Aku menghentakkan kakiku berulang kali dan merutuki nasib ku hari ini yang sungguh berantakan. Mulai dari saluran toilet rumah yang rusak, telat datang ke kantor, kehilangan project besar, dimarahi oleh atasan dan sekarang aku harus kehujanan.
"Arrrggghhhhhhh... dunia tidak adil" teriakku dalam hujan dan berlari menuju café langgananku
Biasanya aku membawa payung, tapi kenapa saat sekali saja aku tak membawanya, hujan itu datang. Apakah ada yang sama dengan ku?
Café ini adalah salah satu saksi hidup perjalanan hidupku, aku seorang anak rantau yang sulit mendapatkan teman di kota besar seperti ini. Ditambah lagi aku bukan dari keluarga yang berada, dan aku tak secantik wanita paling populer di kantor, ya aku hanya wanita biasa biasa saja.
Meja di sudut ruangan café selalu menemaniku saat aku menangis karna tidak ada satupun lamaran ku yang diterima, saat aku berhasil mendapatkan hadiah lotre dari mini market haha, saat aku mendapatkan pekerjaan, saat aku menangis pertama kali karna tak sanggup mengikuti gaya hidup orang kota, saat aku merayakan ulang tahun ku, dan masih banyak lagi.
Aku menaruh tas dan barang bawannku di meja biasa dan melangkahkan kaki ku ke kasir. "Selamat malam..." ucap pelayan toko di balik mesin kasir
"Hai selamat malam..." sapa ku kembali"Seperti biasa?" tanya nya lagi "Eummm.." ucapku mantap sambil mengangguk
"Baiklah... Kau tidak bawa payung?" tanyanya lagi ramah
Baru kali ini aku mendengarkan dia berbicara kalimat lain selain yang biasa dia katakan.
"Aku kira selama ini kau robot, hanya mengucapkan kata kata sesuai SOP." ledekku disambut tawa sang pelayan
Untuk pertama kalinya aku melihatnya tertawa, matanya membentuk sabit, pipinya mengembang memerah sehingga membentuk lesung pipi.
Suasana café malam ini cukup sepi hanya ada 2 pelanggan lain selain diriku, sehingga aku bisa mengobrol dengan sang pelayan saat menunggu minumanku selesai.
"Kau sudah lama bekerja di sini?" tanya ku basa basi
"Eummm ya, kira kira sejak café ini dibuka" katanya sambil membuat minumanku"Apakah saat ini SOP nya sudah berubah?" tanya ku lagi "Maksudmu?" tanya nya aneh dan menoleh ke arah ku kemudian melanjutkan pekerjaannya lagi
"Yaa biasanya kau tidak pernah bicara kata kata yang lain, kecuali.. selamat malam.. seperti biasa.. 5000 won... ini kartu mu.. terima kasih" kataku berusaha menirukan nada bicaranya
"Apakah terdengar tidak sopan?" tanyanya ragu
"Ahh tidak tidakkk..." elakku cepat"Selama ini kau selelu pergi sebelum aku bertanya..." ucapnya datar
"Hah? Serius?" tanyaku heran"Ini minuman nya... ya begitu lah" katanya tersenyum sambil memberikan minumanku
"Ahhhh maaf..." ucapku merasa bersalah
"Haha it's okayyy..." elakknya dan tertawa lagi
"Ini..." kata ku sambil meberikan kartu untuk membayar"Malam ini aku traktir, karna kau tidak pergi saat aku ajak bicara..." katanya lagi
"Heiii... ini semacam sindiran ya..." selidikku"Ya begitu lah.. hahahhaa" jawabnya sambil mengangkat kedua bahunya
"Song Eunbi..." kata ku sambil mengulurkan tangan"Nama yang indah, aku Jihoon.. Lee Jihoon.." katanya sambil menyambut tanganku dan bersalaman
"Namanya sangat cocok dengan mu... terima kasih untuk traktirannya" kataku sambil tersenyum dan kembali ke mejaku.
Aku menghangatkan diri dengan memegang gelas di depanku, meskipun sudah ada penghangat ruangan aku tetap kedinginan sepertinya aku akan demam. Namun tiba tiba seorang menyodorkan sebuah handuk kepadaku
KAMU SEDANG MEMBACA
Woozi Imagine (one/two-shot)
FanfictionKumpulan oneshot/twoshot AU Woozi Seventeen a.k.a Lee Jihoon. Semua yang di update di sini akan di update ke twitter terlebih dahulu. Jika kamu suka dengan ceritanya, boleh klik vote nya ya. Jika ada masukan, saran, ataupun suara hati setelah membac...