memasuki ruangan kerjaku bersama dengan seorang HRD untuk perkenalan diri sebagai pegawai baru, 3 tahun yang lalu. Sebagai Manager Marketing ia termasuk orang yang termuda dengan pengalaman yang begitu banyak dan luar biasa, bagaimana aku tak semakin jatuh hati padanya ditambah dengan parasnya yang berkarisma.

Didepan orang banyak Jihoon mempunyai aura seorang pemimpin yang luar biasa, tersenyum simpul kepada karyawan dan sesekali menunjukkan sikap tegasnya membuat karyawan di divisinya maupun divisi lain sangat menghormatinya.

Kami tidak sengaja bertemu di bioskop saat launching Avengers: Infinity War, diantara teman kantor ku tidak ada yang mengikuti film ini jadi aku harus menontonnya sendiri. Waktu itu Jihoon pun hanya sendirian, aku sangat terkejut karena dia mengenali diriku. Meskipun Jihoon sudah satu tahun bekerja di kantorku waktu itu, namun menyapanya pun membuat hatiku tak karuan.

Mulai sejak itu, Jihoon menaruh perhatian lebih kepadaku. Menawarkan tumpangan, membelikan aku kopi, ataupun mengajak menonton film di akhir pekan. Setelah aku mengenalnya lebih dalam, ternyata Jihoon bukan orang yang se serius itu. Entah aku harus menyesal atau malah bersyukur setelah tahu karakter aslinya hahahaha

Saat kami sudah resmi berpacaran, aku meliihat Jihoon dengan nyaman menunjukkan sisi 'manja' nya kepadaku.

"Aku gak nyangka ternyata kamu bisa manja manja kaya gini juga.. beda banget sama yang selama ini dan kalau di kantor" tuturku heran

"Ya kalau di kantor kan jaga image dong, dan selama ini kan proses dapetin kamu juga harus keliatan keren.. kalau udah dapet mah jadi diri sendiri.. hehe" kekeh Jihoon

"Ohhh jadi ini aslinya kamu?" tanya ku geli

"Eumm.. tapi aku kaya gini cuma sama dua orang..." katanya menggantung

"sama siapa aja?" tanyaku penasaran

"Ibuku dan istriku kelak..." jawabnya serius dan menatapku

Wajahku terasa panas, aku tidak mau sepercaya diri itu untuk menganggap yang dimaksud Jihoon adalah ingin menjadikan aku sebagai istrinya. Kami baru 3 bulan pacaran dan ini terlalu dini untuk masuk dalam jenjang yang lebih serius.

"Tapi aku bukan istrimu..." jawabku singkat dan mengalihkan pandanganku ketempat lain

"Iya aku tau, tapi sebentar lagi kamu akan jadi istriku..." kata Jihoon lagi masih dengan nada serius

Tiba tiba lampu café meredup, dari awal memang café ini kosong dan sampai sekarang pun hanya aku dan Jihoon yang menjadi pelanggan namun aku tidak tahu bahwa ini semua sudah di rencanakan oleh Jihoon.

Jihoon melamarku dan memintaku menjadi istrinya tepat di hari ke100 kami, meskipun ini masih terlalu dini dana ku butuh penjelasan darinya kenapa semua terlalu cepat, namun saat itu mulutku dengan cepat berkata iya.

Percaya atau tidak ternyata Jihoon sudah tertarik kepadaku saat pertama kali kami bertemu. Saat di bioskop? Tentu bukan... Di hari pertama Jihoon datang ke kantor? Ini pun bukan..

3 bulan sebelum Jihoon resmi masuk ke kantor, ternyata kami sudah bertemu di stasiun bawah tanah. Waktu itu aku sudah terlambat datang ke kantor dan tergesa gesa, saat hendak menggunakan name tag aku tak sengaja menabrak Jihoon yang tentu saja pada saat itu aku tidak mengenalnya.

Woozi Imagine (one/two-shot)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang