AYOLAH GAS 130 VOTE 25 KOMENTAR😭
FYI NAMA NATHAN AKU GANTI RAMA BIAR MAKIN GREGETH WKWKWKWWK
HAPPY READING💕
Permainan jungkat-jungkit.
Pernahkah kalian memainkannya? Tertawa lepas ketika bagian papan kalian naik ke atas. Namun saat turun kalian terkadang takut terjatuh. Menyenangkan bukan jika kalian memainkannya bersama, kalian akan berada di bawah dan di atas secara bergantian. Tapi, lama kelamaan kalian akan bosan di posisi tersebut. Tak ada pergerakan kecuali naik dan turun.
Seperti itulah perasaan Shinta selama tiga belas tahun. Bedanya ia tak memiliki teman bermain. Teman bermainnya hanyalah ilusi tentang Nakula.
Sangat sering Shinta ingin melepaskan semua, namun rasanya sangat berat. Seakan ada sesuatu yang menahannya dan menurut Reta itu hanyalah ego Shinta yang masih terbayang-bayang janji manis Nakula pada Shinta kecil. Ingat, Shinta kecil.
"Adoh, mau pulang aja pake acara drama turun hujan." Gerutu Reta sambil mendengus kesal.
Saat ini mereka berada di lantai bawah dekat dengan ruang resepsionis untuk menunggu hujan reda yang saat ini masih setia mengguyur kota ini.
"Abis ujan enaknya makan seblak." Gumam Shinta sambil menyeruput kopi panas yang ia beli di kantin.
"Hem, enaknya suasana gini tuh makan mie telor pedes sama teh panas. Beuhhhh sukses penggemukan." Kikik Reta dan disambut tawa juga oleh Shinta.
"Eh lo tau gak Ret? Gue kemarin hampir nabrak Kang Mas Prabu loh." Ucap Shinta bangga. Reta menatap Shinta.
"Sumpah lo? Kenapa hampir?! Tabrak beneran dongs." Jawab Reta gemas.
"Ada ibuknya, sungkan gue. Nanti di kira suka modus." Ucap Shinta jengkel.
"Emang kan suka modus." Gelak Reta dan dibalas kekehan oleh Shinta
"Ya kan gak boleh keliatan bar-bar kalau modus." Ucap Shinta.
"Kayak gini mau deket, modusnya dikerasin kek. Mulailah dari tindakan-tindakan kecil kayak awali chat dulu, basa-basi kek biar ada kemajuan dan gak diam di tempat perasaan lo. Kalau emang Kang Mas Prabu ngerespon dengan baik, ya boleh lah." Ujar Reta sejenak ia berpikir lalu menggeleng dengan cepat.
"Eh salah, jangan chat dulu. Lebih ringan tuh awalnya sapa dulu. Kayak di kantor gini. Pas kalian simpangan sapa aja kayak karyawan sama atasan, siang Pak Nakula. Kayak gitu." Lanjut Reta sambil tertawa.
"Gak ah males. Ketemu di rumah aja cuma dilirik. Kalau gue modal sapa dulu nanti yang ada malu sendiri soalnya dia gak bakal balas sapaan gue." Balas Shinta dengan jengkel.
Reta yang mendengar itu pun menghembuskan napasnya kesal, "ini nih yang bikin gue kesel sama lo. Lo gak mau nekat duluan terus tiap gue kasih saran selalu lo tolak." Ucap Reta emosi campur gemas.
"Hujannya belum juga reda, La. Kita tunggu aja hujannya reda." Ucap seseorang tak jauh dari Reta dan Shinta. Shinta masih fokus pada kopi dan pemandangan hujan sedangkan Reta menoleh ke arah sumber suara dan menemukan Nakula dan salah satu jajaran dewan direksi muda di perusahaan ini yang juga sahabat pria itu, Rama Herlambang atau biasa di panggil Pak Rama.
"Sore Pak Nakula dan Pak Rama." Sapa Reta kepada atasan-atasannya dan di balas senyuman manis oleh Rama.
Shinta yang mendengar nama Nakula disebut pun langsung tersedak oleh minuman kopinya sendiri.
Uhukk uhukk
"Ta, lo kenapa? Keseleg masa lalu?" Tanya Reta sedikit menyindir saat melihat Shinta yang yang terbatuk-batuk sambil mengibaskan tumpahan kopi yang mengenai kemejanya. Hingga sebuah tangan terulur memberikan sebuah sapu tangan ke arah Shinta.
"Pakai ini aja." Suara tersebut mampu membuat Shinta mengadah dan menatap si pemilik sapu tangan.
"Tidak usah Pak Rama." Tolak Shinta tatapannya tak sengaja melihat ekspresi Nakula yang hanya diam saja.
Kecewa? Pasti.
"Gak apa-apa. Masih bersih kok sapu tangan saya." Ucap Rama sambil menarik tangan Shinta agar mau menerima sapu tangannya.
"Ujannya udah reda, ayo pergi sekarang." Ucap Nakula lalu berjalan dahulu meninggalkan Rama yang masih dorong mendorong dengan Shinta perkara sapu tangan.
"Eh, Nakula tunggu." Teriak Rama. Pria itu akhirnya menoleh ke Shinta dan memberikan sapu tangannya dengan paksa.
"Dipake aja gak papa." Ucap Rama lalu meninggalkan Shinta dan Reta yang termangu.
Shinta menatap punggung Nakula yang menjauh lalu hilang di belokan menuju parkiran khusus.
Shinta menunduk menatap sapu tangan yang diberikan Nathan.
"Ret, kok gue tiba-tiba kecewa ya."
TBC
UNCHHHH AKHIRNYA BISA UPDATE LAGI😄😄😄
Gimana dong kok responnya masih kering😭 kasih komentar dongs😭😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DIAM (ON GOING DI WATTPAD LAGI)
Genel KurguShinta tidak harus untuk Rama. Tapi di sini Shinta untuk Nakula. Namun, bagaimana kalau Rama menawarkan serta menjanjikan kebahagiaan untuk Shinta yang sedang menantikan perasaan Nakula? Apakah Shinta akhirnya goyah? Dan memilih Rama yang menjadi pa...