Part 14

4.3K 452 31
                                    

Kebaya pengantin berwarna putih terlihat sangat cantik membalut tubuh gadis mungil yang tengah berdiri di depan cermin kaca. Tubuhnya dia putar ke kanan dan kiri guna melihat secara detail bagaimana penampilannya.

Cantik, bahkan sangat cantik. Rambut panjang yang di sanggul Secara rapi membuat Bella terlihat sangat cantik. Hiasan bunga melati yang berada di atas kepala dan di pundaknya juga nampak begitu indah.

"Cantik banget," puji Dara yang baru masuk kamar rumah Ava.

Bella menoleh dan tersenyum manis, riasan tipis, senyum manis dan wajah kecil yang terlihat sangat imut membuat Dara seketika terpesona dengan Bella.

"Kamu juga akan terlihat sangat cantik saat menikah nanti." Tukas Bella, tangannya menarik uluran tangan Dara.

Dua sahabat yang sudah kenal dari awal kuliah tersebut kini tengah berpelukan dengan lembut. Dara tak mau merusak riasan Bella yang terlihat sangat indah dan mempesona.

"Semoga, 'ya." Bisik Dara. Bella tersenyum lembut, telapak tangannya menepuk punggung Dara pelan.

Dia tahu bagaimana perasaan sahabatnya, dia juga tak bermaksud menyakiti hati sahabat baiknya.

"Dara, nanti setelah aku akad nikah. Kamu jangan lupa ambil melati ini satu, 'ya. Kalau dapet lebih banyak juga gak apa-apa. Gitu pesan Mama Ava." Dara terkekeh pelan dan mengangguk.

Memang Ava tadi berkata seperti itu juga saat di bawah, Dara tak terlalu memikirkan ucapan Ava. Tapi, setelah melihat raut wajah serius Bella. Dia juga ingin mencoba peruntungannya.

"Doakan saja aku cepat menyusul dan masalah ku cepat selesai, Bel."

"Pasti, Ra. Saat aku bahagia, kamu juga harus bahagia."

Tok ... Tok ... Tok ...

Ketukan pintu di kamar Bella membuat dua gadis yang tengah berpelukan tersebut melepaskan acara mellownya. Dara bergegas berjalan ke arah pintu, saat membuka pintu. Dia melihat Ava berdiri di depan pintu dengan wajah terlihat sangat cantik, usia tak merenggut kecantikan tersebut.

"Salim sama Kak Dara, Nak." Ujar Ava kepada lelaki tampan yang berada di sampingnya.

Bocah lelaki berusia enam Tahun tersebut mengulurkan tangannya ke arah Dara. Melihat uluran tangan mungil nan lucu tersebut, Dara segera menerima uluran tangan itu.

"Assalamualaikum, Kak Dara. Namaku Devnath." Dara tersenyum lebar dan jongkok di depan adik Bella.

Wajah tampan yang sangat khas dari wajah Melvi tersebut membuat Dara sedikit terpesona. Melvi dan Ava memiliki anak Devnath di usia paruh baya, namun ketampanan Melvi tak luntur walaupun sudah berusia.

"Waalaikumsalam, Devnath. Ganteng banget gak mau kalah saing sama Kak Haidar, 'ya?" goda Dara.

Devnath hanya mengangguk pelan dengan wajah tetap tenang. Memang, sifat pendiam Melvi menurun pada ketiga anaknya. Kecuali Marcel.

"Nanti kalau turun tangan Kakaknya di gandeng ya, Dev. Lihat rok Kak Bella panjang, kasihan kalau jalan sendiri." Ujar Ava sembari berjalan ke arah Bella.

"Kenapa aku gak megang bajunya Kakak?" tanya Devnath sembari membuntuti sang ibu.

Ava berpikir sebentar, jika Devnath memegangi baju Bella kemungkinan jatuh sangat besar.

"Dev, pegangan tangan Kakak, 'ya. Nanti kalau udah jadi istrinya Kak Haidar Kakak megangnya tangan Kak Haidar." Devnath menatap wajah cantik kakaknya dan berkedip beberapa kali.

Bella tersenyum manis untuk membuat Devnath ikut tersenyum. Sangat menenangkan memang, terbukti Devnath kini sudah ikut tersenyum.

"Yuk, Haidar sudah datang. Jangan sampai calon suami kamu menunggu terlalu lama, Bel. Penghulunya juga sudah datang." Ujar Nufa di ambang pintu.

Bella mengangguk, sebelum beranjak dia mencekal tangan Ava yang tengah menata kembali baju Bella.

Ava menatap anaknya dan menaikan sebelah alisnya, "kenapa, Bel?"

"Do'akan pernikahan Bella berjalan lancar, Ma." Ava menitihkan air matanya.

"Pasti, Nak. Semoga kehidupanmu jauh lebih baik saat sudah berumah tangga, semoga kesabaran, kebaikan dan kerendahan hatimu menjadi bahan untuk kehidupanmu yang sangat indah." Bisik Ava lembut, Bella mengangguk pelan dan tersenyum lembut.

Kenapa terasa sangat berat untuk berjalan keluar kamar. Saat dia sudah duduk di depan penghulu, akad nikah sudah berlangsung. Saat itulah kehidupan Bella akan berubah. Tanggung jawab yang semula di tanggung Melvi kini akan menjadi tanggung jawab Haidar, suaminya.

Kehidupan yang terus berjalan, kisah pahit yang berganti menjadi awal kebahagiaan membuat Bella banyak bersyukur.

"Ayo, Kak." Devnath mengulurkan tangan mungilnya ke arah Bella.

Bella menerima uluran tangan tersebut dan mulai berjalan pelan keluar kamar, Ava berjalan di samping kanan Bella. Di belakangnya ada Dara dan Nufaira yang tengah membantu Bella membawa ekor kebayanya yang panjang.

"Kak Bella, kata Kak Reno Kakak harus menarik napas dari hidung, di keluarkan lewat mulut. Biar gak terlalu tegang, terus kata Kak Marcel Kakak harus santuy. Kak Marcel udah dua kali aja bisa." Bella yang tengah menuruni anak tangga melotot mendengar ucapan Devantah.

"Dev, Mama sudah bilang. Jangan dengarkan apapun yang di katakan Kak Marcel. Kakak kamu itu lumayan sesat kata-katanya." Tegur Ava pelan, jangan sampai suara lantang keluar dari bibirnya.

Bisa-bisa tamu undangannya mendengar teriakan Ava yang di sebabkan ucapan anak lelakinya.

"Devnath, kalau Kak Marcel lagi ngomong. Tutup aja telinganya." Tegur Bella pelan. Devnath hanya mengangguk dengan polos.

Sampai di anak tangga paling bawah, semua mata tertuju pada Bella. Wajah cantik yang terlihat sangat gugup membuat Haidar tersenyum tipis. Dia juga lumayan gugup.

Ava melepaskan genggaman tangan Bella, sekarang hanya Devnath yang menuntun Bella. Haidar yang melihat itu segera berdiri dari duduknya. Dia mendekat lalu mengulurkan tangannya di hadapan calon istrinya.

"Kak Haidar, Devnath titip Kak Bella, 'ya. Jangan di sakiti, jangan di buat nangis. Kakak ku ini cengeng banget, Kak Bella juga sering nangis diem-diem di kamar. Kakak gak mau orang lain tahu kalau dia lemah, semua orang harus tahu kalau Kakak kuat. Tapi sebenarnya hati Kak Bella lembut dan rapuh banget. Kak Haidar jagain bidadarinya Devnath, 'ya." Ujar Devnath lancar tanpa catatan.

Dia seperti sudah dewasa, bahkan dia mampu berucap tanpa grogi padahal anak kecil tersebut sudah berada di tengah banyak orang.

Haidar jongkok di depan Devnath dan tersenyum manis, wajah tampan adik kecil Bella membuat Haidar lumayan kagum.

"Devnath Ryanda Januarta, boleh Kak Haidar membawa bidadari hidupmu? Kakak janji akan membahagiakan Kak Bella. Selama Kakak hidup, Kak Haidar akan mengusahakan segalanya untuk kebahagiaan Kak Bella." Ujar Haidar tulus dari hati. Devnath mengangguk dan melepaskan genggaman tangan kakak perempuannya.

Semua orang terpana melihat bagaimana cara Devnath berbicara. Didikan Ava dan Melvi memang sangat bagus, kesopanan masih di junjung tinggi di keluarga besar tersebut.

Haidar menuntun Bella ke arah penghulu yang duduk menunggu pengantin muda tersebut. Bella menarik napasnya dalam.

"Sudah siap, keponakan Om?" tanya penghulu dengan kekehan kecil.

"Om, bisakah berlaku layaknya penghulu kepada calon pengantinnya?" balas Bella pelan.

"Maaf, ayo kita mulai. Ini di wakilkan atau Pak Melvi sendiri yang menikahkan putri kecilnya?" tanya penghulu menatap saudara sepupunya.

"Saya sendiri," jawab Melvi dingin.

"Semangat, Papa. Jangan tegang, Bel. Nanti malam aja baru tegang." Teriak Marcel dengan tangan menggandeng Ardian.

~~~

Jangan lupa vote dan komen,😘
Salam hangat dari author gigi kelinci.🐰

09 Agustus 2021.

Sweet householdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang