Part 11

4.2K 473 9
                                    


Larian kecil dari kaki pendek dengan sepatu hils berwarna hitam membuat beberapa orang yang tak sengaja di tabraknya mengumpat kesal. Walaupun gadis tersebut sangat cantik jika dia bersalah, pasti juga akan di umpati orang lain.

Sebuah bangunan tinggi dengan tulisan BANK MRB membuat gadis cantik itu menghembuskan napasnya lega. Tak sia-sia dia berlari dari halte bus sampai tempat dia kerja.

"Kenapa lari, Bu? Belum terlambat kok." Ujar satpam yang ada di depan pintu.

Bella tersenyum tipis dan mengangguk, bangun kesiangan karena terlalu memikirkan ucapan Haidar kemarin ternyata tak berimbas baik pada dirinya. Bangun kesiangan, kemeja yang entah hilang kemana, bahkan sepatunya yang biasa dia pakai tertinggal di rumah orang tuanya.

"Dara udah dateng?" tanya Bella sembari mencuci tangannya di wastafel depan Bank.

Satpam muda yang terlihat sangat tampan untuk menjadi seorang satpam itu menggeleng pelan. Lelaki yang baru berusia dua puluh tiga Tahun dan sepantaran dengan Bella sudah bekerja di saja sejak lulus SMA.

"Bu Velyn dana Bu Angeline yang sudah datang, kalau Bu Dara saya belum melihatnya, Bu." Bella mengangguk dengan bibir bawah di gigit pelan, tangannya sibuk mengibas untuk mengerikan telapak tangannya yang basah.

"Pak Assegaf sudah datang?"

"Belum juga, Bu. Biasanya Bu Dara kan bareng sama Pak Assegaf." Jelas Roni sopan.

Beberapa orang yang ada di depan bank menatap Bella dari atas sampai bawah. Mereka seperti melihat artis terkenal saat menatap Bella.

Roni yang melihat itu tersenyum manis, Bella memang selalu memukau di manapun tempatnya. Bahkan saat Roni tak sengaja bertemu Bella di Alun-alun kota, Bella juga tampak sangat cantik walaupun hanya memakai daster pendek dengan rambut di cepol secara asal.

"Saya masuk dulu, 'ya. Tatapan orang-orang di sini gak ada yang biasa." Ujar Bella sebelum berlalu memasuki ruangan di tempatnya bekerja.

Saat sampai di meja kerjanya, Bella menata mejanya dengan pikiran yang sangat kalut. Sampai, tepukan pelan di pundaknya membuat Bella menoleh dengan wajah shock.

"Ya Allah, Damar. Kamu ngagetin aja." Kesal Bella, Damar lelaki yang bekerja sebagai petugas IT di Bank tersebut.

"Wajahmu kenapa? Kayaknya banyak pikiran, ada yang mengganjal?" tanya Damar sopan.

Bella duduk di kursi putarnya dengan kepala mengadah ke atas. Damar bukan tipe lelaki yang mudah membocorkan rahasia memang, tapi di tempat kerjanya tak ada yang tahu masalah kisah asmara Bella. Kecuali ketiga teman perempuannya.

"Mar, kalau kamu menikah. Dan istrimu tak bisa hamil, atau punya anak. Apa yang akan kamu lakukan sebagai kepala keluarga?"

Damar menarik kursi tempat Dara, dia mulai tertarik dengan pertanyaan Bella. Dan juga, kapan lagi bisa dekat dengan idola di Bank ini. Dulu Bella dan Dara adalah sosok yang sangat di idolakan, namun saat Dara bertunangan dengan Assegaf yang tak lain Manager mereka sendiri. Kini Bella lah yang menjadi satu-satunya idola pegawai lelaki.

"Aku akan menceraikannya, aku akan menikah lagi dengan perempuan yang bisa memberiku keturunan. Memangnya apalagi alasan sebuah pernikahan jika bukan ingin keturunan." Bella tampak terkejut mendengar jawaban Damar.

Bella menghembuskan napasnya panjang, ternyata apa yang di pikirkan Bella meleset 90% dia mengira jawaban Damar sama dengan Haidar.

"Kenapa, Bel?" tanya Damar saat melihat Bella merenung.

"Eh? Gak apa-apa, kamu balik ke belakang sana. Tempatmu bukan di sini." Bella mulai menyalakan komputernya, sepuluh menit lagi Bank akan segera di buka. Dan dia harus mempersiapkan dirinya untuk bertemu para Customer.

Sweet householdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang