AYOLAH KOMENTARNYA GOALS DONG😭😭😭
150 VOTE 30 KOMENTAR GAS!
"Lo darimana?" Tanya Reta saat Shinta memasuki ruangan devisinya. Wajah Shinta terlihat muram.
Mengabaikan pertanyaan Reta, Shinta berjalan menuju meja Aji. Menghampiri pria itu yang tengah fokus pada layar komputernya.
"Mas Aji!" Panggil Shinta dengan nada keras. Pria yang dipanggil pun terlonjak akibat panggilan Shinta.
"Ya Allah, Shinta. Jangan kagetin gue dong. Ada apa sih?!" Jawab Aji sambil mengelus dadanya. Wajah Shinta makin memerah.
"Mas Aji kok tega banget sih makanin aku ke Pak Nakula?! Mas-"
"Makanin gimana sih maksudnya?" Potong Aji dengan nada jengkel.
"Kenapa Mas Aji jadiin aku umpan buat nyuruh aku ngasih laporan tim kita sebelum jam makan siang? Pak Nakula tadi marah-marah ke aku gara-gara telat ngasihnya. Harusnya kan tadi pagi bareng sama devisi produksi yang lain." Omel Shinta panjang lebar dan omelan Shinta sukses membuat Aji menganga.
"Bentar-bentar." Ucap Aji sambil memberikan gestur tenang pada Shinta yang sedari tadi sudah meneteskan air matanya khas anak kecil yang mengadu. Semua anggota tim fokus pada Aji dan Shinta terutama Aji yang terlihat akan bicara.
"Shinta... Gak mungkin Pak Nakula marah karena kamu ngasih laporannya sebelum makan siang. Justru... Huft... Sebenernya laporan tim devisi produk di kasihkan pas sesudah makan siang." Ucap Aji sambil menggaruk kepalanya bingung. Jawaban Aji membuat Shinta menganga.
"Harusnya gak masalah. Gak ada keterlambatan. Masa Pak Nakula marah-marah gitu, Shin?" Tanya Aji bingung.
"Ya masa aku mengada-ngada sih mas?! Bahkan aku dimarahin di depan salah satu direksi perusahaan." Ucap Shinta makin membeludak.
"Itu berati pak Nakula yang mengada-ngada marahnya." Gumam Reta.
"Atau moodnya lagi jelek?" Sahut Riko ikut menebak.
"Mungkin pak bos lupa jam pengumpulannya." Sahut yang lain.
"Enggak! Dia bilang semua team devisi produksi udah ngumpulin laporannya dari pagi! Pak Nakula marah karena harus ngecek ulang!" Ucap Shinta dengan suara serak.
"Aku gak tau lagi lah. Yang jelas dia marah-marah karena aku baru ngasih laporannya sebelum makan siang tapi Mas Aji bilang harusnya sesudah jam makan siang. Jadi yang bener siapa?!" Isak Shinta.
Aji menyerahkan beberapa tissue ke Shinta, "udah-udah lap dulu air mata kamu. Mungkin moodnya Pak Nakula lagi jelek. Sabar aja anggap sebagai latihan mental." Ucap Aji.
"Latihan mental apa?! Gak tau apa-apa tiba-tiba kena omel. Udah kena serangan mental ini!" Gerutu Shinta. Reta yang sedari tadi menyaksikan Shinta mengomel ke Aji pun akhirnya bangun dan menarik Shinta agar duduk di kursinya sendiri.
"Udah-udah gak usah nangis." Ucap Reta. Bagaimana pun ia paham perasaan Shinta yang makin sensitif akibat amukan dari pria yang disukai.
***
Rama memasuki ruangan Nakula dengan wajah yang riang dan ia melihat Nakula tengah menyantap makan siangnya yang terlihat dipesan melalui online.
"Makan siang bos?" Tanya Rama sambil tersenyum sumringah. Nakula hanya diam tetap melanjutkan makan siangnya.
"Hahahaha lo marah gara-gara gue tinggal makan siang, La?" Gelak Rama. Nakula mendengus kesal. Pria itu meraih gelas minumnya dan meminumnya.
"Gue gak sekanak-kanakkan itu." Ucap Nakula sambil menatap Rama jengkel dan membuat Rama tersenyum geli.
"Gue kira lo marah. Hahahaha." Gelak Rama lagi. Nakula yang akan menyendokkan makanan ke mulutnya pun akhirnya tak jadi.
"Jadi gimana makan siangnya? Sukses?" Tanya Nakula sambil menatap Rama. Rama pun tersenyum senang.
"Jelas dong sukses. Gue bawa dia ke soto lamongan langganan kita." Ucap Rama bangga.
"Gue udah tau. Gue udah lihat." Balas Nakula cepat.
"Iya hahaha lo jadi penonton pertama kali story whatsapp gue abis itu Tante Arimbi." Ucap Rama masih tertawa senang.
"Suka gue sama Shinta. Asik banget anaknya. Ngalir aja gitu kalau diajak ngobrol apa-apa juga bisa." Gumam Rama takjub mengingat perbincangannya dengan Shinta selama makan siang tadi.
"Gue jad-"
"Permisi Pak Nakula, kami perwakilan dari devisi produksi tim satu sampai empat ingin mengirimkan laporan bulan ini pak." Ucap salah satu dari empat orang yang masuk ke ruangan Nakula. Sebelumnya mereka sudah mengetuk pintu ruangan Nakula.
Rama yang melihat devisi produksi baru menyerahkan laporan pun terlihat bingung.
"Loh kok baru diserahkan?" Tanya Rama dulu.
"Memang perintahnya habis jam makan siang pak pengumpulannya." Balas salah satu dari mereka. Nakula menetralkan suaranya sebelum bersuara.
"Kamu taruh di atas meja saya. Terima kasih." Ucap Nakula tanpa melihat ke arah pegawainya ataupun Rama. Matanya fokus ke makan siangnya.
"Baik pak." Akhirnya mereka meletakkan laporan mereka dan mulai meninggalkan ruangan Nakula.
"Lo-"
"Gue lupa kalau pengumpulannya setelah jam makan siang." Potong Nakula tanpa melihat ke Rama.
"Gak, gue jelas denger tadi kalau lo bilang ke Shinta kalau lo udah periksa laporan-laporan punya devisi produksi lainnya tadi pagi dan lo marah ke Shinta karena baru nyerahinnya sebelum jam makan siang." Ucap Rama geram. Pasalnya kemarahan Nakula sangat keterlaluan. Ia tau betul sifat Nakula yang tenang namun tadi pagi pria itu menunjukkan emosinya pada Shinta hanya gara-gara kesalahan tak jelas.
"Nakula, lo gak sepikun itu."
TBC
YEAY AKHIRNYA UPDAT LAGI!!!!
SETELAH BERHARI-HARI ASIK MAIN AMONG US, AKHIRNYA AKU DAPAT HIDAYAH BUAT NGETIK LAGI AWOKAWOKAWOK🤧
AYO VOTE DAN KOMENTAR💕
Thanks for reading💕
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM DIAM (ON GOING DI WATTPAD LAGI)
General FictionShinta tidak harus untuk Rama. Tapi di sini Shinta untuk Nakula. Namun, bagaimana kalau Rama menawarkan serta menjanjikan kebahagiaan untuk Shinta yang sedang menantikan perasaan Nakula? Apakah Shinta akhirnya goyah? Dan memilih Rama yang menjadi pa...