Setelah 2 jam berkutat dengan alat tulis dan paper, akhirnya beberapa Hand Lettering yang harus aku pasang pun selesai. Ya aku memang bukan mahasiswa jurusan bahasa ataupun seni tulisan, tapi aku senang melakukan Hand Lettering dalam betuk kata-kata sederhana yang aku dapat dari pengalaman hidup sehari hari.
Tentu aku tidak mendapat keuntungan finansial dari melakukan hal ini, namun melihat beberapa orang berhenti sejenak hanya untuk membaca tulisanku, atau memotret di depan dinding tersebut membuat hatiku terasa hangat.
Seperti biasa ku turunkan kertas kertas yang lama, dan memasangkan yang baru. Aku menggantinya seminggu sekali, memang tidak mudah namun ini mengasyikkan. Tidak terasa aku sudah melakukannya selama setahun penuh.
"Kamu pasti bisa"
Sebuah kata klise yang tanpa kamu sadari
Merupakan sebuah beban baru
bagi orang yang menerimanya.
Berasal dari sebuah keresahan yang entah datang dari mana, kutaruh tulisan tersebut di bagian paling tengah. Mungkin ini babak baru dari nuansa tulisanku untuk kedepannya.
Keesokkan harinya ku lewati koridor dimana dinding tulisanku berada, namun ada sesuatu yang aneh. Tulisan yang berada di tengah menghilang dan tergantikan dengan sebuah post-it berwarna kuning menyala.
Aku hanya butuh waktu untuk berhenti sebentar,
karna aku hanya manusia biasa.
Apakah ini terdengar egois?
Awalnya aku sedikit kesal karna ada seseorang yang tidak bertanggung jawab membuat dindingku terlihat aneh dengan satu post-it berwarna kuning merusak komposisi warna yang telah ku buat.
Tapi saat membaca tulisannya, aku terdiam karna aku pikir dia mengerti maksud arah tulisanku.
Ku langkahkan kaki ku ke perpustakaan untuk menuliskan kalimat tersebut dalam bentuk yang lebih dapat diterima oleh mata. Kutambahkan satu kertas lagi untuk membalasnya.
Satu langkah mundur
untuk sebuah kemajuan yang luar biasa.
Terdengar menguntungkan bukan?
Aku meletakkan kedua kertas tersebut berdampingan.
"Aku harap kau bisa beristirahat sebentar, untuk lonjakan yang luar biasa" gumamku setelah menempelkan kedua kertas tersebut.
Semenjak hari itu aku sering mendapatkan stick note 2 lainnya, namun bedanya orang tersebut tidak mengambil kertasku. Rutinitasku secara tidak langsung berubah saat aku mendapat catatan darinya, aku secara tidak langsung mengenal dirinya dari cerita cerita yang dituliskan dalam note.
"Terima kasih untuk tulisan di bagian atas kedua dari kanan"
"Mengapa selalu ada tulisanmu yang pas untukku?"
"Apakah kau mengenalku? Aku merasa membaca diriku di dinding ini"
Sudah 3 minggu terakhir dia tidak lagi menceritakan keresahannya, mungkin dia sudah bangkit kembali dan aku bahagia melihatnya.
Minggu ini tidak ada lagi catatan disana, hari pertama, hari kedua, sampai hari ketiga aku melewati koridor hanya untuk memastikan tidak ada yang mengambil catatan tersebut tapi sepertinya memang orang itu tidak lagi menuliskannya.
"Kau menunggu ini?" tanya seorang pria lalu meletakkan sebuah post-it berwarna kuning yang familiar bagiku.
"Jihoon?" tanyaku kaget saat melihat sosok di sebelahku
"Wahh aku terharu kau mengenaliku..." katanya sambil tertawa membuat matanya berubah menjadi seperti sebuah sabit
"Hah jangan merendah, mana ada mahasiswa yang tidak mengenalmu di kampus ini" kataku sambil mengabil post-it kuning yang dia tempelkan
"Aku fansmu sudah dari tahun lalu, boleh aku bertemu dengan mu?" aku membaca tulisannya dan membuatku terkekeh kecil
"Fans? Haha Seorang lee jihoon ingin menemuiku? Mungkin sebentar lagi matahari akan terbit dari selatan... hehe" candaku tak percaya
Tak seperti dirinya yang terkenal, aku hanya mahasiswa biasa yang tidak punya banyak teman. Aku lebih suka menghabiskan waktuku di perpustakaan, membaca buku dan juga menulis.
"Mengapa kau terdengar seperti bukan dirimu selama ini?" tutur Jihoon bersemangat
"Maksud mu?" tanyaku aneh
"Kau berhasil memberikan orang lain semangat lewat tulisan tulisanmu, tapi saat ini kau terdengar sebagai orang yang tak bersemangat... dan terkesan... tak percaya diri" ucapnya menjelaskan
"Hahaha ini hanya sebuah tulisan lee Jihoon, kau salah jika berharap lebih dariku" kataku sambil melepaskan tulisan tulisanku dari dinding
"Kenapa kau melepaskannya?" tanya nya bingung
"Kau bilang fansku, tapi kau tidak tahu kapan tulisan tulisan ini harus di ganti?" kataku kepadanya
"Hari sabtu?"
"Yap" jawabku semangat
"Tapi ini hari jum'at"
"Hah?" tanyaku heran
"Sepertinya kau benar benar menunggu post-it kuning ini sampai kau lupa hari haha" ledek Jihoon
Aku tak membalas perkataannya karena malu, kemudian menaruh kembali tulisan tulisanku.
"Aku pergi dulu" kataku langsung jalan menjauh
Aku merutuki kebodohanku sendiri.
"Hei tunggu..." teriak Jihoon namun membuat langkah kakiku semakin cepat
"Heii tunggu dulu..." katanya dan menarik tanganku
Aku milhat tangannya dan sekarang wajahku terasa panas.
"Ahh maaf" katanya lagi dan melepaskan tangannya
"Apa lagi?" tanya ku cepat
"Kau belum menjawab pertanyaanku" tanya Jihoon
"Yang mana? Ini?" tanyaku sambil menunjuk post-it dibalas dengan anggukan Jihoon
"Lalu ini? Bukankah kita sedang bertemu sekarang?" tanyaku aneh menahan tawa
"Hah? Aahh euumm bukan begitu.. uuu..." elak Jihoon gugup
Setahun yang lalu nama Jihoon mulai mencuat di kampus karna prestasi internasionalnya dibidang fotografi, sejak saat itu aku mulai memperhatikannya karena hasil fotonya yang sangat indah. Dan selama setahun aku memperhatikannya, baru kali ini aku melihatnya gugup seperti ini.
"Ada apa dengan mu?" tanyaku aneh
"Maksudku, bertemu diluar......"katanya setelah terdiam sekian lama sambil menggaruk tengkuknya
"Emm.. disamping ini terasa mustahil bagiku... disatu sisi aku masih mau hidup tenang dengan tidak berdekatan denganmu... bukankah kau melihat banyak mata yang sedang memburuku saat ini? Hahaha" tolakku halus
Jihoon lagsung melayangkan pandang ke sekeliling, entah dari kapan sudah ada beberapa orang di koridor yang curi pandang memperhatikan kami berdua.
"Terima kasih sudah menyukai tulisanku, aku juga menikmati foto fotomu... selamat tinggal" kataku mengakhiri pertemuan kami.
3 tahun lalu aku tidak sengaja menemukan sebuah akun twitter, dia tidak pernah memposting tulisan namun isi postingannya adalah video berisi sebuah lagu. Namun latar videonya tidak pernah menampilkan wajahnya.
Selama 2 tahun aku menikmati karyanya, dan aku liat tidak bayak orang yang tahu akun itu. Aku pun sampai saat ini tidak tahu bagaimana bisa aku mengetahui akun tersebut. Setahun yang lalu nama Jihoon mulai mencuat di kampus karna prestasi internasionalnya dibidang fotografi, sejak saat itu aku mulai memperhatikannya karena hasil fotonya yang sangat indah.
Namun satu hari aku melihat foto temannya yang mengatakan bahwa mereka di rumah Jihoon, dan aku melihat sebuah barang yang sama dengan video pada akun twitter tersebut. Aku hanya berpikir bahwa mereka adalah orang yang sama namun aku belum mengetahuinya sampai saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woozi Imagine (one/two-shot)
Fiksi PenggemarKumpulan oneshot/twoshot AU Woozi Seventeen a.k.a Lee Jihoon. Semua yang di update di sini akan di update ke twitter terlebih dahulu. Jika kamu suka dengan ceritanya, boleh klik vote nya ya. Jika ada masukan, saran, ataupun suara hati setelah membac...