Part 16 ++

6.8K 469 20
                                    

Tepukan pelan di pundak perempuan yang masih bergulung dengan selimutnya membuat sang pemilik tubuh terkejut. Dia menoleh dan menemukan suaminya yang sudah berdiri dengan balutan handuk.

"Kenapa?" tanya Bella dengan suara serak.

Haidar menghembuskan napasnya pelan, tangannya mengusap bahu polos istrinya dengan lembut. Bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.

"Jam setengah lima. Ayo salat dulu, nanti lanjut tidur." Bella menatap jam yang menempel di dindingnya.

Lalu dia mengangguk pelan, Bella mulai bangkit dari tidurnya. Rambutnya yang acak-acakan, keringat membasahi tubuhnya, serta tubuh yang terasa sangat remuk dan sakit di inti tubuhnya.

"Aku wudhu dulu, Mas."

Haidar menaikan sebelah alisnya dan tersenyum miring. Dia sudah berdiri di samping ranjang Bella dengan tangan bersidekap di depan dada.

"Kamu gak mandi besar? Kamu sudah gak perawan, Bel."

Bella menegang dengan pipi mulai memerah, bibirnya melongo di susul lirikan mata mengarah kearah tubuhnya. Benar, di tubuhnya banyak tanda merah. Tubuhnya juga pegal-pegal.

"Bahasanya gitu banget sih, Mas. Bilang aja kalau perlu mandi besar." Ujar Bella dengan kesal, Haidar hanya terkekeh pelan dan menggeleng.

Dia rasa tak ada yang salah dengan kata-katanya. Semua yang dia ucapkan juga sesuai dengan fakta lapangan.

Bella mulai menuruni ranjangnya, selimut berwarna pink yang membungkus tubuhnya membuat Haidar tersenyum miring. Untuk apa juga di tutupi. Padahal dia sudah tahu semuanya.

"Bel, perlu bantuan baca do'a? Siapa tahu kamu belum bisa." Goda Haidar. Namun, mimik wajah Haidar yang sangat serius membuat Bella berdecih.

"Mas mending cepet pakai baju deh. Godain istri mulu." Ujar Bella sebelum masuk kedalam kamar mandi.

Sepuluh menit berlalu, Bella sudah keluar dengan kaos pendek serta celana pendek. Rambutnya yang basah membuat Haidar tersenyum miring, apalagi saat melihat tanda kepemilikannya di leher Bella. Bella tak perduli dengan tatapan mata suaminya. Dia sudah mulai terbiasa dengan sifat baru milik Haidar.

Haidar mulai berdiri dari duduknya, dia sudah mengenakan kemeja panjang, sarung dan peci. Dia siap mengimami salat Bella untuk pertama kalinya. Perasaan bahagia, terharu dan bersyukur hinggap di hati kedua anak manusia tersebut.

"Mas?" panggil Bella pelan saat mereka sudah selesai menunaikan kewajiban sebagai umat muslim.

Haidar membalikan tubuhnya dan tersenyum manis tatkala melihat istrinya mengulurkan tangan untuk bersalaman sebagai tanda hormat istri pada suaminya. Senyum manis yang tak dapat Haidar sembunyikan membuat Bella ikut tersenyum.

"Jadi istri solehah, ya sayang." Bisik Haidar sebelum mencium kening istrinya.

"Aamiin, Mas."

"Mau lanjut tidur lagi?" tanya Haidar sembari merebahkan tubuhnya di atas sajadah.

Kepalanya berada di pangkuan Bella, dengan senyum lembut Bella mulai mengusap pipi suaminya. Usapan sangat pelan dan lembut yang membuat Haidar memejamkan kembali matanya.

"Masih sakit, Bel?" tanya Haidar saat Bella masih mengusap rambut tebalnya. 

Gerakan tangan Bella terhenti saat mendengar pertanyaan Haidar. Pipinya memerah tanpa diminta. Baru kali ini dia merasakannya lagi. Merasakan getaran hati yang sama dengan dulu saat SMA.

"Masih, ngilu." Jawab Bella pelan. Bahkan sangat pelan.

Haidar tersenyum manis, mata terbuka dan menatap Bella dengan lembut. Sorot mata yang terlihat begitu mendambakan istrinya.

"Mas, kok gak ada bercak darah, ya?" tanya Bella pelan, dia menutup mata suaminya saat selesai bertanya.

Dia masih malu jika membahas hal seperti itu dengan suaminya. Apalagi mereka pengantin baru. Bahkan sangat baru.

"Mas pernah baca. Pertama kali tak harus mengeluarkan darah, tergantung saat itu cukup terangsang atau tidak. Kalau gak cukup dan merasa takut kemungkinan besar akan keluar darah. Terus, ada juga yang punya selaput darah saat robek tak mengeluarkan darah. Ada juga yang tak punya selaput darah."

Bella Mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Tangannya masih setia mengusap pipi Haidar. Dia berpikir setiap kali melakukan hubungan badan pasti akan keluar darah.

Dia sempat takut tadi malam. Namun, untungnya Bella memiliki suami yang berpengetahuan luas. Tak berpatok pada satu hal yang belum pasti.

"Apa yang kamu pikirkan, sayang?" tanya Haidar menatap Bella dari bawah.

Bella yang terkejut segera menunduk dan menatap suaminya. Dia tersenyum manis di susul gelengan pelan.

"Kamu memikirkan yang semalam?" tanya Haidar lagi.

"Enggak, Mas. Apaan sih." Kesal Bella. Haidar terkekeh pelan.

Selanjutnya lelaki jangkung dengan sarung kotak-kotak tersebut bangkit dari tidurannya. Dia segera melepas mukena istrinya, Bella yang tak mengerti ikut saja.

Posisi Bella masih duduk bersila, di buat bangun masih lumayan nyeri di inti tubuhnya. Dan Haidar tahu akan hal itu.

"Ayo, Mas mau menyelesaikan apa yang sudah Mas tahan sangat lama, sayang." Bisik Haidar, Bella melotot dengan bibir melongo. Dia tahu kemana arah bisikan Haidar.


"Mas!" teriak Bella kesal saat Haidar membaringkan tubuhnya di atas ranjang dengan kasar.

Haidar tersenyum miring, dia segera menindih tubuh mungil istrinya. Tangannya mengusap pelipis Bella dengan sangat lembut.

"Kamu akan menemukan sisi lain seorang Haidar saat di atas ranjang, sayang." Bisiknya dengan embusan napas sangat berat.

Bella sudah menutup kedua matanya dengan rapat. Oh ayolah, apakah yang tadi malam belum di hitung sisi lain yang liar?

"Mas," gumam Bella pelan.

"Hem?" sahut Haidar tanpa menghentikan usapan di pipi Bella.

"Yang tadi malam belum di hitung sisi lain?"

Haidar tersenyum miring, kepalanya semakin mendekat ke arah celeruk leher Bella.

"Belum, itu di hitung sangat lembut."

"Kalau aku nanti gak bisa jalan gimana?" tanya Bella dengan bibir bawah di gigit pelan. Haidar yang tengah fokus dengan kecupan lembut di leher Bella semakin tersenyum miring.

"Suamimu cukup kuat untuk menggendong kamu, Arbella Atania Januarta. Walaupun keliling kota, sayang."

"Pejamkan matamu." bisiknya, tangannya mengusap bahu Bella untuk membuat istrinya semakin nyaman dan tak berpikiran macam-macam.

"Mas!" teriak Bella kencang, sedangkan Haidar tersenyum miring.

"Enjoy dengan kegiatan yang akan menemanimu setiap malam, Sayang."

~~~

Warning : Adegan di atas dilakukan oleh pasangan yang sudah halal secara hukum dan agama. Untuk adegan selanjutnya bayangkan sendiri.
Jangan lupa vote dan komen.😘 Tembus 45 yok.
Salam hangat dari author gigi kelinci.🐰

31 Agustus 2021.

Sweet householdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang