TUJUH PULUH SEMBILAN

5.8K 720 77
                                    


Aku tengah memasak makanan di dapur. Hari sudah sore dimana waktunya Ken juga Mas Garin pulang. Hari ini sengaja memasak lebih awal dikarenakan kami akan ke rumah Mbak Kirani bersama Mama dan Papa, menengok anaknya yang baru saja dilahirkan ke dunia.

"Assalamualaikum" salam Ken agak berteriak saat baru masuk ke dalam rumah dan langsung kujawab. Dia baru saja pulang. Ia meletakkan kembali sepatu olahraganya di tempat biasa. Berjalan memasuki rumah, menuju meja makan. Ia letakkan tasnya di salah satu kursi, beralih menuju dapur, mengambil sebuah gelas kosong yang ia isi dengan jus jeruk dari dalam lemari es.

"Ada apa hari ini?" tanyaku penasaran karena wajahnya cukup terlihat lelah.

Ken yang tengah meminum jusnya menoleh padaku saat kuberi pertanyaan, ia meneguk jus jeruknya sampai habis "nggak ada yang spesial, kayak biasa aja Ma, latihan, terus ngobrol sama anak-anak, main bentar, banyak kegiatan" jawabnya sambil meletakkan gelas di meja makan yang sudah berisi beberapa makanan.

Aku mencuci tanganku di air mengalir, melepaskan apron yang kupakai untuk ikut duduk bersama Ken di meja makan. "Mau makan sekarang, nak?" tanyaku berjalan ke arahnya.

"Mama masak apa? Tanyanya sambil memperhatikan makanan yang sudah tersaji di meja makan.

Aku membuka beberapa makanan yang tertutup "ada ikan kukus, sawi siram bawang putih, tempe goreng sama udang crispy masih di goreng Bi Nar" kami sama-sama melihat ke arah dapur dimana Bi Nar sedang menggorengnya.

"Boleh deh" ia mengikuti tawaranku.

"Cuci tangan dulu, Mama ambilin piringnya" suruhku.

Ken berdiri, mengikuti perkataanku untuk mencuci tangannya terlebih dahulu. Sedangkan aku mengambilkan piring untuknya yang memang belum tersaji di meja makan. "Mau udang berapa sayang?"

"Berapa aja, yang ada aja."

"Segini kurang, nggak?" aku tanyakan porsi nasinya sekalian kuambil dari rice cooker. Apakah kurang atau terlalu banyak untuknya. Dia mangangguk, nanti dia bisa ambil sendiri kalau kurang. Aku bawakan piring sekalian udang crispy yang baru diangkat dari minyak dan sudah ditiriskan.

"Capek banget hari ini?" penasaran, karena sudah cukup lama aku tidak berbincang berdua dengan Ken. Sudah lama tidak menanyakan apa saja yang ia lakukan selama satu hari ini. Terlalu sibuk dengan urusanku sendiri sampai lupa untuk memperhatikan dirinya.

"Gitu, lah Ma" jawabnya singkat. Menyuapkan satu suapan sendok penuh dengan lauk dan nasi.

"Oke, yang penting jangan capek-capek, dijaga kesehatannya nanti sakit siapa yang repot" candaku.

"Kayak aku aja yang sakit, Mama tuh dijaga kesehatannya" balasnya padaku.

"Ish, nggak usah bercandain Mama kayak Papamu ya" gerutuku, tidak suka dia ikut-ikutan mengejekku seperti Mas Garin. Mas Garin saja sudah membuat kesal, ini anaknya ikut-ikut. Tapi, aku menghargai kekhawatirannya padaku. Perhatiannya padaku. "Makan deh, Mama ke dapur dulu mau lanjut" aku berlalu ke dapur, meninggalkan Ken menikmati makan siangnya yang terlambat.

Aku kembali lagi ke meja makan, membawa udang yang sudah selesai di goreng semuanya oleh Bi Nar. Ikut duduk lagi di meja makan dengan Ken. Kami berdua menoleh ke arah pintu utama rumah saat terdemgar suaranya terbuka. Muncul sosok Mas Garin yang baru saja pulang dari bekerja.

"Assalamualaikum" salamnya menghampiri kami yang ada di ruang makan.

"Waalaikumsalam" jawabku sambil mencium tangannya, ia benar-benar menghampiri kami. "Mau makan dulu?" tawarku pada Mas Garin yang berdiri di belakang kursi yang aku duduki. Memegang kedua bahuku dengan tangannya sambil memperhatikan makanan yang ada di meja makan.

My Troublesome HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang