11. New Friend

101 45 1
                                    

Cukup katakan bahwa kau bahagia,
Cukup katakan Bahwa kau baik-baik saja.
Sudahlah tak usah menangis, apa kau lupa kau hanya beban.
Jadi tak ada yang perlu kau tangisi.
~Anzel~

⚠️⚠️saya meminta maaf apabila ada kesalahan dalam kepenulisan, itu benar-benar tidak di sengaja.

"Lo mau pesen apa?" Chafa menatap Deja yang terlihat menunduk ketakutan.

"Terserah Chafa aja," ucapnya, suaranya masih sedikit bergetar. "Ya udah bentar ya!, jangan kemana-mana kalau ga gue gorok lo!!" Deja hanya mengangguk, manik matanya tak berani menatap lawan bicaranya.

Deja mendengar suara langkah kaki dari Chafa yang terdengar semakin menjauh darinya. Ia mengedarkan pandangannya menatap sekelilingnya. Ramai. Ya gadis itu sangat jarang kekantin, jika bertanya apa alasannya, maka jawabannya. Deja juga tidak tau.

Cukup lama Deja termenung ia sampai tidak sadar jika Chafa sudah duduk dihadapannya dengan dua mangkuk bakso di tangannya "Loh suka bakso kan?" yang ditanya sedikit tersentak 'kapan monster monyet ini udah sampai di sini?'

"Woi ditanya malah bengong!!"

"Eeh iya Deja suka kok sama bakso." Deja menjawab dengan ragu, kemudian ia memberanikan diri menatap Chafa yang sudah mulai menyendok bakso miliknya.

"Eeh BTW lo kalo ngomomg sama gue, ga usah sebut nama bisa ga sih?, gue risih dengernya." Chafa mengurkan tangannya mengambil satu gelas es teh, kemudian segera menyeruputnya.

"Maaf, Deja ga tau caranya."

"Ck, bisa-bisanya hari gini masih ada cewek sepolos lo, coba deh lo bilang gue, ga usah panggil nama."

"Gue?" Deja menatap Chafa dengan ragu.

"Good job!!" Chafa mengacungkan ibu jari dengan heboh.

"Sekarang Lo bilang gue lo, jangan manggil nama!!"

"Tapi kata Anzel kalau manggil nama lebih sopan."

"Ga usah didengerin, kalau disini manggil nama, yang ada lo malah direndahin, bahkan parahnya lagi lo bisa dibuly, lo ga mau kan dibuly?" Mendengarnya Deja langsung menggelengkan kepalanya dengan kuat, sehingga menampakan kesan imut pada gadis itu.

"Ya udah Lo habisin dulu baksonya ntar keburu dingin."

~🌻🌻~

"Baik, dari hasil wawancara, kami sudah menentukan siapa saja yang layak di jadikan kandidat ketua HIMA," Jelas Agis, ia menatap semua orang yang berada di ruangan tersebut.

"Tapi sebelumnya, apakah ada yang tidak berminat menjadi ketua HIMA?"

Tatapan semua tertuju pada dua laki-laki dan satu perempuan yang mengangkat tangan, "Yah silahkan keluar dari ruangan ini!" mendengar perintah dari Rina, keduanya segera mengambil langkah untuk keluar dari ruangan tersebut.

"Yang lain apakah masih ada?"

Rina melemparkan tatapannya kesegala sisi ruangan tersebut. Dan ia merasa sudah tidak ada lagi. "Yakin?" Semuanya mengangguk, ada juga yang masih meyakinian pikirannya, namun ia segera mengangguk.

Form His Diary | Haechan (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang