KEHARMONISAN

1.6K 136 1
                                    

Beberapa bulan berlalu sejak pengumuman hubungan Annora dan Helian terungkap ke public, Steve, Huan, dan beberapa musuh bisnis Helian, sudah mempersiapkan beberapa rencana licik mereka. Bagaimana dengan perusahaan Atlantis? Masih seperti biasanya, berjalan dengan setumpuk agenda kerja sama. Perusahaan tersebut masih duduk manis pada peringkat teratas dunia bisnis.

Hubungan yang berawal dari sebuah ketidak sengajaan ini justru menuntun Helian pada sebuah benang merah kisah masa lalu keluarganya.

“Helian!” suara teriakan Annora dari ruang lain. Helian yang sedang berolah raga bersama buah hati mereka, terperanjat oleh pekikan dari dalam.

“Sayang, kau membuat aku dan Janson mati berdiri. Jangan berteriak begitu,”

“Maafkan aku, tapi ayah tidak di tempat, aku sudah mencari ke mana-mana tapi tidak bertemu.” Kisahnya dengan raut panik.

Helian segera berdiri. Janson yang terikat di atas tubuhnya kini berpindah pada gendongan Annora. Lelaki setengah telanjang itu segera berjalan cepat menuju halaman luar. Di sana dia melihat ada Mega yang sedang berjalan bersama Jhon dari arah pintu gerbang.

Wajah panik itu berubah menjadi raut penuh pertanyaan, “Apa yang terjadi?” Mega membungkuk hormat dan menjawabi Helian, “Tuan, ingin mencoba melarikan diri, Tuan dengan memanjat pagar gerbang.” Lapornya.

Junot yang bertugas mengurus pemeriksaan Jhon, akhirnya datang bersamaan ditemukannya Jhon oleh Mega.

“Kau kemana saja? Lihatlah karena keterlambatanmu ayahku hampir saja melarikan diri.” Cecarnya.

“Maafkan aku, ada sedikit kendala di rumah sakit.”

“Jika terulang lagi, akan kuhancurkan rumah sakitmu.”

Bebas dari amarah Helian, Mega membawa Jhon ke ruang pribadi Junot yang sudah disulap menjadi klinik dengan peralatan medis yang lengkap. Lelaki tua yang terlihat cengar cengir itu hanya menurut tanpa berani berucap. Tingkahnya seperti orang yang ketakutan jika berada di depan Helian dan orang asing. Jelas tampak dari ekspresi Jhon, Helian dapat menyimpulkan jika memang benar, lelaki itu sudah di cacat mental.

“Apa yang sedang kamu pikirkan, Helian?” tanya Annora yang datang menghampiri Helian, ketika lelaki itu duduk termenung sendiri menopang dagunya di bangku teras samping Villa.

Begitu Annora duduk di dekatnya, ia menegakkan kembali punggungnya dan duduk dengan baik sambil tetap menatap ke arah depan. “Aku sangat membenci ayahku, tapi … melihat dia seperti ini aku merasa ….”

“Sayang, setiap manusia pernah melakukan kesalahan dalam hidupnya, tinggal bagaimana manusia itu memaafkan dan melupakan semuanya, mengambil pelajaran dari kesalahan. Berlajarlah menerima ayahmu, bagaimana pun juga, semua di luar kehendaknya.”

Helian menatap sejuk pada kelopak mata indah itu. Dalam hati dia memuji bagaimana keindahan hati wanita itu sepadan dengan keindahan parasnya. Kalimat yang selalu menyejukkan hati keluar dari bibir kecil Annora. Annora mengecup bibir Helian, sebuah kecupan singkat namun penuh makna.

Seketika hati Helian bergetar hebat, tatkala mendapat perhatian lembut dari sang istri, ‘Aku tidak salah memilihmu, Annora’ batinnya.

“Nona! Nona! Ada berita buruk!” suara Salesa yang berlari kecil dengan wajah paniknya, Annora dan Helian berdiri dan berbalik, siap mendengarkan apa yang akan disampaikan gadis ekspresif itu, “Ada apa, Salesa? Apakah terjadi sesuatu dengan Janson?”

“Bukan, Nona. Ini bukan tentang Tuan kecil, Tuan Ernest meninggal, Nona. Mayatnya ditemukan membusuk di kediamannya, dia ….”  Kalimat Salesa langsung terhenti ketika mendapati tatapan mengerikan dari sorot Helian. Gadis itu mengerti isyarat makna tatapan tersebut, yang berarti penyebab kematian itu harus dirahasiakan dari Annora, karena pelakunya tak lain adalah Helian.

Annora menutup mulutnya, matanya melebar saat mendapat berita mengerikan itu, “Ya Tuhan siapakah orang yang ingin mencelakainya? Sungguh ini bukanlah yang kuinginkan.” Lirih Annora. Helian mengedikkan wajahnya, meminta Salesa untuk segera meninggalkan tempat itu.. dengan penuh rasa takut, Salesa beranjak mundur dan menjauh.

Helian menuju ruang Junot, ia ingin melihat perkembangan kesehatan ayahnya, “Bagaimana dengan ayahku, Junot?”

“Bahaya. Ayahmu sudah dihipnotis, pikirannya sudah direkayasa. Orang ini sudah pasti sangat ahli.”

“Apakah kau bisa menyembuhkannya?” ucapan Helian membuat lelaki bersneli itu memutar bola matanya, “Ya Tuhan, tentu saja Helian, tapi membutuhkan waktu yang lama.”

“Baiklah. Lakukanlah. Aku ada urusan penting. Hari ini aku ingin menemui saudara gadungan ku itu.”

“Huan?” terka Junot, “Tentu saja, siapa lagi saudaraku kalau bukan si brengsek itu. Saatnya aku menyapu satu persatu musuhku.”

Helian mengenakan jas yang tersampir pada sandaran kursi Junot. Setelah berpamitan lelaki itu segera meninggalkan Villa rahasianya bersama Zec.  Setelah memastikan Jhon tertidur pulas, Junot kembali pada beberapa racika obatnya. Saking fokusnya, ia tidak menyadari jika Annora datang ke ruangan itu, “Apa aku mengganggumu, Tuan Junot?” tanyanya.

“Oh, Annora, rupanya kau, masuklah, aku sedang tidak sibuk. Kebetulan kau ada, jadi aku punya teman ngobrol yang normal.” Annora terkekeh geli mendengar kalimat canda yang dilontarkan Junot kepadanya, “Apakah seisi Villa ini orang tidak waras menurutmu, Tuan Junot?”

“Ah, jangan panggil aku Tuan, panggil saja Junot seperti Helian.” Lagi-lagi Annora tersenyum. Tak berselang pupil matanya melirik ke arah tubuh tua yang terbaring di kasur pasien. Lama Annora mengamati wajah tenang lelaki itu seraya memicingkan pandangannya.

“Kau kenapa Annora? Apakah kau mengenal paman Jhon? Dulu dia lelaki hebat. Aku tidak heran jika Atlantis sepeti batu karang yang kokoh sampai sekarang ini, apalagi dengan kecerdasan putra mereka si gila Helian.”

“Tampaknya kau sangat mengenal Helian, Junot. Bisakah kau menceritakanku sedikit tentang lelaki itu, sungguh, meskipun aku sering menghabiskan waktu bersamanya, tapi kami tidak pernah membicarakan pribadi masing-masing.”

“Aku mengerti. Begitulah Helian. Kau harus terbiasa dengan sikap anehnya itu. Pada hal terntentu yang dianggapnya sangat penting, barulah dia akan memberitahumu, tapi jika itu tidak perlu maka dia tidak akan mengatakannya.”

“Apakah benar jika dia penggila wanita?”

“Hahhahaha, Hahaha,” mendengar pertanyaan Annora, seketika tawa Junot melambung memenuhi isi ruangan itu, Annora cukup heran, karena ia merasa  tidak ada yang lucu dengan pertanyaannya itu.

“Aduuh, Annora. Justru dunia akan heboh jika mendengar dia meniduri seorang wanita, setidaknya itu akan mendakan kalau dia normal. Helian tidak pernah meniduri wanita karena dia sangat menyayangi dan menghormati ibunya. Adapun berita yang beredar itu adalah ulah Huan. Yang sebenarnya penggila wanita adalah Huan. Jadi dia berusaha membuat image buruk tentang Helian. Ada satu wanita yang mencoba menjebakknya, sayangnya dia gagal.”

“Siapakah? Apakah Merline?” tebak Annora, mengingat skandalnya dalam keluarga Andreas beberapa minggu lalu.

“Hm, kau mengenal dia rupanya. Ya dia menjebak Helian di atas ranjang, tapi tanpa ia sadari aku melakukan tes kepadanya, melalui anak buahku. Dan hasilnya negative, wanita itu masih bersih. Artinya tidak terjadi apa-apa antara mereka. Jadi, nona Annora, kaulah wanita pertama yang ia tiduri, aku juga terkejut saat dia menceritakan jika ia sudah meniduri wanita yang sama sebanyak dua kali.”

Annora tersenyum, ia menundukkan wajahnya menyembunyikan aura malu yang sudah terpampang pada wajahnya. Lama berbagi cerita akhirnya Annora kembali dan bercengkerama dengan Janson yang sudah kini tumbuh semakin besar.

Teman Ranjang Tuan MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang