Chapter 03

262 30 7
                                    


Kepulan asap tipis dari bubur yang baru saja dibuatkan Mark teralihkan pada Jeno yang tengah menaiki anak tangga; menuju kamarnya. Ia lelah dan sungguh, wajah Jaemin adalah akhir dari kata lelahnya, tidak ada yang bisa mengobati dirinya dari tugas tak berujung sang Ayah, selain si cantik mungil yang tengah berbadan dua itu. 

"Hai Mom." Sapa Jeno saat ia berpapasan dengan sang Ibu, memberikan senyum khasnya pada Taeyong yang hendak turun.

Dan dibalas anggukan kepala oleh Taeyong, menepuk pundak putra bungsunya, ia tersenyum penuh arti pada Jeno. "Mommy khawatir Jen, saat dipusat perbelanjaan tadi, Nana kembali memukuli perutnya, Mommy khawatir pada Nana dan bayinya."

Jeno memandangi sejenak nampan yang berisi bubur hangat dan segelas susu coklat untuk ibu hamil, lalu kembali memperhatikan wajah khawatir sang Ibu, "apa Nana mendengar sesuatu didekatnya?"

"Mommy tak yakin," jedanya, raut gelisah Taeyong tertangkap jelas dimata Jeno. Taeyong begitu menyayangi Jaemin seperti anaknya sendiri. "karena saat itu Mommy sedang membayar dan menyuruh Nana untuk menunggu, letak Nana dan Mommy waktu itu cukup jauh tapi Mommy masih bisa mengawasi Nana hingga ia berakhir memuk—"

"No, bukan salah Mommy, Mommy telah menjaga Nana dengan baik." Jeno menyela ucapan sang ibu lembut saat wajah Taeyong telah memerah ingin menangis. Ibunya sudah berbaik hati untuk mengajak istrinya keluar.

"Jeno akan menemui Nana."

Taeyong mengusap wajahnya sebentar, ia berlalu setelah mengangguk.

Jeno mengerti, dua hari lalu Jaemin begitu tenang hingga Jeno sedikit lega akan istrinya, dan tak mungkin jika istri mungilnya kembali berbuat aneh bila tak ada setan yang membisiki.

Jaemin terjengit saat merasakan hembusan nafas hangat menerpa tengkuknya, wajah Jeno menelusup pada leher jenjang Jaemin bertumpu pada pundak kecilnya dan mengendus aroma yang menguar dari tubuh si lelaki manis dalam jarak dekat. Jaemin bahkan tak menyadari kapan suami tampannya memasuki kamar mereka, ia terlalu larut dalam pikirannya yang mengawang abstrak.

"Sudah makan?"

Jaemin melirik Jeno sekilas, pandangan keduanya bertemu lalu Jaemin mengecup batang mancung Jeno sekilas. "Sudah," katanya kemudian. Senyum Jeno terukir mengecup basah rahang cantik Jaemin.

"Masih mual?"

Istrinya kemudian mengangguk kecil, "dia menyusahkan ku."

"Maaf.."

"Kenapa?"

"Kau kesusahan karena ku."

Jaemin tak menjawab, ia menunduk memperhatikan perutnya disebalik kemeja putih besar yang ia pakai, bila malam tiba Jaemin akan memakai baju milik Jeno maka ia akan mendapatkan kualitas tidur yang baik. Tapi akhir-akhir ini ia tak mendapatkannya.

Si lelaki cantik bahkan tak pernah sekalipun mengusap perutnya barang sedetik, ia terlalu malas. "Bisakah jangan bahas itu, tolong." Jaemin menatap malas Jeno yang tak henti-hentinya mengusap-usap perut datarnya

Nyatanya ia tak pernah menolak saat Jeno menyentuh dirinya.

Jujur saja, usapan Jeno jauh lebih menenangkan dibandingkan Taeyong, mungkin karena Taeyong memliki kulit lembut seperti dirinya. Jaemin lebih menyukai tekstur sedikit kasar itu saat menyentuh kulit halusnya.

"Baiklah," tangan Jeno menyingkap kemeja putih Jaemin hingga terlihat perut putih susu istrinya yang terekspos, lalu dengan gerakan perlahan Jeno mengecup perut Jaemin berkali-kali. "Baby jangan menyusahkan Buna, jika Bunamu marah dia terlihat seperti akan meruntuhkan bangunan, tenaganya seperti bison."

Be With You (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang