Siang itu Merline dan Annora kembali ke kediaman setelah kembali dari rumah Ernest. “Halo tante Maria, apa kabarmu?” sapa Merline. Annora merengut heran meliahat Merline dan mertuanya sudah saling mengenal. Sedang Maria sudah menampakkan sikap tidak sukannya kepada Annora. Gadis itu merasa tersinggung dengan sikap dingin Maria. “Bagaimana pekerjaanmu?”
“Baik, Tante. Aku sangat merindukan Helian.” Merline semakin menunjukkan keakarabannya pada Maria, tidak menyia-nyiakan Maria semakin mengungkit kebersamaan Merline dan Helian dulu, “Tante berharap kau dan Helian bisa bersama dulu. Tapi, Yeah, Helian malah memilih wanita lain.” Ucapnya sinis. Annora, terkesiap dengan sikap dingin Maria yang tiba-tiba berubah. “Apa salahku? Kenapa aku merasa, Mommy berubah kepadaku, apakah dia sudah tahu jika aku adalah putri Bryan?” gumam Annora saat kembali ke kamarnya membawa rasa kecewa.
Sebuah notifikasi pesan multimedia tiba di layar ponsel Merline. Dengan sengaja gadis itu memekik melihat pesan yang tiba padanya. Ia pun memberikan ponselnya kepada Maria. Wanita itu terkejut menutup mulutnya melihat foto bercinta Annora dan Ernest, “Astaga. Siapa lelaki ini?” wanita ini ternyata lebih menjijikkan.”
Maria segera berjalan menuju kamar Annora. Gadis yang masih larut dalam kesedihannya dikejutkan oleh suara pintu yang dibuka paksa oleh Maria. “Siapa lelaki teman tidurmu ini, Annora!?” hentaknya menunjukkan layar ponsel di depan wajah Annora.
Annora dikejutkan dengan foto yang entah datang dari mana. Ingatannya tertuju pada kunjungannya ke tempat Ernest dan pingsan yang tiba-tiba ‘Ernest menjebakku’ pikirnya. Wajah panik gadis itu, “Cepat jawab! Dasar jalang, ternyata kau dan ayahmu sama-sama tidak tahu malu. Ayahmu menipu suamiku bersama jalang Yolanda, dan sekarang kau anaknya, tidak kusangka, kalian ayah dan anak sama-sama liciknya.”
“Mommy!” suara lantang Helian dari arah pintu masuk kamar. Kedua wanita itu segera mengalihkan pandangannya ke wajah beringas Helian. Tak berselang lama, Merline pun turut hadir. Tentu saja dia tidak mau ketinggalan berita terkini hasil jebakannya bersama Ernest.
“Helian, sumpah, aku tidak melakukannya, aku … aku dijebak, Ernest memintaku ke tempatnya, dan setiba di sana tiba-tiba aku pingsan, lalu ketika aku terbangun, Merline sudah di sampingku. Dia membawaku pulang kemari.” Jelas Annora penuh perasaan memelas.
Lama Helian mengamati wajah kejujuran Annora. Namun sayang, keluguan dan kebaikan hati wanita itu justru membuatnya tidak bisa membedakan antara musuh dan teman.
“Helian, lihat ini!, dia sudah tidur dengan laki-laki lain. Tadinya kupikir kau gadis baik-baik Annora, tetapi darah Bryan memang tidak pantas untuk keluarga Andreas. Segera bawa anakmu pergi dari sini.” Hardik Maria lagi.
“Tidak! Mommy, biarkan dia tetap tinggal di sini.” Tegasnya. “Kau masih mempertahankan jalang ini? Merline seribu kali jauh lebih baik dari pada dia. Kalau kau mempertahankan dia di sini, Mommy yang akan pergi.” Ancaman Maria, membuat Helian berada pada pilihan yang sulit. Ia tahu jika Annora tidak bersalah, namun ia juga tidak bisa mengendalikan luapan emosi Maria yang berlapis-lapis kepada Annora.
Satu-satunya saksi kunci masa lalu itu kini masih dalam usaha Helian. Sebelum kunci masa lalu itu berhasil ia temukan, selamanya ia akan berada tekanan dan permainan sekutu Huan.
“Tidak. Helian, biarkan aku dan Janson yang pergi, aku tahu saat ini kau sulit mempercayaiku. Tapi sungguh, aku tetap pada pendirianku, aku tidak bersalah.” Annora berjalan mundur. Hatinya yang kini hancur untuk kedua kalinya oleh Helian, harus memilih pergi dan membawa buah hatinya bersamanya. Dengan mengorbankan perasaan kebenaran yang dimiliki, menelan mentah-mentah setiap tuduhan miring kepadanya. Annora memilih menjauh demi Helian.
Hubungan anak dan ibu itu jauh lebih berharga dibandingkan hubungannya bersama Helian. “Bisakah kalian meninggalkan aku dan Annora berdua di kamarku ini.”
