17. ...

138 21 3
                                    

Semakin lama rasa itu semakin hilang dariku, bahkan aku sudah mulai memiliki rasa yang baru kepada orang lain.
🌻Joane Deja.🌻

⚠️banyak typo

Suara gelak tawa serta ucapan selamat menghiasi ruang kelas Arion, ia terus tersenyum ketika orang-orang memeluknya. "Weeh selamaat bro!, jangan lupa weh traktirannya." baru saja Arion duduk ia sudah harus membalas pelukan dari Lukman.

"Hehehe thank's bro, tenang kalau itu mah." Tawa keduanya berakhir denfan Lukman yang memilih meninggalkan Arion untuk duduk di tempatnya.

Mata Arion tertuju pada pintu kelas itu, ia mencari beberapa orang sahabatnya yang belum datang memasuki kelas. Padahal ucapan selamat dari mereka yang sangat ia tunggu.

Arion mengembuskan napasnya lelah, ia memalingkan wajahnya dari pintu itu, mencoba untuk tetap berpikir positif. Ia yakin mereka akan segera datang. Benar saja belum sampai lima menit ia bermain handphone Nicko sudah datang dengan Marchel.

Awalnya ia di buat bingung oleh wajah Marchel san juga Nicko yang menatapnya datar. Ia menelan ludah dengan susah payah, berpikir apa sebelumnya berbuat salah. Namun pikurannya musnah ketika Marchel dan juga Nicko memeluknya dan mengucapkan selamat kepadanya.

"Wooi Selamat buat lo Ariiiiiii, sahabat kita brooo!!!" teriakan Marchel cukup membuat Arion ingin menutup telinganya, namun di sisi lain air ia lebih terharu ketika ia mendapatkan pelukan yang begitu hangat dari sahabatnya. Lebay memang, tapi ini lah cara mereka untuk menyayangi satu sama lain.

Semua orang yang berada di kelas ini sudah tak heran lagi dengan tingkah mereka. Jadi mereka lebih memilih mengabaikan mereka, dari pada mengganggu momen mereka.

"WOOOOIIIIIII!"

Ketiganya bergeming menatap sosok yang berada pada ambang pintu tanpa melepaskan pelukannya. Sementara Jaka yang baru saja berteriak berlari ke arah ketiganya sembari merentangkan tangan.

"Ikuuut!!"

"Anjiiing!, sesek napas gue sat!" Arion berteriak ketika Jaka memeluk mereka demgan mengeluarkan tenaganya. Tetapi tidak ada yang menanggapi teriakan Arion mereka justru hanya tertawa.

"Selamat brother!" Setelah mengatakan hal itu Jaka melepaskan pelukannya karena merasa tak tega dengan wajah sahabatnya yang sudah memerah.

"Kalian mau apa?" Arion menatap ketiga sahabatnya.

"Terserah lu aja deh, gue mah di jajanin baksonya Kang Selamet yang lima ribuan juga mau." celetuk Marchel.

"Sumpah, kalian mau apa?, terserah kalian!"

"Beneran?" Marchel kembali bertanya mental nkan dirinya sendiri.

"Iya." Arion mengangguk yakin, hal itu membuat Marchel menyeringai jahat.

"WOI NTAR KALIAN SEMUA DATANG KE COFFESHOP GUE YA, MAU DI TRAKTIR SAMA ARION!!"

Teriakan Marchel barusan mampu mengalihkan perhatian semua mahluk yang berada di kelas ini, termasuk setan yang tadinya sedang menggoda Lukman pun ikut menatap Marchel.

"Woi beneran ri?, ya udah ntar kita datang ya yuhuuuuuu!" teriak salah satu orang yang berada di kelas itu.

"Iya ntar kalian datang aja ya." Arion mengangguk, bibirnya menampakan senyum yang ia paksakan. Wajahnya beralih menatap Marchel yang sedang tersenyum bangga atas kecerdikannya.

Form His Diary | Haechan (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang