Biarkan Aku bahagia di sini walau tidak dengan kehadiranmu, semua tentangmu sudah ku tahu.
And
Never Goodbye hanyalah sebatas ucapanmu saja.
🌻Joane Deja🌻"Deja," ucap Jaka ia sekarang benar-benar gugup, matanya tak berani menatap mata lawan bicaranya.
Deja yang merasa Jaka memanggilnya, ia menoleh menatap Jaka yang tertunduk dengan tangan yang gemetaran. "Kenapa, jaka?"
"Eum, jadi gini..."
"Aku mau ngomong..."
"Ngomong apa?, kok sampai gitu sih?" Deja menatap Jaka dengan raut keingungan, jujur lelaki itu kini membuatnya sedikit takut.
"Mau Nikah sama aku?" ucap Jaka dengan mata yang tertutup ia tak berani menatap Deja.
"Hah?" Deja tentu saja syok mendengar ajakan Jaka yang seperti mengajak dirinya untuk membeli Batagor depan rumah.
"Tenang aku udah bilang sama ibu aku, terus sama oma kamu, dan mereka setuju katanya besok kita di suruh langsung mesen seribu undangan gitu kata ibu aku," ucap Jaka dengan begitu lancangnya, membuat ia harus menerima jitakan dari Deja, itu cukup menyakitkan namun lebih menyakitkan jika sekarang Deja mengatakan 'tidak'
"Kamu mau kan, ja?"
Deja menatap Jaka begitu dalam, ia menemukan tatapan yang begitu tulus kepada dirinya. "Aku gamau,"
Jawaban Deja barusan membuat Jaka menundukan kepalanya seolah bunga yang mendadak layu begitu saja, harapannya terlalu tinggi untuk Deja menerima dirinya. Apakah gadis itu masih menyayangi Anzel?, itu menjadi tanda tanya besar bagi dirinya.
"Ga mau nolak Jaka." Deja tersenyum puas ketika ia berhasil menjahili kekasihnya.
"Deja ih kamu mah, suka bikin aku deg degan, kamu jangan gitu lagi ya!"
"Huhuhu maaf Jaka!"
"Ga mau!"
"Jaka!!!"
"Ga mau nolak maksudnya."
"Ih Jaka juga gitu. Tau ah ga jadi nikah aja sama kamu!"
🌻🌻
"Semua tentangmu sudah ku tahu zel." Seorang gadis berucap dengan lirih, di samping sebuah makam yang sudah di tumbuhi banyaknya rerumputan. Tak sesekali gadis itu terisak mengeluarkan beberapa tetes air mata.
"Anzel ga pernah bilang semuanya pada Deja!, Anzel cuma bilang apa yang ngebuat Anzel bahagia, dan ga pernah bilang apa yang ngebuat kamu sedih!" Gadis itu mengusap nisan pada makam tersebut, matanya berling air mata.
"Zel!, kamu tau ga ada bagian paling favorit aku di buku diary kamu," ucap Deja, kemudian ia tertawa menatap langit yang sedang begitu cerah.
"Zel, udah bahagia ya kamu sama Azril disana?, soalnya udah ga pernah datang ke mimipi aku." Deja kembali menatap nisan itu, kali ini ia mengetnyitkan keningnya.
"Apa kamu tau kalau aku udah jadi milik orang lain?"
"Deja yuk pulang, kita harus cepet ketemu MUA nya." Deja menoleh menatap seseorang yang sudah berjongkok di sampingnya.
"Bentar ya Jak, soalnya nanti aku bakalan jarang kesini, jadi boleh tinggalin aku sendiri dulu, nanti aku susul," ucap Deja, gadis itu menatap Jaka yang tersenyum kepadanya. Deja merasakan tangan kekar milik Jaka kini berada tepat di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Form His Diary | Haechan (end)
Novela JuvenilForm His Diary. Bermula dari persahabatan antara Bagaskarey Anzel Alderian dengan gadis manis yang bernama Jesie Joane Deja. Persahabatan berjalan begitu baik, dari mereka berumur tujuh tahun, hingga keduanya menginjak umur dua puluh satu tahun. Ke...