PART 7

1.6K 300 44
                                    

HAIIII AKHIRNYA UP LAGI EKEKKEKE

SKUY LAH GAS 150 VOTE 40 KOMENTAR GASKAN!!!!

HAPPY READING💕💕💕

"Shinta, kamu bawa laporan devisi ke pak bos ya." Ucap ketua tim di devisi Shinta. Perempuan itu yang mendengar perintah pun menolehkan kepalanya ke kiri dan kanan melihat rekan kerjanya yang lain.

"Saya Mas?"  Tanya Shinta meyakinkan. Mas Aji yang tak lain ketua tim devisi 5 produksi mengangguk.

"Iya kamu antar kesana ya, saya mau rapat sama ketua tim devisi produksi yang lainnya." Ucap Aji sambil meletakkan laporan produksi tim mereka di meja Shinta.

"Duh Mas, suruh Riko aja deh. Saya belum sarapan loh mas tadi pagi." Tolak Shinta terang-terangan sambil mencari alasan. Aji menghembuskan napasnya kesal.

"Ya ampun Ta, dari delapan anggota tim kita, cuma kamu doang loh yang belum pernah menghadap ke Pak Nakula. Udah deh gak usah alesan." Ucap Aji dengan kesal. Reta yang berada di seberang mejanya tertawa tanpa suara akibat omelan Aji ke Shinta.

"Iya deh iya! Aku yang antar!" Balas Shinta ngegas dicampur kesal.

"Nah gitu dong." Ucap Aji tersenyum penuh kemenangan. Pria itu akhirnya pergi meninggalkan ruangan tim.

"Asik, ketemu kang mas prabu." Sorak Reta dengan suara kecil.

"Temenin gue ya Ret." Pinta Shinta dengan memelas. Reta menatap Shinta dengan tatapan jahilnya beserta senyum menjengkelkannya.

"Gue gak bisa. Gue ada janji sama ibuk kantin abis ini kan udah jam makan siang." Ucap Reta semangat. Shinta yang mendengar itu pun makin merenggut kesal.

"Udahlah Shin, masa gak berani ke ruangan Pak Nakula sendiri. Pak Nakula gak gigit kok. Hahaha" Gelak Riko yang sedari tadi menyimak pembicaraan Shinta dan Reta.

"Iya, kalaupun gigit pasti gigit yang enak." Celetuk salah satu rekan anggota devisi yang cukup senior, Mbak Eris.

"Idih Mbak Eris mentang-mentang udah nikah ngomong yang iya-iya. Kasihan nih bocah mbak." Timpal Rico sambil mengacak kerudung Shinta dan dibalas gelak tawa oleh Mbak Eris.

"Gue bukan bocah ya!" Gerutu Shinta namun malah di tertawakan oleh seluruh orang di ruangan tersebut.

"Udah sana, anterin laporannya ke pak Nakula mumpung belum jam makan siang." Suruh mbak Eris dan akhirnya pun Shinta berdiri dari kursinya sambil menyambar laporan timnya.

Saat akan membuka pintu ruangan suara Reta langsung menghentikannya, "Ta, jangan lupa Senyum Salam Sapa Manja." Teriak Reta dan dihadiahi delikan oleh Shinta beserta dentuman pintu yang keras dan disambut gelak tawa seluruh anggota timnya.

"Cuma gara-gara gak pernah ngasih laporan ke Mas Nakula aja masa aku yang harus disuruh nganter?! Padahal aku juga sering ngasih laporan ke atasan yang lain." Gerutu Shinta sambil menunggu Lift yang akan membawanya naik ke lantai ruangan Nakula.

Saat lift berhenti dan pintunya terbuka, Shinta cukup terkejut karena disana ada Rama yang juga terkejut karena dirinya.

"Siang pak Rama." Sapa Shinta lalu masuk ke lift yang kini hanya berisi mereka berdua.

"Siang Juga.. Em Shinta?" Balas Rama sambil meyakinkan ia tak salah nama dan di balas anggukan oleh Shinta.

"Kamu mau kemana?" Tanya Rama dan membuat Shinta menoleh ke arah Rama.

"Saya mau mengantar laporan devisi saya ke ruangan Pak Nakula, Pak." Balas Shinta ramah.

"Wah sama dong saya juga mau ke ruangan Nakula." Timpal Rama sambil tersenyum memunculkan kedua lesungnya.

"Ah, iya pak hehe." Jawab Shinta sambil tersenyum canggung.

"Kamu udah berapa lama kerja di sini?" Tanya Rama penuh minat.

"Baru setahun Pak. Alhamdhulillah setelah magang tiga bulang udah dapat kontrak kerja." Jawab Shinta sambil tersenyum.

"Ah, sayang banget ya saya baru tau kamu kerja disini." Desah Rama saat Shinta akan menanyakan denting lift berbunyi dan tak lama pintu terbuka.

Akhirnya Shinta memilih mengabaikan dan menelan pertanyaannya ke Rama. Saat mendekati meja sekertaris Nakula, Rama langsung meminta izin untuk masuk dan diperbolehkan oleh sekertaris Nakula.

Rama membuka pintu ruangan Nakula dan Shinta bisa melihat Nakula yang tengah fokus memeriksa file-file yang Shinta kira laporan dari devisi lain.

Nakula yang mendengar pintu terbuka langsung mendongakkan kepalanya dan menemukan Rama serta Shinta yang membawa lembaran laporan devisi timnya.

"Siang pak Nakula, saya ingin memberikan laporan tim devisi 5 produksi kepada Bapak." Pria itu menerimanya dan melihatnya sekilas lalu melemparkannya ke mejanya lagi.

"Kenapa baru diserahkan sekarang?" Tanya Nakula dengan nada datar dan membuat Shinta mengerjapkan matanya bingung.

"Saya tidak tau pak, tadi memang ketua tim devisi saya memang baru menyerahkannya dan langsung saya antarkan." Jawab Shinta apa adanya.

"Saya sudah bilang kan kalau laporan dari tim kamu harus di serahkan pagi ini bebarengan sama tim devisi produksi yang lain. Kalau seperti ini saya harus mengecek ulang." Semprot Nakula. Shinta yang dari awal tak tau masalah itu pun makin bingung dan tanpa di cegah wajahnya mulai memerah menahan tangis.

"Nanti saya sampaikan ke ketua tim saya pak." Ucap Shinta dengan menahan nada seraknya bahkan ia berjuang mati-matian agar suaranya tak menghilang.

Rama yang melihat Shinta menahan tangis pun segera bertindak, "kalau mau marah, marahin ketua timnya. Dia gak tau apa-apa." Bela Rama namun diabaikan oleh Nakula.

Shinta mencoba menetralkan suaranya. Bagimana pun ini interaksi terpanjangnya bersama Nakula setelah sekian tahun, namun bukan interaksi yang menyenangkan seperti yang Shinta khayalkan. Ini interaksi yang menyakitkan. Dulu Nakula tak pernah memarahinya, dan kali ini pria itu memarahinya dengan nada yang emosi.

"Ehem, kalau begitu.. Saya permisi dulu pak dan sekali lagi saya minta maaf atas keterlambatan team kami." Lirih Shinta sambil menunduk. Tanpa menunggu jawaban Nakula Shinta membalikkan badannya dan meninggalkan ruangan Nakula.

"Shinta tunggu." Panggil Rama, pria itu mendekati Shinta dan
akhirnya Shinta menoleh, Shinta yang masih menahan tangis pun mengutuk Rama yang masih menahannya di ruangan inu padahal ia ingin sekali ke kamar mandi dan melampiaskan tangisnya.

"Sudah masuk makan siang. Kamu mau menemani saya makan siang kan?" Tanya Rama. Shinta yang hendak menjawab pun tidak jadi karena suara lain segera menyelanya.

"Bukannya lo udah ada janji makan siang sama gue?!" Sela Nakula. Rama yang mendengar pun menoleh dan menatap Nakula datar.

"Gak jadi. Males gue makan siang sama lo." Jawab Rama lalu segera saja ia menarik Shinta keluar dari ruangan Nakula.

"Shit!"

TBC

EITSSS UDAH UP YAA WKWKWKKW AYO VOTE DAN KOMENTAR YANG BUANYAKKKKKK

INI HAMPIR 1000 KATA LOH YA:((

THANKS FOR READING💕

CINTA DALAM DIAM (ON GOING DI WATTPAD LAGI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang