2. Dia yang selalu dibenci

470 223 188
                                    

'Deja' namanya bagus aku suka

Anzel menatap kedua orangtuanya dan adiknya yang sedang sarapan tanpa dirinya,ia sadar hanya adiknya lah yang bisa menghentikan kegaduhan yang setiap hari terjadi diantara kedua orangtuanya,tidak seperti dirinya, yang biasanya hanya menjadi pelampiasan setiap orangtuanya bertengkar, ia tau adiknya jauh lebih unggul darinya,semuanya termasuk kebahagiaan didalam rumah yang tidak pernah Anzel dapatkan, makanya Anzel selalu mencari kebahagiaan itu diluar rumahnya.

Mereka tampak asik berbicara, bercanda bahkan saking asiknya mereka benar-benar melupakan Anzel, Anzel berjalan melewati keluarganya yang masih saja katawa-ketiwi bahkan untuk menoleh kearah Anzel saja mereka benar-benar tidak punya waktu,disini Anzel benar-benar seperti angin.

"Anzel berangkat!" Anzel sedikit berteriak ketika ia sudah berada didekat pintu utama rumahnya.

Ketika ia hendak membuka pintu rumah itu tiba-tiba dirinya tertahan oleh teriakan Azril yang memanggil namanya,Azril saudara kandung dari Anzel umur mereka hanya berselisih 3 tahun saja.

Ketika ia hendak membuka pintu rumah itu tiba-tiba dirinya tertahan oleh teriakan Azril yang memanggil namanya,Azril saudara kandung dari Anzel umur mereka hanya berselisih 3 tahun saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zel tadi gue nemuin ini di kamar lo!" Azril menyerahkan sebuah botol yang mungkin berisikan pil,Anzel dengan cepat merampas botol tersebut dari tangan Azril.

"Itu pil apa zel?" bahkan untuk memanggil kakak atau abang saja tidak.

"Vitamin!"

"Oouuhh."

"Lo ngambil pil ini di kamar gue,berarti lo masuk kamar gue tanpa seizin gue, LO TAU PRIVASI GA SIH!!" Anzel menatap saudaranya yang kini menunduk menatap sepatunya.

"Nangis!, ntar ngadu sama mama papa!" Azril masih menunduk tak berani menatap Anzel.

"Seenggaknya lo tuh bilang minta maaf ke gue bisa ga sih?," ucap Anzel,ia benar-benar geram dengan tingkah adiknya, adik?, ga ga kurang pantes deh kayanya.

"Mama, Papa!!" Azril berteriak memanggil kedua orangtuanya, Anzel tersenyum sinis menatap adiknya, "PENJILAT LO!!"

Sebuah pukulan kasar mendarat di pipi Anzel hingga membuatnya sedikit membiru, Anzel menatap siapa pelakunya, Dasar jelangkung tua, apa sih guna mamanya yang hanya diam menyaksikan anaknya di pukul oleh suaminya sendiri.

"Puas lo!" Anzel menatap Azril yang masih saja menunduk, apa Azril terlalu terbiasa menyaksikan Anzel yang selalu diperlakukan seperti ini.

Pipi yang sudah membiru kini kembali menerima pukulan yang mungkin lebih keras dari sebelumnya, pelakunya masih sama seperti sebelumnya, "Anzel ayah ga pernah ngajarin kamu buat kasar sama adik kamu ya!"

Form His Diary | Haechan (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang