📖 Happy Reading 📖
Sorry for typo.
.
.
.**
Wanita itu meremas kedua tangannya yang saling bertaut, ia duduk dengan posisi gusar, sesekali mengigit bibir bawahnya. Jujur ia sangat ketakutan saat ini. Pertanyaan-pertanyaan yang terdengar mengintimidasi mulai di ajukan oleh dua polisi di hadapannya. Sampai pada akhirnya Irene di beri kesempatan untuk menjelaskan apa yang telah terjadi.
Tarikan nafas dalam, dan hembusan secara perlahan semoga bisa membuatnya sedikit tenang. Namun tidak semudah itu, walaupun ia berusaha menenangkan diri tetap saja rasa takut dan gugup lebih mendominasi hatinya.
"Sa.. saya masih ingat waktu itu Jennie bersama dua anak buahnya datang ke rumah saya dan menculik saya. Mereka membawa saya ketempat yang jauh dan ingin mencelakai saya. Bahkan Jennie berusaha mengugurkan kandungan saya, Jennie mengancam akan mendorong saya ke tebing. Dia juga mengancam akan membunuh adik saya, Jiyeon," Irene menceritakan semua yang terjadi saat itu. Walaupun apa yang di katakan oleh wanita ini benar, namun Kai sudah merencanakan jika wanita ini harus berakhir di balik jeruji besi.
Polisi sengaja mengajak Kai dan juga dua orang pria yang menjadi anak buah laki-laki itu untuk di mintai keterangan.
"Bagaimana menurut anda tuan Kim Jong In? apakah yang di katakan nona Bae Irene sudah benar?" polisi beralih pada Kai.
"Jika benar Jennie berniat membunuh nona Bae, kenapa malah dia yang terluka?" Kai tersenyum santai sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Ia melirik sekilas kearah Irene yang terlihat gugup.
"Benar apa yang di katakan oleh tuan Kai pak. Kami bahkan tidak melakukan apapun pada nona Bae, dia baik-baik saja," tambah salah satu anak buah Kai.
Irene membuka matanya lebar, mendelik kearah orang yang tadi berbicara.
BRAK.
"Bohong! kalian pasti sudah berencana untuk menjebak ku," Irene memukul meja di depannya dan berdiri dari posisinya.
"Nona Bae tolong tenang," intrupsi polisi menenangkan Irene.
"Pak, kalau anda tidak percaya dengan apa yang saya katakan. Adik saya bisa menjelaskan semuanya," Ucap Irene dengan geram dan tatapan tajam yang mengarah pada Kai.
"Baiklah, kalau begitu anda bisa menelfonnya untuk segera datang kesini,"
Irene mengangguk pelan, ia yakin Jiyeon akan membantunya lepas dari tempat ini. Salah satu polisi menyerahkan ponselnya pada Irene untuk menghubungi adiknya.
Semua mata memperhatikan Irene yang tengah berbicara dengan Jiyeon. Wanita itu tidak mengatakan hal lain selain memintanya datang ke kantor polisi. Setelah itu ia kembali menyerahkan ponsel tersebut pada polisi. Irene hanya diam, sambil terus menatap Kai tajam. Jika kau pikir aku akan kalah, maka kau salah tuan Kim Jong In.
**
Dengan gerakan pelan Seokjin mendorong kursi roda yang tengah di duduki Jisoo. Mereka berdua berada di taman belakang rumah sakit. Sebenarnya kondisi Jisoo belum pulih sepenuhnya, namun ia memaksa ingin segera menghirup udara segar. Jisoo memohon pada Jimin untuk mengiyakan permintaannya, dan akhirnya Jimin menyetujui. Namun Jisoo hanya diberikan waktu 15 menit. Walaupun terhitung sebentar, tapi itu sudah cukup bagi Jisoo.
"Jisoo-ya, kau ingin makan sesuatu?" tanya Seokjin sambil beralih duduk bersimpuh di hadapan Jisoo.
"Apa boleh?" tanya Jisoo memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Real My Wife [VSoo] ✓
Teen Fiction[END] Ibarat kaca yang pecah pasti sulit kembali kebentuk semula. Penghianatan ini begitu dalam menusuk ulung hati Jisoo. Melihat dengan mata kepalanya sang suami bersama wanita lain. Kepercayaan yang ia bangun telah hancur menjadi luka yang menyaya...