"... Dia adalah ibuku, Haruno Mebuki."
Hening.
Keduanya sama terkejut akan fakta yang baru saja mereka dengar.
"A-apa?" sepertinya Minato masih terkejut atas apa yang dikatakan Sakura. "Maaf, tapi bisa kau ulangi lagi?"
"Wanita yang ada didalam foto itu, dia adalah ibuku, ibu kandungku."
Foto yang digenggam Minato terjatuh ke lantai. Ia perlahan-lahan terjatuh diatas sofa.
Sakura yang melihat Minato terhuyung-huyung pun terkejut, "Anu, anda tidak apa-apa?"
Sakura khawatir jika Minato pingsan disini karena melihat betapa pucatnya wajah pria berambut kuning tersebut. Ia sungguh tak ingin terlibat dalam masalah yang besar, apalagi yang dihadapannya adalah salah satu penguasa terkaya di Jepang. "Sebentar, saya akan ambilkan air putih."
Sakura pun melesat menuju dapur kantor, disana ia sempat bingung, apakah ia harus memberikan air putih atau teh? "Seharusnya aku menanyakannya tadi!" gerutunya. Akhirnya ia memilih untuk memberikan air putih, karena kan tidak tahu jika Minato suka teh atau tidak.
Dan seperti itu, Sakura kembali keruangan dengan segelas air putih ditangannya. "Silahkan diminum, Namikaze-sama." ia meletakkan gelas itu dihadapan Minato.
Minato yang sudah bisa menstabilkan diri pun meminum air tersebut, ingat, ia harus tetap tenang. "Terimakasih."
Keheningan kembali melanda yang justru membuat Sakura gelisah, ia tidak tahan berada didalam kesunyian seperti ini.
Dengan keheningan ditambah rasa penasaran, akhirnya Sakura mengungkapkannya. "Maafkan saya apabila saya lancang, tapi apakah anda mengenal ibu saya?"
Minato menatap Sakura, "Ibumu tak menceritakan apapun kepadamu?" Sakura menggeleng.
Minato menghela napas, ia mulai menceritakan antara hubungan antara Minato dan Inoichi dengan ibu Sakura, Mebuki, sampai dimana Mebuki pergi dari rumah dan menghilang.
Sakura terkejut. Ia tak menyangka, ibunya yang galak tetapi baik hati memiliki hubungan darah dengan para pengusaha terkaya di Jepang.
Itu mengingatkannya pada sesuatu. Saat itu...
[Flashback]
"Ibu, ibu.." Sakura yang saat itu berumur empat tahun memanggil ibunya yang sedang mencuci piring sehabis mereka makan.
"Ada apa?" Mebuki mengelap tangannya dan berbalik, ia menatap Sakura dengan senyumnya.
"Tadi ayah bilang, kalau ibu mempunyai kakak laki-laki. Berarti aku mempunyai seorang paman, dong?" Sakura bertanya dengan polosnya tanpa tahu bahwa ekspresi sang ibu berubah.
"Ayahmu menceritakan apa?" Mebuki melirik ayah Sakura yang membeku dibelakang putrinya.
"Ayah bilang kalau ibu mempunyai kakak laki-laki," jawab Sakura. "Hei, apakah pamanku tampan? Pasti tampan, kan, karena ibu juga sangat cantik."
"Sakura.. bisakah kau pergi main dengan temanmu dulu? Ibu ingin berbicara sebentar dengan ayahmu."
"Eh? Oh, baiklah." tanpa tahu apa yang akan terjadi, Sakura pergi main dengan teman masa kecilnya.
[End flashback]
"Oh ya, jika kupikir-pikir, ekspresi ibu berubah saat aku menanyakan tentang paman." gumam Sakura yang masih dapat didengar Minato.
"Ekspresinya berubah...?"
Sakura terkejut, Shit! Apa dia mendengarnya?!
"A-ah, tidak."
"Sakura, jika Mebuki memang benar ibumu kandungmu, maka dimana dia sekarang?" Minato bertanya, walaupun tenang tapi ada nada tidak sabar didalamnya.
Sakura termenung, pertanyaan Minato membuat ingatannya berputar kembali ke waktu dimana sebuah kejadian mengerikan terjadi yang membuat nyawa kedua orangtuanya direnggut. Itu membuat hatinya terasa sakit.
"Sakura?" sahutan Minato membuyarkan lamunan Sakura.
"Y-ya? Ah maafkan saya."
"Tidak apa-apa, jadi bisa kau ceritakan padaku apa yang terjadi? Karena dari ekspresimu tadi, sepertinya telah terjadi sesuatu, kan?"
Sakura sempat diam, ia bingung apakah ia harus menceritakan perihal tragedi itu atau tidak.
Setelah lama berpikir, Sakura akhirnya memutuskan untuk bercerita, ia pikir bahwa Minato mempunyai hak untuk tahu.
"Saat itu..."
[Flashback]
Hari ini adalah ulang tahun Sakura yang ketujuh tahun, ia dan orangtuanya pergi merayakan diluar. Saat sedang berjalan di taman, ia melihat seorang pria yang sedang menjual es krim. Ia pun meminta kepada orangtuanya dan orangtuanya menuruti permintaan nya tersebut.
Ia dan ibunya menunggu sambil duduk di bangku taman, sementara ayahnya pergi membeli es krim untuk mereka.
Saat sedang menunggu, ia mendengar ayahnya berteriak memanggil ibunya. "MEBUKI, AKU LUPA TIDAK MEMBAWA DOMPETKU!!"
Sang ayah berteriak membuat orang-orang disekitar menatap kearah mereka.
"Astaga, lihatlah! Ayahmu sama sekali tak mempunyai rasa malu!" walaupun begitu, Mebuki tetap menghampiri sang suami.
"Tunggulah disini." ucapnya tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Sakura menunggu dengan tenang. Saat ia sedang melihat ke sekitar, ia melihat sebuah truk sedang melaju dengan sangat kencang kearah ayah dan ibunya berada.
Matanya membulat, ia pun segera berlari menuju orangtuanya. Namun sayang, karena kaki kecilnya tak cukup cepat, ia melihat kejadian dimana truk tersebut menabrak kedua orangtuanya dengan kencang sehingga mereka terpental jauh.
Sakura syok, sangat syok saat melihat darah yang bertebaran di jalanan. Suasana disana mulai riuh, karena hal itu, ia pun jatuh pingsan dan tak tahu apa lagi yang terjadi.
[End flashback]
Minato terkejut, ia tak menyangka adik kesayangannya sudah pergi tanpa ia berada disisinya. Air mata mulai mengucur yang semakin lama semakin deras.
Sakura sendiri mulai kalang kabut, kala Minato mulai menangis.
"Tu-tuan, tolong jangan menangis, i-ini tolong diminumlah." Ia menyodorkan segelas air putih.
Minato menerima tawaran tersebut dan mulai menenangkan diri. Ia menatap Sakura dengan matanya yang memerah.
"Terimakasih. Kalau begitu, aku pergi dulu. Sampai jumpa ya, Sakura." dengan begitu, perbincangan hari ini selesai dengan fakta baru yang terungkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BABY CEO [SASUSAKU STORY]
Roman d'amour[Sasusaku] Sakura yang hendak mengantarkan berkas, harus terjebak bermalam dengan bos dari rekan bisnisnya. Lalu, saat dia dinyatakan positif hamil, apa yang akan dilakukannya?