VOTE DAN KOMEN GASKEUN!!!!
Nakula memasuki rumahnya dan langsung disambut senyuman lebar oleh Arimbi. Wanita paruh baya itu menghampiri Nakula yang baru pulang. Pria itu mendengus pelan.
"Ibuk kenapa ngasih bunga dengan atas nama Nakula?" Tanya Nakula langsung dengan wajah masam. Arimbi pun menaikka alisnya ke atas.
"Ibuk kira tadi pagi kamu ngasih uang buat beliin dia bingkisan atau semacamnya." Jawab Arimbi enteng dan mampu membuat Nakula mendengus kesal. Lalu pria itu menarik napasnya pelan sambil menutup matanya.
"Ibuk bikin Rama salah paham." Ucap Nakula sambil membuka matanya. Arimbi menatap Nakula dengan intens.
"Iya kah? Ibu buat Rama salah paham?" Tanya Arimbi namun dengan nada yang terkesan aneh. Apa itu nada mengejek?
"Buk, Rama suka sama Shinta dan bunga itu bikin dia salah paham." Ucap Nakula memperjelas.
"Ibuk gak tau sih ya. Lagian Rama kan temen kamu sejak SMA jadi dia tau dong hubunganmu sama Shinta itu udah kayak adek kakak dulu." Sanggah Arimbi lagi.
"Itu dulu." Jawab Nakula cepat.
"Sekarang emang gimana?" Tanya Arimbi cepat pula dan langsung membuat Nakula menegang. Ibunya ini benar-benar...
"Nakula mau ke kamar. Nakula capek. Lusa harus ke luar kota." Ucap pria itu lalu berjalan melewati ibunya begitu saja menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Arimbi berbalik menatap punggung putranya yang menjauh dengan intens.
***
Nakula menatap lama pesan yang dikirimkan oleh nomer asing. Orang yang mengaku sebagai murid Nara ini mengirimnya pesan dan mengatakan kalau Nara berada di Jogja dan nanti akan ke Magelang karena sekolahan tengah mengadakan study tour.
Pria itu menggeram pelan. Haruskah ia melakukan hal ini kembali? Memang hubungannya dengan Nara sudah membaik, ah lebih tepatnya Nakula yang memaksakan hubungan mereka membaik. Nyatanya Nara terlihat sangat tak nyaman dengan semua itu.
Tapi tak apa. Nakula akan melakukannya. Meskipun adiknya nanti akan murka dengannya.
***
Sangat pagi Nakula sudah menuruni tangga dengan menenteng sebuah tas berukuran sedang yang ia isi berbagai baju yang akan ia pakai selama di luar kota.
Arimbi yang sudah berkutat di dapur pun terkejut melihat puteranya sudah bersiap akan berangkat.
"Bukannya kamu bilang lusa ke luar kota. Kok udah berangkat?" Tanya Arimbi saat Nakula sudah ada di dapur menghampiri ibunya.
"Iya Nakula ada urusan." Ucap Nakula sekenanya.
"Ya udah hati-hati. Oh iya kayaknya Ibuk mau ke rumah baru Sadewa minggu depan. Ibuk tinggal gak apa-apa kan?" Tanya Arimbi sambil menyiapkan sarapan untuk Nakula.
"Kopinya den." Ucap seorang asistan rumah tangganya setelah meletakkan kopi di depan Nakula dan dibalas anggukan oleh Nakula.
"Ya bilangnya sama bapak dong buk. Kok sama Nakula." Ucap Pria itu sambil meminum kopi yang sudah disiapkan oleh asisstan rumah tangganya.
"Ya nanti kamu nyariin. Ibuk cuma pamit aja." Jawab Arimbi dan di alas anggulan oleh Nakula.
"Ya udah hati-hati kalau gitu." Ucap Nakula dan dibalas anggukan oleh Arimbi.
***
Nakula sudah ada di Magelang. Lebih tepatnya ia sudah berada di area candi borobudur. Ia sengaja menunggu Nara di sini. Sebenarnya ia ingin menunggu Nara di Prambanan namun waktunya terlalu lama. Jadi ia memutuskan untuk menunggu di borobudur saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DIAM (ON GOING DI WATTPAD LAGI)
General FictionShinta tidak harus untuk Rama. Tapi di sini Shinta untuk Nakula. Namun, bagaimana kalau Rama menawarkan serta menjanjikan kebahagiaan untuk Shinta yang sedang menantikan perasaan Nakula? Apakah Shinta akhirnya goyah? Dan memilih Rama yang menjadi pa...