DUA PULUH SATU

22.3K 1.6K 108
                                    

Sesuai permintaan, DOUBLE UP sayang. Semoga tidak mengecewakan.

*

*

*

*

*

Aku sedang menata sprei kamar kami yang berantakan. Aku sudah selesai memasak dan makanan sudah disajikan di meja makan. Tinggal menunggu yang dimasakin siap. Mas Garin masih mandi sekarang. Aku melipat dan mengembalikan selimut ke tempat semulanya. Seperti biasanya. Mas Garin dan kelakuan buruknya. Aku punguti pakaiannya yang lupa ia masukkan ke dalam keranjang. Setelahnya baru aku pilihkan kemeja dan jas untuk ia pakai hari ini.

Cklek

Suara pintu kamar mandi terbuka bersamaan dengan Mas Garin yang keluar dari kamar mandi memakai handuk di tubuh bagian bawahnya. Ia bertelanjang dada dengan rambut yang basah.

"Ini mas bajunya" aku tunjukkan padanya satu setelan pakaian untuk ia pakai kerja yang sudah ku gantung du sebelah cermin.

"Hm" dia berdehem sambil menggeleng-geleng bermaksud mengurangi air di rambutnya. Perpaduan yang pas di pagi hari.

Aku berlalu ke arah balkon mengambil cangkir sisa kopi yang Mas Garin minum semalam. Memberikannya ruang untuk mamakai pakaiannya.

"Mas, handuk" protesku saat melihat handuk Mas Garin tergelatak asal di atas ranjang kami.

"Iya, ambilin Na" katanya, malah menyuruhku. Dia habis menggosok rambut basahnya dengan handuk itu.

"Ck, padahal sprei-nya baru aku rapiin, itu nanti basah Mas kalau handuknya disitu" gerutuku padanya, namun tetap aku ambil handuk itu dan aku masukkan ke dalam keranjang.

"Mas bisa nggak, sih, jangan naruh handuk basah sembarangan" kataku berjalan ke arahnya.

"Bisa, iya, nanti" katanya tak menghiraukan diriku yang sudah cemberut.

"Iya bisa, tapi kamu nggak mau" aku masih saja ingin mendebatnya.

"Kalau nggak mau ambil, ya biarin" katanya sambil mengancingkan kemeja.

"Nggak gitu, Mas, aku udah bilang berkali-kali, kebiasaan bisa diubah selagi kamunya mau" petuahku padanya. Kebiasaan Mas Garin yang seperti ini yang selalu menjadi bahan perdebatanku padanya. Aku bosan, mungkin dia juga bosan selalu kudebat permasalahan ini tiap pagi. Salah sendiri dia juga kayaknya nggak pernah  denger apa perkataanku.

"Hm."

"Pelan-pelan Mas" kataku mendekat ke arahnya untuk membawakan dasi yang mau ia pakai.

Aku makin mendekat, malah berjinjit dan tam sengaja menarik tubuh Mas Garin untuk sedikit menunduk.

"Kamu pakai shampoo aku ya" interogasiku padanya, benar. Dari aromanya saja aku sudah kenal kalau itu shampoo milikku.

"Iya, sedikit"

Aku mengerucutkan bibirku "Ih, Mas kan tinggal dikit punya aku, kamu juga punya shampoo sendiri" protesku padanya. Karena stock di supermarket sudah habis jadi aku belum ada stock lagi. Dan shampoo itu sudah tinggal sedikit di kamar mandi. Bisa-bisanya si bapak pakai shampoo-ku. Bilangnya sedikit lagi, nggak mungkin.

"Shampoo saya habis, nanti kamu bisa beli lagi" katanya enteng.

Aku menggeleng pasti "nggak mungkin, kan waktu belanja bulanan aku beliin" aku ingat kok kalau aku beli shampoo miliknya, dua botol lagi. Masa bisa habis.

My Troublesome HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang