Part 26

7.1K 521 60
                                    


Haidar tengah berdiri di pinggiran jalan raya untuk menunggu istrinya yang sedang membeli gorengan. Padahal Haidar sudah mewanti-wanti Bella agar tak membeli makanan yang berminyak dulu. Sekarang musim batuk dan panas dalam. Kalau sampai istrinya sakit pasti Haidar juga yang akan kelimpungan.

"Mas?" teriak Bella kencang. Haidar yang tengah bermain ponsel segera mencari sumber suara istrinya.

Mata Haidar membelalak saat melihat istrinya. Bella tengah di goda orang gila berjenis kelamin perempuan, orang gila tersebut terlihat begitu senang menggoda Bella.

Haidar berlari mendekati Bella, dia menarik tubuh istrinya dan merangkul pinggangnya. Sebenarnya Haidar lumayan takut juga, apalagi orang tersebut membawa batu. Walaupun tak terlalu besar. Tapi tetap saja kalau mengenai kepala bisa luka.

"Maaf, permisi." Ujar Haidar pelan, dia menarik Bella untuk meninggalkan tempat itu. Bella sudah memejamkan matanya, dia sangat takut.

"Suaminya ganteng, nikah sama aku yuk. Nanti jadi istri kedua." Bella membuka matanya saat mendengar kata-kata tersebut.

Dia memicingkan matanya tajam, mau setakut apapun kalau itu sudah menyangkut suaminya. Dia akan melawannya, enak saja mau merebut setelah perjuangan panjang.

"Sayang, ayo pulang." Bisik Haidar pelan. Bella hanya mengangguk dan mulai berjalan menuju mobil.

Saat sudah sampai di dalam mobil, Bella mengatur napasnya yang tak beraturan karena rasa takut dan sedikit emosi. Walaupun itu orang gila, tetap saja dia kesal. Mau merebut suami orang dengan seenaknya.

"Mukanya jangan gitu dong," kekeh Haidar pelan. Dia mengusap punggung tangan Bella dengan lembut.

Bella melirik suaminya kesal, "mau nikah sama dia? Punya dua istri?"

"Ngapain? Istriku yang ini aja udah sempurna banget. Ngapain cari lagi? Hanya orang gila yang meninggalkan berlian sepertimu untuk mencari batu kerikil." Tutur Haidar di iringi senyum manis.

Bella ikut tersenyum karena terlalu senang. Dia tak tahu kenapa suaminya yang sekarang dan dulu sangat jauh berbeda, padahal dulu Haidar begitu dingin walaupun masih tetap perhatian. Tapi, tetap saja dia masih dingin.

Namun, Haidar yang sekarang begitu lembut, penyayang dan selalu memberi kata gombalan. Walaupun terkadang gombalan yang begitu receh.

"Gak ada yang sempurna, Mas. Sempurna hanya milik Allah."

Haidar tersenyum miring dan mengangguk, dia mulai memutar setir mobilnya untuk pulang. Mereka sudah terlalu lama berada di luar. Dan Haidar takut kalau sampai Bella kelelahan karena dari tadi berdiri terus.

Satu jam berlalu, Bella dan Haidar sudah sampai rumah Ava. Yap, tujuan Haidar memang kerumah mertuanya. Mereka sudah lumayan lama tak main kerumah Melvi.

"Bella? Anak gadis Mama." Teriak Ava yang berdiri di ambang pintu.

Melvi, Marcel dan Haidar yang mendengar teriakan Ava mengernyitkan dahinya heran. Mereka menatap Ava dengan alis terangkat sebelah. Apakah dia lupa kalau Bella sudah menikah dan tengah hamil?

"Bella hamil, Va." Tegur Melvi pelan. Ava mengedipkan matanya beberapa kali sebelum tertawa terbahak-bahak.

"Aduh suka lupa," ujarnya.

"Assalamualaikum, Pa." Haidar mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Melvi.

"Gimana? Sehat?"

"Sehat, Pa."

~~~

"Gimana sama dia?" tanya Melvi mengawali obrolan. Haidar dan Melvi kini tengah duduk di bangku taman belakang berdua.

"Katanya mau buka bisnis baru, tapi entahlah, Pa. Aku juga gak tahu pasti." Sahut Haidar, dia menatap lurus kedepan dengan pemandangan kolam ikan di depannya.

Melvi menghembuskan napasnya pelan, dia menyandarkan punggungnya pada kepala kursi. Kalau masalah rumah tangga anaknya mungkin Melvi tak ikut turun tangan. Tapi kalau masalah orang lain yang akan mengacaukan rumah tangga anaknya, barulah Melvi ikut andil dalam masalah itu.

"Kebencian mu itu tak salah, Papa juga tahu kamu membenci dia karena kesalahannya sendiri. Tapi, kalau suatu saat ini ada apa-apanya dengan dia. Kamu ya membantu, walaupun kamu gak mau merawatnya. Bawa dia ke panti jompo, bayar bulanannya itu juga sudah termasuk sebuah kebaikan luar biasa, Dar."

"Jika mengingat kesalahannya dulu. Sudah tak dapat di maafkan menurut kamu. Tapi, manusia memang tempat salah dan dosa. Siapa tahu kebaikanmu saat ini menjadi penolong di akhirat nanti." Tutur Melvi pelan.

"Haidar juga mikir gitu, tapi rasanya masih sangat sulit berdamai dengan masa lalu, Pa."

"Ya begitulah, memang sulit untuk menerima sebuah takdir. Apalagi takdir itu yang membuat luka di hatimu. Tapi, bukankah kamu juga tahu selalu ada hal baik setelah hal buruk terjadi. Kamu sudah terlalu lama berada di takdir buruk, semoga saat ini dan seterusnya takdir baik yang berpihak padamu." Melvi menepuk pundak Haidar pelan.

"Aku harap juga begitu ... "

"Mas! Bantuin sini!" teriak Bella dari balkon kamarnya dulu. Haidar dan Melvi mendongak bersamaan saat mendengar teriakan Bella.

Haidar pamitan pada Melvi untuk menghampiri Bella yang terus berteriak. Melvi tersenyum miring melihat anaknya yang masih bisa di hitung sebagai pengantin baru tersebut.

"Ingat jaman dulu sama Mama ya, Pa?" tanya Marcel menggoda. Melvi melirik anak pertamanya dengan sinis.

Di sisi lain, Haidar sudah membuka pintu kamar istrinya dengan kasar. Dia takut terjadi hal-hal yang tak di inginkan.

"Kenapa, Bel?" tanya Haidar dengan napas tak beraturan karena berlari menaiki tangga tadi.

"Anakmu kangen," ujar Bella sembari mengulurkan kedua tangannya.

Haidar menghembuskan napasnya panjang sebelum memeluk tubuh mungil istrinya. Bella tersenyum di pelukan suaminya, enak juga ternyata hamil. Anak bisa di pakai alasan untuk bermanja-manja dengan sang suami. Walaupun itu salah sebenarnya.

"Yang kangen anaknya atau Mamanya?" bisik Haidar pelan, tangannya mengusap punggung Bella dengan lembut.

"Anaknya, kan aku dari tadi sama Mas. Jadi udah gak kangen."

Haidar melepaskan pelukannya, dia berjongkok di depan perut istrinya dan mengusapnya dengan lembut.

"Kamu kangen, Nak? Papa tengok, ya?" gumam Haidar pelan. Bella yang awalnya tersenyum manis dengan telapak tangan ikut mengusap perutnya kini sudah menatap suaminya horor.

"Mas? Ini masih siang?"

Haidar mendongak dan tersenyum manis, "cara paling mudah melepas rindu itu bertemu. Dan aku akan mengunjungi anakku."

"Mas!" teriak Bella kencang saat Haidar mengangkat tubuhnya.

~~~

Jangan lupa vote dan komen.
Salam hangat dari author gigi kelinci.

17 Februari 2022.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sweet householdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang