Suara Bryan sudah melengking. Lelaki itu menyadari betul jika Annora tidak akan jauh berjalan, mengingat gadis itu sedang berbadan dua. “Annora! Annora! Dimana kau! Aku tahu kamu pasti di sini!” Bryan terus mengulang-ulang memanggil nama gadis itu, membuat Annora benar-benar ketakuan dan menyusupkan tubuhnya pada sebuah tumpukan sampah di sebuah lorong kecil.
Dengan napas yang masih menderu, ia menjongkokkan tubuhnya dan menutup mulut dengan sebelah tangan. Rasa dahaga yang sudah menyerangnya tak dihiraukan lagi, akan tetapi pertolongan Tuhan selalu datang pada Annora.
Sebuah tangan membawa botol berisi air, tersodor di sisi wajahnya. Tanpa peduli dari mana asal botol itu, tangan Annora dengan cekatan meraih dan meneguk kuat seluruh air dalam botol itu.
Setelah meyakinkan jika dahaganya sudah hilang, barulah ia menyadari siapa penolongnya tatkala itu.
Perlahan ia mengangkat wajahnya dan bangkit untuk meneliti tubuh bercadar serba hitam pekat itu. Lama pupil matanya mengamati retina lelaki itu, ada perasaan familiar ketika ia melihat retina berwarna coklat tersebut, “Helian ….”
Lelaki itu menekan tubuh Annora ke dinding, ketika irisnya menangkap bayangan tubuh Bryan yang sudah berjalan mendekat.
Annora semakin meneliti retina itu, ia tidak sedetik pun mengalihkan pandangannya.Tak berselang lama suara dari lelaki itu pun mulai terdengar, tentu dengan kalimat khasnya, “Apa kabarmu Teman Ranjangku?” kalimat sapaan lelaki itu berhasil membuat Annora langsung berhambur ke dalam pelukannya. Bagaimana tidak, ia tidak menduga jika jantung hatinya, yang dikabarkan meninggal kini telah di sisinya untuk menyelamatkannya, “Helian, kau masih hidup, maafkan aku, Helian, maafkan aku.” Lirihnya dalam dada bidang Helian.
“Sudahlah, aku akan memaafkanmu setelah kau menemaniku tidur nanti.” Seulas senyum, mengembang di ujung bibir Annora. Tentu saja, kalimat itu sangat ia harapkan, mengingat ia sudah salah menilai Helian selama ini.
“Maafkan aku, Teman Ranjangku, kali ini aku terpaksa memberimu tontonan yang mengerikan.” Helian mengalungkan tangannya ke leher Annora, menutup mata wanita itu dan menekan gendang telinga Annora.
Ia sengaja melakukan itu karena Helian akan melayangkan tembakan jarak jauh kepada Bryan. Memahami situasi yang dihadapi, Annora hanya menghela napas dalam kemudian memejamkan kedua matanya ‘Ini adalah mimpi buruk’ pikirnya. DOR DOR DOR DOR.
Letupan senjata Helian melambung seirama dengan detak jantung Annora yang terkejut. Empat kali ia melepaskan peluru sebanyak itu pula irama detak jantung Annora. Helian tahu persisi jika wanita itu saat ini sedang ketakutan luar biasa. Dan yang lebih disayangkan, wanita itu kini sedang mengandung. Fase yang sangat rentan bagi perkembangan janin mereka. Juga mental Annora. “Semua sudah berakhir, Annora.” Lirihnya membawa gadis itu ke dalam dekapannya lagi, “Helian.”
Helian membawa Annora ke markas Eagle. Untuk pertama kali, Annora menyaksikan langsung tempat mengerikan yang bersembunyi di balik kejayaan Helian. Dan untuk pertama kali juga ia bertemu dengan Axtar, ayah Merline. “Aku Axtar, maafkan atas masalah yang dibuat oleh putriku.”
“Tidak apa-apa Tuan Axtar, aku bisa memakluminya. Tapi bisakah kalian menjelaskan apa yang terjadi pada Helian? Seluruh dunia mengatakan jika dia meninggal.”
Mendengar pertayaan Annora, Helian dan Axtar saling melempar tatapan, ketiganya pun segera megambil tempat duduk, “Aku melarikan diri dari jalur air,dan bersembunyi pada markas Eagle selama beberapa hari. Aku sengaja mengumumkan kematianku, aku meminta Zec dan Junot untuk menyelesaikan masalah yang tersisa, karena ku lihat kau sudah terpengaruh oleh pikiranmu sendiri.”
“Maafkan aku. Aku baru tahu, jika yang membunuh Ibuku adalah Bryan. Dan yang menghamili Yolanda adalah Bryan. Jadi Huan adalah putra Bryan dan Yolanda, bukan paman Jhon.”
“Aku tahu.” Jawab Helian. Tak berselang dari ucapan Helian, Junot dan Zec datang bermunculan. Mata Annora melebar sempurna, melihat kenyataan jika semua sudah direncanakan dengan baik oleh Helian, “Zec? Junot?” lirihnya.
“Aku meminta Zec dan Junot menemui Bryan, untuk melakukan tes DNA. Dan seperti dugaanku, mereka seratus persen ayah dan anak. Setidaknya kita sudah memiliki banyak bukti untuk menggiring Huan ke penjara. Dan memulihkan hubunganmu dengan Mommy. Hanya itu harapanku, Annora.”
Kembali Annora menatap penuh cinta ke wajah Helian. Ia tidak menyangka jika selama ini lelaki dingin itu sedang berpikir keras untuk menyatukan ia dengan mertuanya di tengah kesalah pahaman mereka. Rasa bersyukur tak henti-hentinya dikumandangkan oleh hati Annora. Ia merasa betapa beruntungnya ia memiliki lelaki hebat itu. “Aku rasa Janson akan bangga pada ayahnya meskipun ia seorang pembunuh. Helian, maafkan aku sudah menjauhkanmu dari duniamu. Kini aku tidak akan menjadi penghalangmu, lakukanlah apa yang menurutmu benar. Aku akan selalu mendukungmu.”
“Ah, itulah kalimat yang ku suka, Annora,” Axtar menyela, tak lama lelaki itu melanjutkan kalimatnya, “Dan tahukah kau, sejak kau melarangnya membunuh, dia tidak berani menyentuh senjatanya. Namun begitu mendengar kau dalam bahaya, dia tanpa sadar merebut senjataku dan menembak lagi. Jadi kumohon Nona Muda, jangan larang Helian membunuh, kami akan mati jika dia berhenti membunuh.” Ucap Axtar melipat kedua tangannya membuat Junot dan yang lainnya terkekeh geli dengan sikap konyolnya.
Annora hanya tersenyum tipis, sembari tak memalingkan pandangannya dari Helian. “Kau harus menolong Mega, Helian. Dia sendirian menghadapi anak buah Huan di rumahku.” Celetuknya, mengingat bagaimana ia bisa lolos dari bahaya.
“Hm, kamu tenang saja, anak buah Eagle sudah bergerak, mungkin sekarang dia dalam perjalanan menuju kemari.” Bertepatan dengan usainya kalimat Helian, suara pintu terbuka kasar, seluruh mata teralihkan ke sana. Dan ada tubuh Mega yang pulang dalam kondisi lelah.
Di Villa rahasia Helian, ada Maria dan Jhon yang sedang bermain dengan Janson. Salesa masih setia menemani Tuan kecilnya, “Maria, sungguh aku dan Yolanda tidak berselingkuh. Yolanda hamil karena Bryan. Dan aku sangat sedih ketika seorang wanita tewas di tangannya. Aku baru tahu kalau wanita itu adalah istrinya. Bryan memang kejam. Ia tega membunuh Istrinya. Tak hanya itu, ia juga mencoba membunuh seorang gadis kecil, tepat saat aku ingin menyelamatkan gadis kecil itu dengan menembaki Bryan, Yolanda tiba-tiba menengahi tembakanku dan akhirnya dia mati.” Tutur Jhon,
Maria menghela napas dalam, wanita itu kini memahami sedikit demi sedikit apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu. Dan pandangannya terhadap Annora perlahan mulai berubah. Ia tidak menyangka jika gadis itu juga adalah seorang korban dari kejahatan Bryan. Ditatapnya Janson kecil lalu di raihnya bocah imut itu ke pangkuannya, “Maafkan aku cucuku, aku sudah salah paham kepada ibumu. Dia sungguh wanita yang sangat baik. Aku bersyukur, Helian memiliki pendamping seperti Annora.”
“Saya setuju, Nonya. Karena itulah saya tidak rela jika berpisah dengannya. Dialah majikan pilihan saya.” Celetuk Salesa yang tanpa disadari ikut berkomentar. Melihat tatapan Maria, Salesa seketika menciut dan menunduk, namun kesedihannya tak berlangsung lama, karena tawa menggelegar terdengar dari Maria. Di sanalah Salesa menyadari jika Maria sedang bercanda. Ia pun ikut tertawa bahagia.
![](https://img.wattpad.com/cover/277256514-288-k153912.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Ranjang Tuan Muda
FantasySetelah diputusin sama sang pacar, Annora malah terjebak pada cinta semalam dengan Helian. Kisah percintaan yang aneh pun dimulai "Mendengar kau berada di apotik sekarang, aku kecewa. Lahirkan anak itu. Setelah ia lahir, baru aku akan muncul." ucap...