“Anakku, apa lagi yang mau kau bicarakan? Perempuan ini jelas-jelas sudah tidak pantas untuk dipertahankan.” Tukas Maria.
“Mommy, aku hanya ingin memberitahu dia apa yang terlarang baginya dan anaknya dan apa yang akan diterima jika berani mengkhianatiku.” Jawaban Helian berhasil membuat Maria dan yang lainnya percaya begitu saja. Merline tanpa rasa curiga dan penuh percaya diri, beranjak menjauh membawa senyum penuh kemenangannya.
Kini hanya Helian dan Annora yang ada dikamar itu. Helian mengunci pintu kamarnya rapat-rapat, kemudian matanya berbalik menatap ke arah Annora yang tertunduk dalam isakan tangisnya. Seulas senyum terpahat pada ujung bibir Helian.
Didekatinya wanita kesayangannya itu. Perlahan jemari Helian mengangkat dagu Annora. Terlihat basah penuh air mata. Iris mata Annora menatap lekat pada wajah Helian. “Helian ….” Lirihnya.
“Aku mempercayaimu, Annora. Aku percaya kau tidak tidur dengan Ernest. Aku juga mendapatkan pesan itu. Sama seperti ibu, aku terpengaruh. Namun sesaat aku terpikir dan mulai menghubungimu. Saat yang bersamaan aku mendapat berita jika barangku ditahan oleh anak buah Steve, lalu Zec memberitahuku jika Merline pernah bertemu dengan Huan. Kesimpulanku adalah, kau diperalat.”
Mengesankan, Helian berhasil membuat Annora berpikir, jika dia benar-benar tidak mempercayainya. Kalimat yang baru saja diucapkannya itu menyihir hati Annora, membuat raut wajah wanita itu berubah mengharu biru.
Detik itu juga, Annora berhambur ke pelukan Helian, tangis gadis itu pecah sejadi-jadinya. Helian hanya terkekeh, melihat gadis lugunya terjebak dalam drama yang ia buat sendiri. “Sudahlah, sayangku. Sekarang lakukan satu hal untukku.”
Annora melepaskan pelukannya dan mengangkat wajah menatap Helian yang sudah menginterupsinya, lelaki itu berjalan menuju laci menulis sesuatu di atas kertas kecil, lalu menyerahkannya ke tangan Annora.
Kening Annora mengerut heran, “Ini adalah alamat Villa rahasiaku. Tidak ada yang mengetahuinya, di sana ada Mega yang sudah menunggumu. Pergilah ke sana, bawa Salesa bersamamu, aku akan mencari alasan di depan Mommy.”
Annora menerima secarik kertas kecil itu, tak lama matanya kini sekali lagi memandang Helian dalam-dalam. Terasa berat hatinya meninggalkan lelaki yang sudah memenuhi relung hatinya itu. Tidak hanya Annora, Helian tidak jauh berbeda, untuk pertama kalinya lelaki itu merasa berat melepas wanita yang sangat ia cintai itu.
Annora berhambur memberikan ciuman dalamnya. Dan Helian menyambut dengan hal yang sama. Terasa berat perpisahan yang akan mereka jalani kali ini, “Aku mencintamu Helian, aku sangat mencintaimu, aku tidak bisa hidup tanpa kamu dan putra kita.” Lirihnya melepas ciuman gilanya.
“Aku juga sangat mencintaimu Annora. Kau satu wanita yang sudah hatiku pilih, aku tidak bisa bersama wanita yang lain, kau dan Janson adalah dua harta berharga bagiku.” Helian menyambut lagi ciuman gila Annora. Wanita itu tidak menolak ataupun menghindar. Ia seakan sangat memahami bagaimana beratnya Helian mengambil keputusan ini.
“Tunggulah aku di sana, apa kau percaya padaku, Annora?” ucapnya melirih tanpa memalingkan pandangan dalamnya dari wanita itu.
“Aku percaya padamu, Helian. Sangat percaya.”
“Kau tahu, saat ini ingin rasanya aku memakanmu, Annora. Kau membuatku menggila. Aku tidak tahu, apakah aku bisa melewati malam tanpa kamu.”
“Helian, jangan berkata begitu, aku akan sangat berat meninggalkanmu. Kalau begitu datanglah, kunjungi aku sewaktu kau senggang. Karena aku juga akan sangat merindukamu.”
Keduanya kembali hanyut dalam tautan bibir mereka. Tangan Helian yang sudah menjejal tubuh Annora menandakan betapa lelaki itu merasa berat melepaskan Annora. Tak berselang lama suara ketukan pintu dari luar menghentikan ciuman dalam itu. Annora segera merapikan pakaiannya. Sementara Helian segera menghindar membukakan gadis itu pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Ranjang Tuan Muda
FantasíaSetelah diputusin sama sang pacar, Annora malah terjebak pada cinta semalam dengan Helian. Kisah percintaan yang aneh pun dimulai "Mendengar kau berada di apotik sekarang, aku kecewa. Lahirkan anak itu. Setelah ia lahir, baru aku akan muncul." ucap...