Hari libur memang sangat menyenangkan. Meski hanya sehari dan itupun jatuh di tengah-tengah minggu, Jean tetap senang karena bisa istirahat sejenak. Jean berguling-guling di kasur lebar yang sudah pasti bukan miliknya. Apa yang lebih baik daripada bersantai dengan sang kekasih di hari libur?
Sebenarnya, Jean sudah beberapa kali main ke rumah keluarga Dong dan memang rumah itu sekarang hanya ditempati oleh Willy karena orang tuanya sudah pindah ke Beijing dan adiknya Willy sedang sekolah di Singapura. Rumah Willy ada di kompleks mewah yang masih satu area dengan alamat Jean, bagian barat dari kota. Sayangnya rumah besar itu sekarang hanya diisi oleh Willy, beberapa asisten rumah tangga serta supir dan satpam.
"I brought you cookies" Ucap Willy yamg baru saja kembali dari bawah sambil membawa satu nampan berisi segelas susu dan piring kecil berisi kukis cokelat. Makanan wajib yang harus dimakan Jean saat datang ke rumah Willy adalah kukis buatan Bibi Yun, asisten rumah tangga yang paling lama di rumah Willy.
"Makasih" Jean langsung memakannya sebiji sambil sibuk scrolling sosial media.
"Je, sini" Willy menepuk pundaknya sambil bersandar di kepala ranjang menyuruh Jean untuk berbaring di sebelahnya.
"Hm?" Jean merangkak ke sebelah Willy dan menempatkan posisi yang nyaman di dada bidang Willy. Menghirup banyak-banyak aroma Willy yang ia sukai, citrus dan mint. Hari libur yang sempurna, di rumah Willy, Jean bisa mendapat ketenangan karena jauh dari hiruk pikuk rumah yang membuat sesak. Tadinya Jesse hendak mengajak adiknya untuk pergi, tapi Jean sudah ada janji dengan Willy.
"Kak, suka sama aku kenapa?" Tanya Jean sambil memainkan jari-jemari Willy. Willy mengerutkan alisnya bingung kenapa tiba-tiba Jean menanyakan pertanyaan yang aneh.
"Kenapa emangnya?"
"Ya, penasaran aja kenapa Kakak bisa suka? Sejak ketemu di wisuda?"
"Bisa dibilang?" Kekeh Willy sambil mengingat pertemuan pertama mereka yaitu saat hari wisuda Willy dan Jesse.
"Hu, gak percaya. Mana ada love at first sight. Tapi aku masih gak nyangka bisa jalan selama ini sama William Dong. Bahkan temen-temen aku juga pada heran, katanya aku pakai guna-guna"
"Emang iya, kamu pakai guna-guna?"
"Ya enggak lah!"
"Haha, ya udah ngapain risau. Yang penting dari hati masing-masing" Willy menguyel-uyel pipi Jean gemas dan menciumi pucuk kepalanya yang wangi vanila, entah shampo apa yang digunakan Jean hingga membuat Willy ingin memakannya.
Jean mengambil satu lagi kukis dan dicelupkan dengan susu hangat lalu meminum habis hingga tak bersisa. Kembali ke posisi nyamannya, Jean kembali membuka ponsel untuk membalas beberapa pesan yang masuk dari teman-teman dan kakaknya. Dengan penasaran, Willy ikut memiringkan kepalanya dan ganti bersandar di pundak kecil Jean untuk ikut melihat ke arah layar ponsel. Namun dengan cepat Jean sudah selesai membalas dan mengganti ke aplikasi lain.
"Jesse kenapa?"
"Oh, biasalah. Cuma bilangin jangan pulang kemaleman. Tadi aku diajakin jalan tapi karena udah janji ke sini ya udah"
"Jadi gak ikhlas nih, ke rumah aku?" Goda Willy sambil menggelitik perut Jean dan membuat gadisnya itu menggeliat kegelian dan perlahan matanya mulai sayu.
"Enggak! Lagian emang seharusnya aku ke sini..." Suara Jean mulai melemah sebelum akhirnya tidak ada pergerakan. Nafasnya perlahan teratur. Jean tertidur dipelukan Willy. Ponsel yang digenggamnya sudah terlepas dari tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perilous
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Entah apa dosa masa lalu yang dilakukan oleh gadis malang yang kini menjalani kehidupan dengan sangat miris dan menjadi objek obsesi pacarnya sendiri. "Your will is my command" + bahasa ; surabaya-javanese + above 16. + warn: violence...