seventeen: long distance

215 29 1
                                    

"Kon iki! Sakit iku kok ya gak kabar-kabar? Panik tau aku!"

Haruskah Jean bersyukur karena masih ada teman yang memperhatikannya? Senyum mengembang pada bibir Jean, sakit sekali rasanya. Padahal ingin sekali saat ini ia menumpahkan air mata di depan Wenda dan bercerita panjang lebar tentang keresahan dan sakit yang ditanggungnya. Semua itu tertutup oleh sandiwara yang harus dimainkan oleh Jean saat ini. Dimana ia harus tetap terlihat seperti sebagaimana ia biasanya agar tidak ada yang curiga.

Jean bahkan sudah tidak sadarkan diri sejak terakhir Willy melakukan hal tidak senonoh secara paksa dan membuat Jean masih kesakitan sampai sekarang. Bahkan rasanya sulit sekali berjalan. Toh, untuk apa repot-repot berjalan, kaki Jean saja kembali ditali di bawah selimut.

"Minggu depan aku masuk"

Untungnya ada pulpen dan buku diari yang selalu Jean letakkan di bawah bantal. Satu hal yang jangan sampai terjadi ke kakak dan teman-temannya. Jangan sampai mereka terkecoh dengan apa yang ada di rumah ini, termasuk apa yang dihidangkan. Obat tidur adalah senjata andalan yang selalu digunakan Willy, baik itu saat Jean berkunjung, ataupun tadi saat membawanya ke Surabaya. Jean menyerahkan secarik kertas ke tangan Wenda untuk berjaga-jaga. Mungkin malam ini juga ia akan kembali ke Malang lagi, entah kapan tepatnya Jean akan kembali lagi ke Surabaya.

Ha... masa depannya sudah hancur lebur. Rasanya semua pandangan menjadi buram. Sekarang hanya perlu berdoa agar benih yang masuk tidak akan tunbuh menjadi janin. Sebab Jean tidak sudi mengandung anak dari seorang iblis.

Saat mendengar suara dentingan gelas dan suara jeritan Wenda, Jean merasa sedikit lega. Jean terus pasang telinga untuk mendengar apa saja kejadian di bawah sampai akhirnya mereka—teman-teman Jean dan Jesse pulang. Willy kembali ke dalam dan seperti orang yang mengalami trauma, Jean refleks menghindar saat Willy hendak mendekat.

"Mereka udah pergi dengan selamat. Aku masih baik loh, biarin mereka keluar hidup-hidup. Berkat kamu yang akhirnya mau nurut lagi. Enak, kan? Daripada kamu berontak terus, gak ada gunanya. Yang ada malah serba salah. Nanti subuh aku anter balik ke Malang, tapi aku harus segera balik buat pergi ke Beijing. Nanti aku kasih satu bibi asisten buat bantu kamu di sana, oke?"

"Hm"

"Gak lama kok, paling cuma 2-3 harian. Tau kan resikonya kalau sampai mau kabur lagi? Surabaya tempat yang berbahaya buat kamu, sugar"

Tempat yang berbahaya katanya? Cih, justru rumah Willy adalah tempat yang paling berbahaya dan menyesakkan. Kalau saja Willy tidak sampai senekat dan segila ini, tidak mungkin juga Jean akan kabur-kaburan. Justru tingkah Willy makin ke sini makin terlihat sifat aslinya. Jean yakin, pasti ayah Wenda juga masih terus melakukan penyelidikan. Entah kenapa rasanya berjalan sangat lama, apakah mereka masih belum juga menemukan sesuatu yang janggal? Atau karena permainan Willy yang terlalu mulus?

: : :

Bosan. Sangat bosan. Bahkan kesendirian dan tidak melakukan apa-apa ini membuat Jean makin merasa muak. Willy benar-benar pergi, 2 hari lamanya ia ditinggal dan terus dikurung di dalam kamar. Pintu terus dikunci kecuali saat bibi asisten yang diutus Willy mengirimkan makanan.

Siapapun akan bilang akhirnya ada juga orang yang hanya memikirkan makan, tidur, dan berak, tanpa bekerja. Oke, tapi tanpa internet dan hiburan selain suara kicauan burung yang bahkan bisa terbang bebas di angkasa? Oh, Jean iri sekali.

Tiba-tiba saja saat belum jam makan siang, pintu kamar Jean dibuka. Karena sudah tahu siapa yang akan masuk, Jean hanya duduk bersandar di kepala ranjang dan menoleh tanpa minat. Ternyata yang datang bukanlah bibi asisten melainkan Ajun, sekretaris Willy. Wajahnya terlihat sangat tenang dan justru itu yang membuat Jean makin takut. Ajun adalah sekretaris Willy yang setianya sudah mengalahkan anjing peliharaan pada pemiliknya. Ada apa tiba-tiba Ajun datang? Apakah Willy sudah kembali dari Beijing? Katanya bisa sampai 3 hari. Ayolah, pergi lebih lama juga sangat tidak apa-apa. 

Tak lama, ada orang lain yang datang menyusul. "Ray?" Panggil Jean yang agak terkejut karena adik dari Willy itu bisa ada di Malang. Ah, apakah Raymond juga masih satu sekongkol dengan kakaknya. 

"Kon boleh keluar, Je" Ujar Raymond yang terlihat seperti sedang terburu-buru. Raymond sekarang sedang menggunakan baju serba hitam dari atas sampai bawah. Termasuk juga Ajun. 

"Darimana kon tau aku ada di sini?" 

"Dari Ajun. Kakakku udah gak bisa berhenti. Mama, Papa, baru tadi pagi meninggal di Beijing karena keracunan. Mungkin habis ini target selanjutnya ada di Surabaya. Aku gak ingat pasti, tapi kon pasti ingat, lukisan-lukisan yang ada di bawah tanah?" 

Otak Jean langsung berputar. Tidak, Jean ingat sekali terakhir kali lukisan wajah yang dibuat oleh Willy adalah kakaknya, Jesse. Setelah dipikir-pikir lagi, semua orang yang dilukis oleh Willy berakhir meninggal dengan sangat tidak jelas, termasuk Fiona, ibunya, dan sekarang kedua orang tua dari Willy dan Raymond. Jean menoleh ke arah Ajun dan pria itu hanya diam dan mengangguk. Kemarin saja pria itu masih ada untuk membantu Willy menangkap Jean, ha, kenapa sekarang jadi beralih sisi begini. 

"Ayo, aku harus segera bawa kon ke Surabaya" 

"Bibi gimana?"

"Bibi udah turu, tenang aja. Semua CCTV dan kameran juga udah dimatiin. Ajun tau semua titiknya" 

Kalau baru tadi pagi orang tua Willy meninggal, cepat sekali Raymond kembali ke Surabaya, bahkan sampai bisa perjalanan 2 jam menuju Malang. 

"Ikut nggak? Kalau iya, ayo cepet! Sebelum orang-orang Kak Willy yang lain tau" 

"Maaf Jean, tapi kamu harus bersembunyi di dalam koper ini" Ucap Ajun yang akhirnya bersuara juga sejak tadi sambil menunjuk koper besar yang dibawa Raymond. 

"Hah? Mana muat?" 

"Muat, kalau kon nekuk-nekuk dikit. Gak lama, sampai kita masuk ke mobil aja. Setelah itu kon bakal keluar lagi" 

"O-oke" 

Entah misi rahasia apa yang dilakukan Raymond dan Ajun kali ini untuk menghentikan Willy, yang penting Jean bisa kembali dulu ke Surabaya. Keluarga dan teman-temannya adalah yang terpenting saat ini. Semoga saja ayah Wenda sudah menemukan lebih banyak bukti kali ini. 

: : :

i meannnn renjunnnn🥵🥵 ini udah menuju climax yaa bentar lagi selesai xixixi walaupun cerita ini gak rame tapi aku makasih banget buat yang udah ngikutin dari awal sampai akhir lop yu sekebon🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

i meannnn renjunnnn🥵🥵 ini udah menuju climax yaa bentar lagi selesai xixixi walaupun cerita ini gak rame tapi aku makasih banget buat yang udah ngikutin dari awal sampai akhir lop yu sekebon🤍

i meannnn renjunnnn🥵🥵 ini udah menuju climax yaa bentar lagi selesai xixixi walaupun cerita ini gak rame tapi aku makasih banget buat yang udah ngikutin dari awal sampai akhir lop yu sekebon🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


PerilousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang