Jean mengatupkan bibirnya rapat-rapat karena masih agak syok dengan banyaknya hal yang terjadi hanya dalam satu hari. Di perjalanan pulang, Jean hanya kepikiran saja tentang Fiona yang secara tiba-tiba meninggal karena menurutnya cukup aneh. "Kak, berarti waktu Kakak anterin Fiona itu terakhir kali liat dia?"
Willy mengangguk sambil terus menatap jalanan yang cukup senggang.
"Kakak nggak sedih gitu?"
"Ya sedih, tapi gimana lagi"
"Kok bisa tiba-tiba banget?" Tanya Jean sambil mulai memutar otak yang biasa ia gunakan untuk memikirkan teori-teori dalam serial Korea.
Willy melihat Jean yang sedang mengerutkan dahi sambil bertopang dagu sangatlah lucu. Ia terkekeh kecil dan mengelus puncak kepala Jean dengan satu tangannya yang bebas, "Gak usah terlalu dipikir. Lagian kita nggak tau kehidupan asli seseorang, kan?" Perkataan Willy itu membuat Jean mengangguk setuju. Tentu saja kita tidak bisa asal menghakimi kehidupan asli seseorang. Bisa saja mereka hidup selama ini hanya mermodalkan topeng.
"Kamu yakin mau pulang?" Willy menatap Jean dengan khawatir. Willy hanya takut nanti Jean bakal lebih sakit lagi saat pulang ke rumah setelah bertengkar hebat tadi pagi. Tadinya Willy sudah menawarkan agar Jean tidak kembali ke rumah dulu dan kembali menginap di rumahnya, tapi Jean menolak. Dengan alasan takut nanti Jesse jadi curiga.
"Iya gak apa-apa. Nanti kan, ada Kak Jesse"
Willy mendengus pelan saat Jean menyebut nama kakaknya, it should be him, yang seharusnya menjaga Jean. Bukan Jesse yang bahkan tidak tahu kelakuan ibu kandungnya sendiri pada adik tirinya. "Hm, kalau ada apa-apa langsung kabarin aku"
Mobil Willy berhenti di depan rumah Jean dan Jean langsung melepas sabuk pengamannya untuk turun.
"Makasih, Kak. Hari ini mood aku jadi lebih baik, hehe"
"Sama-sama, sugar. Gih, masuk"
"Dah"
"Hm, dadah"
Setelah Jean turun, Willy masih menunggu sebentar sebelum sosok Jean menghilang sepenuhnya di balik pintu. Tangannya segera merogoh ponsel dan membuka aplikasi yang memperlihatkan tampilan kamar Jean. Semuanya porak-poranda, tadi pagi setelah kepergian Jean, Yura dengan amarah yang memuncak langsung menghancurkan segala yang bisa ia banting di dalam kamar Jean. Semuanya itu terekam dalam kamera tersembunyi.
"Yura brengsek. My poor sugar, harus beresin kamar malam-malam begini"
Benar saja, sedetik setelah Jean membuka pintu kamarnya, desahan lelah langsung keluar dari mulutnya. Tadi ia juga sempat mendengar suara bantingan sesuatu dari kamarnya saat keluar dari rumah.
Jean mendesah pasrah saat melihat keadaan kamarnya, ia ingat tadi sempat mendengar mamanya membanting sesuatu, oh mungkin bukan hanya sesuatu tapi banyak sekali. Cat-cat berceceran dan muncrat mengenai banyak perabotan kamar. Belum lagi tugas-tugas Jean yang ada di kertas tersobek dan terlumuri tumpahan cat. Untungnya semua itu sudah dinilai, dan semua proyek sekarang lebih banyak dikerjakan menggunakan device.
Karena harus segera berbenah, Jean langsung mandi. Setelah mandi, Jean langsung memulai sesi bersih-bersihnya yang tentu tidak sebentar. Belum lagi ia harus mengetik beberapa slide PPT untuk menyicil materi presentasi tugas di minggu depan. Banyak sekali yang harus ia lakukan hingga larut malam bahkan sudah berganti hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perilous
Fanfiction[COMPLETED] Entah apa dosa masa lalu yang dilakukan oleh gadis malang yang kini menjalani kehidupan dengan sangat miris dan menjadi objek obsesi pacarnya sendiri. "Your will is my command" + bahasa ; surabaya-javanese + above 16. + warn: violence...