Buak! Buak!
"Woy bangun! Udah jam 12 dasar kebo!" Seru Wenda sambil mengetuk kencang kamar kos Haikal. Padahal sudah janjian juga jam 12 untuk Wenda, Haikal, dan Mahen mempersiapkan kejutan kecil untuk Jean nanti sore di rumahnya. Untungnya ulang tahun Jean juga jatuh di akhir pekan jadi tidak ada yang berhalangan.
Mahen sudah terbangun tapi masih dengan wajah bantal dan mata menyipit karena terangnya sinar matahari yang masuk lewat jendela di lantai atas kos pria yang menjadi tempat kos Mahen dan Haikal selama 3 tahun terakhir. Wenda mempersiapkan nyali untuk masuk ke kosan pria dengan 20 kamar ini. Dari pandangan pertama saja sudah ada beberapa yang bersliweran hanya dengan bawahan kolor dan atasan ote-ote, alias telanjang dada.
"Gila, jangan-jangan nih anak mati, ya, bukan turu" Dumel Wenda.
"Kowe lapo toh gedor-gedor? Puter wae knob e lak mbuka" Ucap Mahen dengan logat Jawa kentalnya, ia biasa mengucapkannya tanpa sadar saat masih belum 100 persen bangun. Bahasa Jawa Mahen sekarang sudah lebih banyak tercampur oleh logat Jawa Surabaya.
"Lak dikunci... ah tai ngene. Bocah gendeng iki pintu kos gak dikunci" Susah payah Wenda membangunkan Haikal dari luar, ternyata pintu kamar kosnya bahkan tidak dikunci.
Wenda dan Mahen langsung masuk ke dalam kamar kos Haikal yang anehnya dikira akan terlihat berantakan tapi ternyata sangat rapi. Tidak terlihat seperti kamar kos laki-laki biasanya. Semua barang tersusun rapi hingga lipatan baju juga tertumpuk rapi seperti habis di setrika sendiri.
"Ho, 3 tahun kenal baru tau bentuk kamarnya kayak gini"
"Gila, don't judge a book by its cover emang bener. Jarang aku dibolehin masuk ke kamare, pelit" Ejek Mahen tapi kagum juga karena kamarnya tidak serapi ini.
Haikal masih bergelung di dalam balutan selimut tebal. Wenda dan Mahen langsung bergidik merinding karena hawa dingin yang dikeluarkan AC di kamar Haikal. Maklum, anak Malang harus bertahan di panasnya Surabaya.
"Woy, bangun. Udah jam 12, Kal" Wenda menggoyang-goyangkan tubuh Haikal dengan sedikit brutal.
"Kon wis bawa peralatane to?" Tanya Mahen.
"Udah lah. Kan, rencana jam 6 nanti, udah tanya Kak Jesse juga"
"Kalau Jean pergi sama Kak Willy gimana? Kan ulang tahun sama ayang bisa aja"
"Udah, tadi ditanyain sama Kak Jesse. Katanya bakal balik jam 6 setengah 7 an"
"Oh. Oke"
Perlahan Haikal mulai terbangun mendengar sayup-sayup suara Wenda dan Mahen. "Lapo dek kamarku kabeh iki?"
"Leh, gendeng tenan iki. Mau surprise ke Jean" Wenda menoyor kepala Haikal dan kembali ke posisi baring.
"Hoo, lali aku"
(*lali: lupa)
Setelah Haikal bangun dan mandi, barulah mereka mengerjakan persiapan kejutan untuk Jean yang akan diletakkan di bagasi mobil Wenda. Mulai dari balon, confetti, dan topi yang dibuat sendiri. Kue akan diambil dari toko nanti sore supaya masih dingin dan tidak rusak.
Pukul 4 sore, mereka bertiga berangkat dengan Wenda sebagai supir. Tidak lupa untuk mampir dulu membeli burger lewat drive thru.
Pukul 6, akhirnya mereka sudah stand by di depan rumah Jean. Menurut info dari Jesse, Jesse hari itu ada urusan di luar sebentar jadi kemungkinan bakal tidak bisa ikut. "Itu, itu mobilnya Kak Willy" Ucap Wenda sambil menunjuk mobil sedan yang berhenti di depan.
Sambil menunggu, Wenda, Haikal, dan Mahen melihat Jean dan Willy turun daei mobil. Terlihat Jean sedang membawa buket bunga tulip berukuran besar dan satu paperbag bertuliskan merk tas mewah. Wenda tentunya masih menunggu saat nanti Willy sudah pergi karena malas berurusan dengan pria posesif itu.
Tapi, kenapa lama sekali berbincangnya di depan rumah?
Willy mengenggam tangan Jean sebelum Jean masuk ke rumah. "Yakin, gak mau aku temenin? Katanya Kakak kamu lagi pergi?"
"Iya, gak apa-apa. Makasih banyak ya, Kak. Aku jadi gak enak dikasih hadiah semahal ini" Tadinya Jean bahkan sudah diajak makan ke resto bintang 5, sekarang hadiahnya tas mewah seharga satu unit mobil.
"Sure thing, sugar"
"And there's one more surprise coming in 1.. 2.. 3.." Gumam Willy pada dirinya sendiri.
"H-happy birthday..."
Kluk!
"M-mama?!"
Mata Jean membelalak lebar dan lidahnya mendadak kelu untuk sekedar mengeluarkan suara. Badannya ambruk seketika dan tangannya gemetar karena syok berat. Yura, ibunya sudah bergelantung di atas tali yang mencekik lehernya sampai mati dari depan rumah.
"Jean?! Astaga!" Willy langsung ikut berjongkok dan menutup mata gadisnya agar tidak melihat pemandangan busuk di depannya. Sial, ternyata penyiksaannya lebih parah dari yang ia kira.
"Mama... kenapa..."
Darah menetes dari pergelangan tangan sang ibu. Bau anyir menguar terbawa angin malam menambah kesan horor kisah tragis akhir hidupnya.
Sementara di dalam mobil, Wenda, Haikal, dan Mahen juga sama-sama syok. Siapa yang tidak syok melihat pemandangan bunuh diri di depan mata. "Wen, itu mamanya Jean, bukan?"
"Iya... kok hah?" Wenda bahkan masih berusaha memutar otak tapi ia jadi ikut panik.
Tak ada dari mereka bertiga yang berani turun sampai akhirnya terdengar sirine datang dari mobil ambulans dan polisi. Wenda sudah mengacak rambutnya hampir gila karena berbagai spekulasi di kepalanya. Sangat amat tidak mungkin seorang yang amat mencintai harta duniawinya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Ya, iya sih, berhasil akhirnya membuat Yura minggat. Tapi bukan minggat ke akhirat juga!
"Itu tadi bunuh diri, kan?"
"Kayaknya iya, orang tiba-tiba loncat dari gelap-gelapan. Anjing yamg bener ae, dari semua hari kenapa harus bunuh dirinya di hari spesial Jean" Kesal Haikal yang juga merasa ada sesuatu yang janggal.
Jean sendiri masih bergetar hebat dan sudah didudukkan di jok mobil Willy sambil menunggu kakaknya datang. Willy sedang berurusan dengan polisi yang datang. Setelah selesai wawancara, polisi langsung masuk untuk memeriksa TKP. Willy hendak kembali ke mobil tapi netranya menangkap mobil yang terparkir di depan, milik Wenda.
Tanpa sengaja mata Willy bertemu dengan Wenda sebelum akhirnya terputus. Perasaan gugup tiba-tiba menyergap Wenda. Bukan tanpa sebab, tapi karena tatapan yang dilayangkan Willy begitu dingin dan bengis.
"Fuck, kita ketahuan Kak Willy"
Willy langsung mendial nomor sekretarisnya dengan sedikit geram. Geram karena 3 sekawan itu tiba-tiba muncul di luar rencana. "Ajun, sepertinya ada saksi lain selain saya sama Jean. Tapi, biarin aja dulu sampai berita rilis"
: : :
Yey, Apa kabar semuanya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perilous
Fanfiction[COMPLETED] Entah apa dosa masa lalu yang dilakukan oleh gadis malang yang kini menjalani kehidupan dengan sangat miris dan menjadi objek obsesi pacarnya sendiri. "Your will is my command" + bahasa ; surabaya-javanese + above 16. + warn: violence...