Siang menjelang sore, mobil yang dikendarai oleh Raymond dan Ajun telah sampai di Surabaya. Raymond turun dengan membawa koper besar ke dalam rumah keluarga Dong. Beberapa asisten rumah tangga, satpam, dan juga bawahan Willy di sana tidak ada yang berani menanyakan kenapa Raymond tiba-tiba pulang ke rumah. Dengan tergesa, Raymond membawa kopernya menuju ruang bawah tanah.
"Tuan, biar saya bantu bawakan kopernya" Tawar seorang asisten laki-laki dan langsung ditolak oleh Ajun.
Setelah sampai di bawah, Ajun langsung membuka pintu dan masuk, kemudian menguncinya kembali. Setelah dirasa aman, Raymond membuka kopernya dan keluarlah Jean yang terengah meraup oksigen sebanyak-banyaknya. "Hah... hah..."
"Gak apa-apa?" Tanya Raymond yang melihat Jean sedang meregangkan otot-ototnya setelah tertekuk dalam beberapa waktu.
"Hm"
Jean langsung melihat ke sekitar, ruang bawah tanah yang selalu menjadi tempat Willy untuk melukis. Entah kenapa, suasananya berubah langsung suram. Jean melihat satu-persatu bingkai portrait lukisan yang dibuat oleh Willy.
"Sicheng Ge gak pernah ngelukis kon, kan?" Jean hanya mengangguk, apa itu artinya karena Willy tidak mau membunuhnya? Tapi bagaimana dengan Jesse, wajahnya terpampang di salah satu kanvas.
"Kata Ajun, awalnya Sicheng Ge udah nawarin kerjaan ke kakakmu di Beijing. Tapi ditolak dan yah, Gege gak suka itu" Ucap Raymond tepat di belakang Jean. "Tapi, aku suka. Soalnya memudahkan rencanaku buat ngejatuhin Sicheng Ge" Lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perilous
Fanfiction[COMPLETED] Entah apa dosa masa lalu yang dilakukan oleh gadis malang yang kini menjalani kehidupan dengan sangat miris dan menjadi objek obsesi pacarnya sendiri. "Your will is my command" + bahasa ; surabaya-javanese + above 16. + warn: violence...