10. Kandidat

109 50 3
                                    

⚠️⚠️warning!!
Maaf sebelumnya, di part ini banyak pemilihan kata pada dialog yang menggunakan kata toxic, jadi mohon bijak dalam membaca!!

Follow dan vote sebelum baca

Jika kau rapuh maka katakan saja kau rapuh, sudah tak perlu berpura-pura. Kau tau aku tak suka dengan orang munafik.

"Gimana ya?," monolog pria yang sedang berbaring di ranjang tidurnya serta titik pandangnya yang tertuju pada handphone di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana ya?," monolog pria yang sedang berbaring di ranjang tidurnya serta titik pandangnya yang tertuju pada handphone di tangannya.

"Datang ga ya pengen datang tapi ogah."

"Tapi kalau ga datang ntar malah di labrak sama pengurus HIMA lagi, tapi takut kepilih."

"Ya udahlah, datang ajalah lagian ga mungkin modelan gue kepilih, tapi kepilih juga gapapa sih." Anzel terus bermonolog dengan dirinya sendiri, ia berpikir, dengan cara seperti itulah ia akan mendapatkan keputusan yang memuaskan.

Anzel kembali menarik selimutnya. Sebenarnya tadi ia sudah ingin tertidur, tetapi notifikasi sari handphone miliknya yang membuatnya harus berpikir.

Belum juga lelaki itu memejamkan matanya, pintu kamarnya sudah kembali brmerbunyi. Anzel menggeram kesal ketika ia berpikir bahwa itu adalah Azril. Tetapi ketika orang yang berada di luar kamarnya bersuara, amarahnya seketika mereda begitu saja.

"Anzel."

"Nenek?" Anzel menurunkan kakinya dari ranjanganya, kemudian melangkah dan segera membuka pintu tersebut.

"Nenek." Anzel segera memeluk sdorang wanita tua yang berdiri dihadapannya, pelukan itu tentu mendapatkan balasan dari wanita itu.

"Kamu sakit lagi ya?" tanya wanita itu, ketika mendapati wajah pucat dari cucunya.

"Ga kok nek, Anzel baik-baik aja, buktinya Anzel masih ganteng kan?"

"Cucu nenek kenapa sekarang gampang sakit?, pasti kurang istirahat ya kamu?" mendengar itu Anzel hanya menanggapi dengan anggukan serta senyum kecil pada sudut bibirnya.

"Ya udah nenek mau masuk ke kamar kamu," ucap nenek kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar cucunya. Anzel kembali masuk kedalam kamarnya dengan menggandeng tangan neneknya.

"Mama sama Papa masih sering marah-marah sama kamu?" tanya nenek tatapannya terlihat mengelilingi ruangan tersebut.

"Mama sama papa ga pernah marah kok nek, bener-bener ga pernah marah sama Anzel," ungkap Anzel, matanya tak berani menatap nenek tua yang tengah duduk pada tepi ranjangnya.

Form His Diary | Haechan (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang