Chapter 11

1.6K 170 3
                                    

Satu bulan kemudian..

Sudah satu bulan pernikahan kontrak itu terjalin. Begitupula dengan perut Sakura yang mulai terlihat bentuknya. Hubungan antara Sasuke dan Sakura masih belum menunjukkan perkembangan.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, Sakura kini menyiapkan makanan untuk berdua--dirinya dan bayinya. Tapi, Sasuke yang biasanya bangun agak siang, kini bangun lebih pagi.

Pria itu terbangun karena mencium aroma masakan yang dimasak Sakura. Sebenarnya ia sudah lapar, tapi egonya yang tidak ingin memberitahu.

Aroma lezat itu terus membuat perutnya berbunyi. Ia ingin makan, tapi egonya menahan dirinya. Terus saja ia berdebat, ingin mementingkan egonya atau mementingkan perutnya lebih dulu?

Karena tak tahan akibat rasa lapar, ia memilih mementingkan perutnya terlebih dahulu. Perlahan, ia berjalan mendekati Sakura yang masih sibuk.

"Hey, masakkan sesuatu untukku." ucapnya kemudian berbalik badan--tak ingin dilihat Sakura.

"Eh.. tumben sekali, tuan muda Uchiha yang terhormat ini meminta istrinya untuk menyiapkan sarapan?" Sakura membalasnya dengan nada mengejek. Sakura juga sempat terkejut ketika Sasuke meminta ia menyiapkan masakan, pasalnya ia dan Sasuke sangat jarang berbicara satu sama lain. "Oh! Apa kau sudah mulai tertarik dengan diriku, hm??"

Perkataan Sakura yang seperti itu tentu saja membuat kesal Sasuke. "Buatkan saja!"

"Untuk apa? Kita hanya partner. Kau bisa memesan makanan diluar." ucap Sakura lalu pergi dengan membawa kotak bekal ditangannya.

"Wanita itu.." Sasuke menggeram pada Sakura. Alasan Sasuke yang tidak memesan makanan diluar adalah, karena perutnya sedan tidak enak. Akhir-akhir ini ia sering bolak-balik ke kamar mandi.

o0o

Sakura selalu bertemu dengan Ino di pintu utama kantor mereka. Tapi akhir-akhir ini ia tak bertemu dengan Itachi. Sakura pikir mungkin Itachi sedang sibuk, ia mendengar bahwa perusahaan mereka menerima proyek besar di Los Angeles. Ia akui, ia pun cukup sibuk.

"Sakura.. aku lelah sekali." keluh Ino disepanjang jalan mereka.

"Mau bagaimana lagi, kita sedang mendapat proyek besar."

"Enaknya dirimu. Itachi-sama bahkan mengurangi pekerjaanmu dan menyerahkannya padaku."

"Aku sedang hamil. Wajar saja jika Itachi-sama mengurangi pekerjaan untukku." jawab Sakura. "Kalau begitu, kenapa kau tidak mengatakan langsung saja ke Itachi-sama?"

"Mengatakan apa?"

"Mengenai pengurangan pekerjaan."

"Tidak! Tidak! Aku tidak ingin dipotong gaji. Walaupun gajinya memang besar, tapi tetap saja aku tak ingin."

"Kalau begitu, berhentilah mengeluh."

"Aishh kau ini. Tidak apa-apa kan jika aku mengeluh pada sahabatku?"

"Memang tidak apa-apa, tapi ini bukan waktu yang tepat." ujar Sakura. "Oh, sampai nanti, Ino."

"Yang kau katakan selalu saja benar." gumam Ino. "Haaah.. semangat Ino!" Ino menepuk pipinya.

Ino kembali berjalan menuju ruangannya. Saat hendak berbelok, ia tak sengaja menabrak seorang pria. "Ah, maaf!"

"Tidak, tidak apa-apa."

Ino mengangkat kepalanya dan tersipu pada pria yang tengah tersenyum di hadapannya. Kulit putih pucatnya yang indah, rambut klimis yang ditata rapi, tak lupa senyuman yang terukir dibibir sang pria.

"Halo? Apa kau mendengarkanku?" pria itu mengibaskan tangan di depan wajahnya.

"E-eh? Ah, maafkan saya, tuan." Ino menjawabnya dengan kikuk.

"Tidak apa-apa. Lain kali hati-hati saat berjalan, cantik."

BLUSH

Muka Ino memerah seperti kepiting rebus. Ia rasanya ingin sekali berteriak. Berlebihan memang, tapi siapa yang tidak memerah jika kau disebut "cantik" oleh seorang pria tampan.

Ia kembali berjalan lagi dengan senyuman dan suasana hati yang riang. Ia berpikir, apakah suatu hari nanti ia bisa menemui pria itu kembali?

Aku harap aku bisa bertemu dengannya lagi. Oh tuhan, ternyata seperti ini rasanya saat jatuh cinta pada pandangan pertama, batin Ino yang menempelkan tangannya di dada.

Eh, tunggu.

Ino berhenti ketika mengingat sesuatu. Ia merasa ada hal yang terlupakan. Sedetik kemudian, matanya membulat. Ia melupakan sesuatu yang penting, sangat-sangat penting.

"AKH!! BAGAIMANA AKU LUPA MENANYAKAN NAMANYA?!" teriaknya seraya mengacak rambut pirangnya.

"Sttt!!" seluruh pegawai kantor mendesis pada Ino. Ino segera menutup mulutnya.

"Maaf."

Yamanaka Ino, kau sangat bodoh!!

o0o

TOK

TOK

TOK

"Masuk."

CKLEK

"Permisi Itachi-sama. Saya membawakan jadwal anda hari ini."

"Oh, Sakura. Hem, tolong letakkan saja dimeja." ucap Itachi.

"Baiklah," Sakura menuruti perintah Itachi. "Oh ya, Itachi-sama, anda mendapatkan sebuah surat."

"Surat?"

"Ya. Dilihat dari lambangnya, sepertinya ini berasal dari perusahaan di Los Angeles."

Itachi mengangkat kepalanya dan menerima surat tersebut. Ia membuka dan membacanya. Wajah rupawannya terlihat semakin tampan ketika ia memakai kacamata. Jika disini sedang ada para gadis yang berkumpul, mereka pasti sudah berteriak histeris.

"Aku tahu ini mendadak, tapi Sakura, bisakah kau ikut menemaniku?" Itachi melipat kembali surat itu.

"Memangnya, apa ada hal yang terjadi?"

"Ya. Perwakilan pihak perusahaan Los Angeles tiba-tiba mengambil tiket penerbangan ke Jepang, mereka ingin bertemu dengan kita secara khusus. Pesawatnya mungkin akan tiba 2 jam lagi, jadi tolong siapkan semua keperluannya."

"Akan saya lakukan. Kalau begitu, saya permisi dulu."

"Ya."

Sakura keluar dari ruangan Itachi. Wanita itu segera menyiapkan beberapa berkas penting, menelepon supir--untuk mengantarkan dirinya dan Itachi ke tempat yang dijanjikan.

Sementara Itachi, pria itu sedang memijat pangkal hidungnya. Akhir-akhir ini pekerjaan kantor semakin banyak, dan ia jarang menghabiskan waktu bersama sang istri. Ia ingin sekali menghabiskan waktu bersama Izumi, tapi ia juga tak bisa meninggalkan tanggungjawab nya begitu saja.

"Haaah.." helanya. "Aku harap Izumi tidak marah jika aku pulang larut malam lagi."






Hai, up lagi nih. Btw bantu vote cerita keduaku dong. Semoga suka sama ceritanya:)

MY BABY CEO [SASUSAKU STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang