Part 4

4.8K 486 12
                                    

Pada sore hari, saat Bella hendak pamit untuk kembali ke rumah Dara. Haidar mencegahnya. Masih ada hal yang belum selesai dia bicarakan dengan Bella.

"Sebentar saja," gumam Haidar pelan.

Bella yang sudah siap pergi hanya dapat mengulur kesabarannya dan kembali duduk di samping Haidar. Lelaki dengan wajah yang sudah terlihat segar sehabis mandi tersebut menyunggingkan senyuman tipis.

"Aku sudah lepas kontrol dari Papa, dia sudah rela aku melakukan apa saja. Termasuk menikah dengan gadis pilihanku. Jadi, kapan kamu siap Kakak lamar?" tanya Haidar dengan wajah datar dan nada suara tak ada lembut-lembutnya.

"Hah?!"

Bella berteriak dengan wajah shock, tatapannya mengarah pada wajah Haidar yang terlihat sangat datar. Tak ada tanda-tanda tatapan dengan kelembutan di wajahnya.

"Kakak ngajak nikah kayak ngajak beli gorengan. Mikir gak sih?" tanya Bella heran.

Haidar mengangguk pelan, tangannya meraih jemari Bella dan di genggamnya. Bella hanya dapat menatap hal tersebut tanpa mau berkomentar.

"Bel, aku gak tahu cara melamar romantis seperti yang kamu inginkan. Bukankah kamu tahu bagaimana sifat dan kepribadianku?"

"Ya tapi gak seperti ini juga, Kak. Kita baru ketemu tadi pagi, terus sorenya tiba-tiba Kakak ngajak nikah." 

"Kita baru bertemu lagi tadi pagi, lagi. Berarti kata lagi menegaskan jika kita bukan pertama ini ketemunya, iya, 'kan?" tanya Haidar dengan alis terangkat sebelah.

Bella menghembuskan napasnya kasar, memang benar apa yang di katakan Haidar. Jika mereka baru bertemu lagi. Tapi, bukan itu yang Bella maksudkan.

"Gak ada acara PDKT?" tanya Bella.

Haidar menarik Bella agar duduk lebih dekat dengannya, tanpa membantah Bella duduk mendekat ke arah Haidar. Bahkan paha Bella dan Haidar saling menempel.

"Kurang lama kita pendekatannya dari kamu kelas 10 SMA sampai kamu hampir naik kelas dua belas?"

Bella berkedip beberapa kali sebelum tersenyum canggung. Kenapa Haidar di hadiahi pemikiran yang sangat menjengkelkan menurut Bella. Tak bisakah dia iya-iya saja saat di tanya ataupun di ajak bicara.

"Bahkan Kakak sudah hafal betul dengan semua sikap dan sifatmu. Bahkan sisi negatif yang selalu kamu sembunyikan dari orang-orang, sayang."

Tangan Bella yang berada di genggaman Haidar tiba-tiba mengeluarkan keringat dingin dan bergetar. Perasaan yang tak pernah dia rasakan kini dia merasakannya, baru di panggil sayang saja tubuh Bella sudah bereaksi seperti itu.

"Tremor, Bel?" tanya Haidar tanpa ekspresi.

"Kak, memang dulu aku pengen punya suami seperti Papa. Tapi, aku gak pernah mikir kalau begini rasanya punya pasangan cuek bin dingin banget." Ujar Bella dengan kesal.

Haidar tersenyum manis dan mendekatkan wajahnya ke arah Bella. Gadis cantik yang tampak heran tersebut mengerutkan dahinya.

"Pasangan? Eh?"

"Hah? Ya Allah!" Teriak Bella.

Tanpa basa-basi, Bella melepaskan genggaman tangan Haidar dan berlari keluar rumah. Entah kemana tujuannya yang penting dia keluar dari rumah Haidar.

"Mampus ini ke kanan atau kiri?" gumam Bella pelan, dia mengingat-ingat dengan betul kemana arah rumah Dara. Jangan sampai dia salah arah dan tersesat, memalukan.

Bella tersenyum sumringah saat melihat tiga temannya berada di pinggir jalan. Bella segera berlari menuju teman-temannya.

"Dara!" teriak Bella dari kejauhan.

Dara, Velyn dan Angeline menoleh saat mendengar suara Bella. Embusan napas lega dari ketiga gadis cantik tampak begitu puas.

"Kamu dari mana aja?" tanya Velyn melihat Bella dari atas sampai bawah.

"Nanti aja di rumah aku cerita, sekarang ayo bawa aku pulang ke rumah Dara. Buruan!" ujar Bella dengan tergesa.

Ketiga teman Bella saling pandang dengan bingung, biasanya Bella kalem dan selalu tenang. Tak seperti ini.

"Please, ayolah." Bella sudah hampir menangis karena teman-temannya tak ada yang merespon ucapannya.

"Bella!" teriak lelaki yang berada tak jauh dari mereka. Mata Bella membola dan segera menarik lengan Dara untuk mengajaknya berlari.

Velyn dan Angeline yang tak mengertipun akhirnya ikut berlari. Walaupun mereka tak kenal siapa lelaki yang memanggil nama Bella.

"Bella, tunggu!" Bella semakin cepat berlari saat mendengar suara Haidar kembali memanggilnya.

Saat sampai di rumah Dara, Bella mengatur napasnya dengan telapak tangan kanan mengurut dadanya.

"Bel, tadi siapa? Kamu di panggil cowok ganteng kok malah lari sih!" Tanya Angeline dengan napas tak beraturan.

"Biarin aku napas dulu," gumam Bella sembari membaringkan tubuhnya di teras rumah Dara.

Velyn, Angelin dan Dara ikut berbaring di samping Bella. Mereka sama-sama mengatur napasnya, lama tak berlari ternyata menyiksa juga berlari walaupun jarak dekat.

"Dia Kak Haidar, cowok yang sering aku ceritain. Dia cowok yang pernah dekat denganku." Jelas Bella dengan napas mulai teratur.

Velyn, Angelin dan Dara melotot mendengar ucapan Bella. Velyn dan Angeline mungkin hanya tahu jika Haidar adalah lelaki tampan. Tapi, Dara sangat tahu siapa Haidar tersebut.

"Kok bisa? Bel, kenapa kamu gak pernah cerita sih. Kalau boss Haidar mantan teman dekatmu yang selama ini kamu cari. Aku bisa ngasih tahu kamu kalau gitu." Ujar Dara, gadis yang awalnya berbaring tersebut kini duduk dengan kaki bersila.

Velyn dan Angeline melakukan hal yang sama, disusul Bella juga ikut duduk melingkar di samping temannya.

"Aku gak tahu kalau dia boss di sini, setahuku dia itu buka usaha. Tapi gak tahu kalau sebesar ini, Dara." Jelas Bella.

"Dia boss di sini, Ra?" tanya Angeline menatap Dara.

"Iyap, dia boss di sini. Asal kalian tahu, sebelumnya ada pengepul yang biasanya memborong sayur di sini. Tapi, dia belinya murah. Kalian tahu harga pupuk, bibit dan tenaga petani di sini seperti di injak-injak."

"Terus, tiba-tiba ada orang dari kota dia menawarkan harga di atas pengepul yang sebelumnya. Kita di sini seneng banget pasti, akhirnya semua petani di sini jualnya ke Pak Haidar." Jelas Dara dengan satu tarikan napas.

Bella menunduk untuk mengingat sesuatu, dia tak pernah mengira jika Haidar mewujudkan cita-citanya untuk menjadi boss sayuran.

"Kenapa kamu lari? Dia ganteng banget, boss lagi."

"Seumur aku hidup, belum pernah di panggil sayang sama cowok. Dan tadi dia manggil aku sayang, aku shock terus lari lah."

"Cuma di panggil sayang kamu lari?" tanya Velyn dengan kepala menggeleng pelan.

Bella mendongak dan menatap wajah ketiga temannya sembari mengangguk. Memangnya kurang jelas ucapan Bella tadi? Dia rasa sudah sangat jelas sekali.

"Aku belum pernah pacaran. Di dekati cowok aja risih setelah pisah sama Kak Haidar. "

"Aku juga sama, tapi kalau sama Mas Assegaf rasanya beda." Imbuh Dara dengan senyum manis.

"Kita salah sirkel persahabatan, Vel. Mereka berdua masih polos banget belum kenal pacaran." Bisik Angeline pelan.

~~~

Jangan lupa vote dan komen.
Salam hangat dari author gigi kelinci.🐰

20 Juli 2021.

Sweet householdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang