Part 12

4K 466 9
                                    

"Mbak Bella?" panggil seorang perempuan paruh baya yang duduk di depan meja kerja Bella.

Bella mendongak dan tersenyum manis menatap perempuan itu, lengkungan senyum yang terlihat sangat mempesona. Walaupun entah bagaimana perasaan di hatinya.

Pekerjaan Bella di tuntut untuk selalu tersenyum dan ramah pada Nasabah. Walaupun ada masalah pribadi di rumah, suasana hati yang kurang baik. Dia harus mengenyampingkan itu semua.

"Selamat sore, ada yang bisa di bantu?" jawab Bella ramah.

"Mau setor tunai, kalau di ATM saya takut malah gak masuk, Mbak." Bella menoleh dengan pandangan mengarah pada Dara.

Dara yang ada di sampingnya tersenyum tipis dan menghendikan pundaknya. Kepalanya menggeleng pelan sebagai tanda tak tahu.

"Iya Ibu. Boleh lihat buku tabungannya?" Ibu-ibu yang Bella perkiraan usia lima puluh Tahun tersebut segera mengeluarkan buku tabungannya.

Bella mengecek dengan teliti, ternyata orang yang sama dengan perempuan yang dia temui sebelum Bella pergi berlibur.

"Mbak Bella masa lupa sama saya? Yang sebelumnya setor tunai tiga puluh juta itu loh." Bella tersenyum manis dan mengangguk, tangannya terus mengetik di atas keyboard.

Dia sama sekali tak terlihat kesal dengan nada sombong perempuan di depannya, bahkan dia juga masih terlihat sangat ramah.

"Mbak, anak saya yang cowok waktu itu Mbak Bella suka gak? Dia Dokter loh." Gerakan tangan Bella yang tengah mengetik terhenti sejenak.

Kepala berdenyut karena bekerja seharian, mendapat Nasabah seperti ini. Sungguh nikmat kehidupan Bella, sungguh.

"Mohon maaf sebelumnya Ibu, saya di sini bekerja, Bu. Tolong jangan membahas masalah pribadi." Ujar Bella dengan sangat sopan, bahkan bibirnya masih menyunggingkan senyum manis.

"Gimana kalau nanti sepulang kamu kerja kita makan malam? Sekalian mendekatkan kalian berdua." Bella menghembuskan napasnya panjang.

"Mohon maaf, Ibu. Saya nanti ada acara makan malam dengan keluarga, mohon maaf, ya Bu."

"Begitu, ya? Kelihatannya kamu sangat menyayangi keluarga. Cocok untuk anak saya yang dingin banget." Bella tersedak air liurnya sendiri.

Dia tak habis pikir dengan ibu-ibu ini, apakah dia selalu mengambil uang di ATM dan di setor melalui teller? Bagaimana bisa dia sering menemui Bella dengan jumlah uang setoran yang sama. Dan itu setiap hari senin selalu seperti itu.

Awalnya dia mengira ibu itu murni ingin setor tunai, tapi di lihat dari sekarang. Sepertinya tidak.

"Ada yang bisa saya bantu, Bapak." Ujar Dara menatap lelaki tampan di depannya dengan sopan.

Bella masih fokus dengan layar komputernya, kebanyakan di ajak bicara ketikan nominal di layarnya tidak sesuai.

"Buka rekening." Bella menegang saat mendengar suara bariton yang sangat dia kenali.

Bella mendongak dan menatap Nasabah Dara. Wajah datar Haidar dengan bibir satu garis lurus. Tak ada tanda-tanda Haidar melirik Bella sedikitpun, Bella yang melihat itu hanya menggeleng pelan dsn terus menekan dirinya untuk terkontrol. Mencari pekerjaan di zaman seperti ini sangatlah susah. Jangan sampai dia di pecat karena berteriak melihat calon suaminya yang terlihat sangat tampan dengan balutan kemeja serta jas rapi.

"Boleh tunjukkan identitasnya, Bapak." Haidar mengangguk dan mengeluarkan KTP dari dalam dompetnya.

"Membuka tabungan untuk menikah, Pak?" tanya Dara di iringi senyum manis.

Sweet householdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang