ten: is something off?

247 33 3
                                    

"Ih, arek gendeng iki malah guyu-guyu ndas e diperban" Ledek Haikal pada Wenda yang nekat datang ke kampus dengan dahi masih diperban.

"Sopo kon, amnesia aku"

"Hadeh, hadeh. Sak hari ae gak iso tah, ra tengkar iki" Ucap Mahen sambil menggelengkan kepalanya pusing. Sudah pusing kena tugas, ini lagi debat Wenda dan Haikal yang tidak ada ujungnya.

"Gimana, Je? Kak Jesse jadi udah milih apartemen yang mana? Setauku, yang deket sama kantor bank BOTI itu yang apartemen Easton" Tanya Wenda sambil menopang dagu di meja tunggu yang ada di sepanjang selasar gedung.

"Aneh yo, nama bank e iso BOTI"

"Halah, ATM mu loh opo?"

"Yo kan iku soale yang paling umum dipakai orang"

"Wis, wis. Ya apa, Papimu jadi lanjut nyelidikin kasus bundire Fiona tah, Wen?" Tanya Mahen yang keburu penasaran dengan bahasan Wenda saat tadi mereka datang di acara pemakaman Yura sebelum ke kampus. Kebetulan sekali, Willy tidak bisa hadir karena harus pergi ke luar negri untuk tanda tangan kontrak kerjasama di kantor cabang Thailand.

"Iyo lah. Gak tau ae Papaku pantang menyerah"

"Ada yang aneh?"

"Gak ada sih, tapi dari CCTV kan kelihatan mobil siapa yang terakhir anterin Fiona sampai ke hotel. Waktu diwawancara juga Kak Willy kooperatif banget waktu itu, makane gak ada yang curiga dan emang semua barang bukti juga gak ada ngarah ke Kak Willy. Tapi waktu kasus Tante Yura tiba-tiba aja masuk laporan, jelas aja Papa langsung bingung lah. Soalnya metode bunuh dirinya juga sama, sama-sama gantung diri dan ada luka sayatan di pergelangan tangannya"

"Kok kon sama Papamu bisa yakin pol dan langsung mikir kalau pelakunya adalah Kak Willy? Padahal bisa aja kan emang kebetulan" 

"Itulah pentingnya ngikutin berita, teman. Kasus bunuh diri yang mirip kayak gini bukan baru aja kejadian. Pernah denger kasus bunuh diri 8478?"

Jelas saja untuk Haikal dan Mahen yang bukan anak berita sama sekali tidak akan pernah tahu ada kejadian apa yang terjadi di sekitarnya. "Opo iku?" Tanya Mahen dengan dahi menyerngit.

"Kasus bunuh diri 2 tahun lalu, pegawai perempuan yang kerja di bawah DongDong Group dan ketahuan udah melakukan pemalsuan input data yang berakibat hilangnya sebagian dana ke rekening pribadi. Setelah ketahuan itu, Kak Willy langsung buat laporan ke polisi dan waktu itu juga Papa yang ikut ditugasin buat investigasi. Si pelaku udah jujur waktu di tanya-tanya, dan aku inget pol waktu itu kata Papa, si pegawai ini minta tolong buat secepatnya penjarain dia. Katanya, lebih baik dia merenungi kesalahan di sel daripada harus meringkuk ketakutan di kos. Awalnya Papa ngira ketakutan itu karena emang dia dapet banyak hujatan dari tetangga-tetangga soalnya sempat viral juga kasusnya. Sehari sebelum dapat izin penangkapan untuk tahanan nomor 8478, si pelaku malah bunuh diri di kamar kosnya"

"Nah, karena udah meninggal juga pelakunya, kasus ditutup. Yang bikin Papa jadi tertarik investigasi lagi karena kemiripan cara bunuh diri mereka bertiga, termasuk Tante Yura" Lanjut Wenda dengan menggebu-gebu.

Sedaritadi mendengar Wenda cerita, Jean hanya bisa mengatupkan bibir. Mau mengelak juga sebenarnya memang agak aneh. Entahlah, Jean bingung dengan perasaannya sendiri, bagaimana kalau ternyata memang Willy terlibat? Bagaimana kalau ternyata dugaan Wenda benar? Apa reaksi yang akan diberikan Jean sebagai kekasih dari seorang pembunuh?

"Gila, harus e kon gak masuk jurusan desain sih, Wen. Cocoke kriminologi"

"Kan wis ketolak, piye toh!"

"Ohiyo, hehe"

"Je, Papaku udah minta tolong orang buat jagain Kak Jesse. Nanti kalau udah fix apartemen yang mana, unit yang mana, tolong kabarin. Kon tinggal di rumah Kak Willy dulu, ya? Gak apa-apa, kan?"

"I-iya. Gak apa-apa harusnya" Jean berani bilang begitu karena ia yakin Willy tidak akan pernah mau menyakiti Jean. Hanya saja, melihat respon Willy kemarin kepada Jesse membuat Jean jadi sedikit takut dan akhirnya menyetujui permintaan Wenda untuk mengirimkan orang.

Kemarin juga, Jean yang menyetujui rencana Wenda untuk mencoba memancing Willy. Awalnya hanya sekedar iseng karena Jean sendiri masih belum percaya kalau Willy cemburu dengan Jesse. Ternyata betul. Hal itu yang membuat Jean sampai tidak enak hati sampai hari ini. 

: : :

Jean pulang dijemput oleh supir dan sudah pasti ia kembali ke rumah Willy. Sebelumnya, ia sempat kembali ke rumah untuk mengambil beberapa keperluan termasuk boneka beruang pemberian Willy dulu yang biasa Jean pakai untuk tidur. Barang-barang penting sudah disimpan Jesse semua dan di rumah hanya tersisa perabot-perabot. Kondisi kamar masih sama seperti semula karena baru pertama ini Jean datang kembali ke rumah setelah kejadian. Untungnya Jesse sudah menyewa jasa pembersih jadi kondisi rumah tidak kotor walau ditinggal beberapa hari. 

Setelah selesai, Jean segera keluar dan mengunci kembali pintu rumah dan pagar. Saat Jean hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba ada seorang kakek tua yang mengenakan pakaian adat Madura dengan keris di tangannya mendekati Jean. Dengan was-was, Jean hendak segera masuk ke dalam mobil karena takut. Satu mata kakek itu ditutup oleh penutup mata, rambut putihnya sepanjang bahu. 

"Cak ayu, petengan nglingkupi kowe. Atos-atos yen milih pendamping" Ucap sang kakek pada Jean yang terdiam kaku dan menahan nafasnya. 

(Nak cantik, kegelapan meliputi kamu, hati-hati saat memilih pendamping)

Karena melihat ada orang asing, sang supir ikut turun untuk memastikan bahwa Jean tidak diapa-apakan. Hanya 2 potong kalimat tapi sudah membuat Jean merinding. Entah siapa kakek tadi tapi kenapa seakan kalimat itu seolah memberi tahu Jean untuk berhati-hati ke depan. Jean paham beberapa kata yang disebut. Artinya, Nak cantik, kegelapan menyelimuti kamu. Hati-hati dalam memilih pendamping. 

"Non Jean, ada apa?" Tanya sang supir karena Jean tak kunjung naik juga ke dalam mobil. 

"Eh, iya Pak" Jean langsung naik ke dalam mobil dengan sedikit terbengong sambil meremas boneka beruang berwarna coklat miliknya. 

Saat mobil berjalan, mobil sempat melewati kakek yang berjalan dengan pelan entah karena kakinya sudah kurang kuat untuk dibawa berjalan. Iseng, Jean menoleh ke belakang dan seperti sihir, sang kakek sudah tak terlihat. Padahal hanya berselang hitungan detik. 

"Pak, boleh saya minta tolong anterin ke apartemen Easton sebentar?" 

"Maaf Non, Den Willy kasih perintah buat saya langsung anterin ke rumah" 

Sulit sekali, para bawahan Willy juga sudah sangat loyal pada tuannya. 

: : :

Ya allah ganteng-ganteng pisan greetingsnya :" pangeran-pangeranku huhuhuhu. 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


PerilousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang