"You don't love me. You're obsessed with me" Ucap Jean dengan kilatan penuh kebencian. Wajahnya memerah, begitupun dengan air mata yang meleleh jatuh menunjukkan betapa terkejut dan kecewanya Jean pada Willy.
"Ha, obsession or love, i don't care. Yang penting kita bisa sama-sama terus selamanya. Kamu satu-satunya yang aku punya, sugar. The only thing that i own in this world" Willy terus melesakkan kepalanya dan mengendus wangi Jean seperti nikotin yang membuatnya candu. Sekarang, tidak akan ada orang lain yang bisa mengganggu mereka lagi.
"Own? Kakak kira aku barang? Lepas!" Jean meronta saat tubuhnya terus dipeluk oleh Willy dari belakang. Ia jijik dan merasa hina pada dirinya sendiri setelah melihat semua foto tidak senonoh yang terpajang pada pigura-pigura di sepanjang lorong.
Willy mengangkat tubuh Jean yang meronta makin keras dan menaruhnya di atas ranjang berukuran besar dan melepas gesper untuk menalinya ke tangan Jean agar tidak terus berontak. "Diem, aku gak mau nyakitin kamu"
Jean berhenti meronta dan tetap menangis dalam diam. Sudut bibir Willy tertarik ke atas. "Good girl. Shh, jangan nangis lagi, sugar. Semuanya akan baik-baik saja, kamu tau kan dunia luar itu jahat. Di sini, kamu bakal dapat ketenangan. Hidup enak, semua tercukupi, impian kamu mulai tercapai satu-persatu, bukan? Termasuk hidup jauh dari mama kamu yang sekarang udah terkubur jauh di tanah. Kamu gak akan susah-susah kuliah, dan kita bakal punya anak bareng kayak yang kamu ceritain" Ucap Willy dengan senyum mengembang sambil mengelus kepala Jean dengan sayang, tapi itu justru terlihat makin menyeramkan di mata Jean sekarang.
Jean menyesal pernah sebebas itu mengatakan mimpi-mimpinya 5 sampai 10 tahun ke depan. Mimpi Jean tidak rumit, seperti layaknya manusia lain yang pasti ingin memiliki kehidupan yang baik, berkecukupan, berkeluarga. Tapi bukan sekarang waktunya, Jean juga masih harus menyelesaikan studinya.
"Jangan berontak lagi, oke? Aku buka ikatannya, pasti tangan kamu mulai sakit"
Setelah ikatan lepas, Jean masih tetap diam dengan wajah sembab. Rasanya kepalanya mau pecah, saking banyaknya pikiran yang lewat tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Willy ikut membaringkan badan di sebelah Jean, jelas sekali tubuhnya merasa lelah karena seharian penuh bepergian ke luar negri dan sekarang ke luar kota.
"Besok aku bakal balik ke Surabaya sebentar. Kamu jangan keluar-keluar, ya. Pintu bakal aku kunci, semua persediaan makanan, baju, udah lengkap semua. Barangkali ada yang datang, siapapun itu, nggak usah direspon. Kalau kamu ngelanggar, kamu tau kan konsekuensinya?"
Jean hanya mengangguk paham. Nyawa teman-teman dan kakaknya sedang dalam bahaya.
: : :
Setiap hari Willy bolak-balik dari Malang ke Surabaya. Dini hari Willy selalu berangkat dari Malang dan pulang sore menjelang malam. Jean tinggal sendiri di rumah yang kali ini benar-benar tidak ada orang lain selain dirinya sendiri. Masak sendiri, gabut sendiri, paling tidak walaupun mentalnya sedikit tergoncang, Jean masih terus berusaha untuk bertahan dan mencari jalan keluar.
Terkadang Jean pura-pura membersihkan rumah dan sekaligus mencari apakah ada kunci duplikat. Mengikuti alur dan peran sebagai gadis penurut yang terlihat seperti seorang pendamping hidup William Dong. Oh, jangan tanya bagaimana perasaan Willy, tentu saja ia senang sekali.
Tidak ada akses keluar, tidak ada ponsel karena milik Jean diambil oleh Willy jaga-jaga kalau sampai Jean membocorkan lokasinya sekarang. Tidak ada akses internet, luar biasa, ini tempat terpencil di luar angkasa atau bagaimana? Walau Jean tahu posisinya sekarang ada di kota yang hanya berjarak 2 jam naik tol dari Surabaya tapi tentu saja ia tidak tahu menahu dimana posisi tepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perilous
Fanfic[COMPLETED] Entah apa dosa masa lalu yang dilakukan oleh gadis malang yang kini menjalani kehidupan dengan sangat miris dan menjadi objek obsesi pacarnya sendiri. "Your will is my command" + bahasa ; surabaya-javanese + above 16. + warn: violence...