29. I Hate ㅡ!

1.2K 271 125
                                    

Perihal perasaan yang tersampaikan dengan cara yang salah, aku ingin memulai semuanya sekarang.


---- Menos ----

---- Menos ----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cr. pinterest

   

( Ah iya, takut kalian lupa, di chapter-chapter sebelumnya, Jiyeon sama Jisung pernah bikin perjanjian waktu mau pekan ujian. Kalau Jiyeon masuk peringkat 50 besar, ia bisa minta apa aja ke Jisung. Begitu juga sebaliknya. Okayy Happy Reading ^^ )




Lagi, Gadis bermarga Hong itu mengulangi rutinitas yang sama. Sudah dua hari semenjak kejadian di rumah Jisung, pemuda itu masih enggan menampakan batang hidung.

Sesuai peraturan sekolah, kalau besok ia masih absen, walinya akan dipanggil.

Jiyeon jadi semakin khawatir. Ingin sekali ia mengirim pesan pada Pemuda Han itu. Namun, dalam beberapa kesempatan, dirinya mendapati luka yang sama tiap mengingat nama Han Jisung.

Hembusan napas berat itu terdengar. Terbawa angin sore yang lembut melambai. Jiyeon kini tengah menunggu Yeji di halte bis dekat sekolah. Gadis Hwang itu terpaksa kembali ke kelas untuk mengambil dompet yang tertinggal.


Ia mengamati besi biru memanjang yang kini diduduki. Sungguh. Ia merindukan Jisung. Kala mereka selalu berbagi waktu menunggu bis yang sama untuk pulang, adalah yang paling Jiyeon rindukan.

 
Bukan. Segala periode hidup yang ia jalani bersama Han Jisung, adalah yang paling ia rindukan.

Dua netra hazel itu menangkap sebuah motor besar yang tengah melaju kearahnya. Siapapun tahu, itu pasti Hwang Hyunjin. Rasanya, Jiyeon mau kabur saja.

Terlambat. Si Hwang itu telah memarkir rapi motornya dihadapan Jiyeon, membuka helm hitamnya sambil beberapa kali mengibas surai panjangnya.

"Naik.", sebuah perintah yang semakin membuat Jiyeon jengkel.

"Minggir. Lo bakal ngehalangin bis nya.", jawab Jiyeon dengan nada mengintimidasi.

Bibir tebal itu berdecih, "Segitu bencinya sama gua?"

 
"Masih nanya?", Jiyeon bangkit berdiri, hendak meninggalkan halte. Lebih baik ia menunggu ditempat lain.

Lengan panjang kekar itu menahan pergelangannya, menariknya lebih dekat, "Gua suka lo. Segitu sulitnya nerima perasaan gua?"

Entah sudah kali keberapa Jiyeon mendengar pengakuan Hyunjin. Ia lelah sendiri menjadi bahan obsesinya Hwang Hyunjin.

 
"Makasih. Sekarang hak gua untuk menolak berperan. Lu gak bisa maksain gue."

MENOS [ HAN JISUNG ] [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang