TIGA PULUH DELAPAN

17.6K 2.2K 385
                                    

Aku mencium tangan Mas Garin. Selepasnya, aku melepaskan tangannya yang bergantian mengelus lengan atasku dengan lembut.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Bilang ke Ken, suruh pulang cepet, saya nggak ketemu dia" kata Mas Garin.

"Iya, nanti aku bilangin, tadi katanya Bi Nar dia buru-buru berangkat, waktu aku siapin kamu baju, udah dibawain bekal juga" kataku, lebih seperti laporan untuk pada Bapak Komandan Garin.

Ken memang lebih dulu berangkat, sampai Mas Garin saja belum sempat bertemu dengan dirinya pagi ini. Bapaknya terakhir bertemu dua hari yang lalu.

"Jangan lupa nanti mampir ke cafe" ingatnya padaku.

Aku mengangguk "iya nanti aku ke cafe dulu sebelum ke Mbak Saras". Mendengar jawabanku Mas Garin mengangguk sekilas, bersamaan dengan diriku yang memberikan tas kerja miliknya, padanya.

"Kamu beneran nggak bareng?" tanyanya sekali lagi, aku menggeleng sebagai jawaban "ya udah saya berangkat" pamitnya setelah mengambil alih tas kerjanya dari tanganku.

Aku menahan tangannya, dia menoleh dengan wajah tanya padaku.

"Nggak mau cium dulu?" ucapku pelan.

"Apanya?" tanyanya.

"Akunya Mas" jawabku terang-terangan.

"Harus ya?" tanyanya lagi.

"Menurut kamu?" aku balik tanya padanya.

"Em" dia berpikir.

Aku berdecak "mau nyium istri sendiri aja pakek mikir, tinggal dicium aja repot" gerutuku.

"Apanya yang saya cium?"

"Terserah kamu lah, pipi kek, kening, hidung, bibir" cerocosku pagi-pagi padanya, harus apa, aku jelasin ke dia apa yang harus dicium. Atau sekalian aku jelasin caranya nyium. Bukanya dia ya yang lebih pengalaman.

"Masih pagi ah" alasannya. Biasanya main nyosor gak tau waktu aja pakek banyak alasan.

"Justru karena masih pagi, biar tambah semangat" iya, kan? Bojoku semangatku, "buruan, mumpung gak ada orang" aku menggodanya sekaligus mengejeknya juga memberinya dorongan sambil bertingkah celingak-celinguk.

"Ck, banyak maunya kamu."

Aku mencebikkan bibirku. Melepaskan tangannya yang tadi aku tahan. Diucapin terang-terangan juga sama aja.

"Ya udah sana berangkat" aku menyuruhnya berangkat.

"Hm" ia berdehem aja, kan.

Tanganya yang tadi aku lepas, bergerak ke arah kepalaku dan turun ke tengkuk. Menarik tengkuk agar diriku lebih dekat denganya. Kepalanya menunduk padaku, tepat di keningku. Dan bisa aku rasakan bibir kenyal dan lembab miliknya. Sedikit lama disana.

Aku refleks memejamkan mataku. Ia mencium keningku cukup lama dan melepasnya.

Ah, sialan si Masnya.

Ini kalau aku blushing siapa yang mau tanggung jawab.

Saat aku membuka Mata, aku lihat Mas Garin lebih menurunkan lagi kepalanya. Menjauhkan wajahnya dan mulai mendekat. Ia sampai sedikit memiringkan wajahnya. Sedikit.

Cup

Sebuah kecupan kecil di piki kananku. Sedikit kecewa karena hanya kecupan. Tapi, rasanya ribuan kupu-kupu mulai terbang di perutku. Mengisi dan saling berdesakan.

My Troublesome HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang