33. His Pain

1K 224 118
                                    

Rumput liar yang terlihat kecil itu, juga memiliki serabut akar yang terlihat rumit.

---- Menos ----

---- Menos ----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cr. pinterest
 

Suasana rumah sakit terlihat sangat tenang. Pagi hari yang cerah, dan kicauan burung yang bernyanyi merdu, mendukung kegiatan warga rumah sakit. Beberapa pasien terlihat melakukan aktivitas paginya, ada yang sedang mencari udara di taman rumah sakit, ataupun melatih diri untuk terapi.
  
 
Jiyeon melangkahkan kakinya tenang, dengan senyuman, yang tak luntur dari wajahnya. Beberapa kali ia melempar sapa, pada beberapa suster yang lewat, atau pasien-pasien yang sedang menunggu antrian. 
 
  
Beberapa hari setelah kejadian yang hampir merenggut nyawanya dan Jisung, semua berjalan baik-baik saja. Tenang, dan perasaannya lebih lega.
 

Semenjak dilarikan ke rumah sakit, baik Jiyeon dan Jisung, belum bertemu lagi secara langsung. Lengan Jiyeon yang terkilir, waktu di tarik keatas gedung, masih di-gips sampai sekarang. 
 
 
Sementara Jisung, yang mengalami luka serius, langsung tak sadarkan diri dalam perjalanan. Dan semenjak saat itu, mereka belum bertemu lagi Jiyeon perlu mencerna semuanya, ia juga yakin Jisung butuh waktu untuk itu. Dan hari ini, ia memutuskan untuk mengunjungi pemuda tersebut. Ia yakin, saat ini sudah tepat.

 
Tungkainya menyusuri koridor rumah sakit. Suasana menjadi agak sepi, sebab ia kini melewati pintu area fisioterapi.

Ia menatap ruangan di kanan kirinya. Melalui kaca mengitari tembok masing-masing ruangan, Jiyeon dapat melihat pasien-pasien yang sedang melatih keterbatasannya. Baik, yang berlatih berjalan, berlatih berdiri, ataupun berlatih menggunakan bahasa isyarat.
 
 
Jiyeon berhenti pada sebuah ruangan. Enggan memasuki ruang fisioterapi tersebut, dan memilih memandangnya dari luar. Di sanalah Jisung, dan seorang dokter, serta perawat yang tengah melatihnya berbicara dengan lancar.

 
Mendadak, Jiyeon terhanyut dalam pemikirannya lagi. Jisung tidak bisu, ia bisa berbicara. Salah satu hal yang membuatnya benar-benar terkejut.

Ia bersyukur Jisung selamat dari phobia-nya, namun, ia masih tertanya-tanya, kenapa pemuda itu memutuskan untuk diam selama ini, meresapi kesakitan dalam keheningan, segan untuk sekedar merintih?
 
 

"Kamu pacarnya, ya?" Lamunan Jiyeon buyar ketika seorang pria, berperawakan tinggi, berdiri di sebelahnya, tanpa permisi.
 
 
"Ehm... itu...." Jiyeon kikuk sendiri menjawabnya.
 

"Anak itu kembali lagi, akhirnya."

 
Jiyeon menoleh cepat kearah pria tersebut, yang ia yakini adalah seorang dokter. "M-maksud anda?"
 
 
Lelaki itu ikut menoleh kearah Jiyeon, ia mengulurkan tangannya untuk berkenalan. "Kamu bisa panggil saya Dokter Choi. Saya sempat menangani pasien Han Jisung sewaktu dia kecil."
 

MENOS [ HAN JISUNG ] [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang